Wanita mengunakan pakaian lebar dan juga Hijabnya, taat akan agama. Mempunyai sikap yang unik, sehingga banyak sekali yang menyukainya, dia adalah Hafsah Kamilatunnisa.
Namun semua berubah saat bertemu dengan seseorang yang cukup berpengaruh dalam kehidupannya, memiliki sisi gelap yang lambat laun ia ketahui. Ingin pergi, namun terlambat. Benih-benih cinta telah hadir diantara mereka, Pria itu tak lain adalah Arkanza Aynan.
Terbilang sangat sukses dalam dunia bisnis, membuat orang begitu sangat segan kepadanya. Tidak ada yang berani untuk membuatnya marah, jika itu terjadi. Maka, sama saja menyerahkan nyawa mereka sendiri untuk dilenyapkan.
" Aku mencintaimu, bantu aku untuk melepas semuanya." Permintaan Arka untuk bisa menjalani kehidupan yang normal, seperti manusia lainnya.
Akankah muslimah itu bisa mengabulkan permintaan dari seorang Arka?
Bisahkah keduanya untuk bersatu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tsabita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
31.
"Kumpulkan semua kepala divisi, sekarang." Tegas Azka.
Begitu cepat informasi itu menyebar dan membuat semuanya terlihat kalangan kabut, apalagi hal itu terkesan mendadak dan tidak ada persiapan apapun yang mereka punya.
Saat semuanya sudah berkumpul dalam ruangan rapat, tidak ada satu pun diantara mereka yang berani untuk menatap Azka. Benar-benar situasi yang begitu tegang, hanya orang-orang yang bersih dari tuduhan terlihat tenang.
"Paparkan pencapaian perusahaan dalam tiga bulan terakhir." Ucap Azka dengan tangan menyilang didepan tubuhnya, apalagi tatapan itu sangat menyeramkan.
Satu persatu setiap divisi menyampaikan laporan yang mereka miliki, banyak sekali terdapat keanehan dan juga kalimat-kalimat yang tidak sesuai dengan pencapaian yang ada.
Hingga akhir dari pemaparan tersebut selesai, beberapa nama yang sudah berada pada Kenzo masih berkelit dan tidak mengakui kecerobohan ataupun kelalaian mereka.
Satu persatu nama yang disebutkan oleh Kenzo mulai meninggalkan ruangan, hanya tersisa sebanyak enam orang disana. Tubuh mereka bergetar saat Azka mulai berjalan menghampiri semuanya, video dan berbagai bukti mulai diperlihatkan.
Betapa mengangetkan untuk mereka, semua yang telah mereka lakukan kini diperlihatkan kembali.
Srakh!
Srakh!
"Tidak! Ampun!"
"Tolong!"
Teriak satu persatu dari mereka mulai terdengar, Azka memainkan beberapa benda kesayangannya yang selama ini sudah begitu lama beristirahat di tempatnya.
"Dalam kontrak sudah tertulis secara jelas dan kalian sendiri membacanya. Sekarang, kalian sendiri juga yang melanggarnya."
Prok!
Prok!
Tepuk tangan dari Azka, sebagai tanda jika dia saat ini ingin sedang ingin bermain dengan jiwa Psychopathnya. Diantara ke enam orang tersebut, terdapat dua orang wanita yang juga mendapatkan hukuman seperti lainnya.
"Singirkan dua wanita ini, tanganku terlalu halus untuk menyentuh mereka." Azka memberikan isyarat pada yang lainnya untuk membawa dua wanita tersebut.
Keduanya memohon dan juga berteriak agar Azka memberikan ampunan nya, namun semuanya menjadi sia-sia saja. Azka saat ini sedang dalam suasana hati yang buruk, lalu keduanya dibawa oleh anggota Red Dragon yang lainnya.
Lalu tubuh itu mulai menggerakkan kedua tangan dan kakinya, cepat dan tepat. Itulah yang kini dirasakan oleh ke empat orang tersebut, tanpa ampun Azka memberikan hukumannya.
Setelah puas bermain, Azka membuka kemejanya dan membuangnya begitu saja. Dimana kemeja itu yang awalnya berwarna cerah, lalu berubah menjadi gelap dan bau amis.
"Siapkan kepulanganku."
Segera menganggukkan kepalanya, Kenzo dengan cepat mempersiapkan semuanya. Semua anggota lainnya bergerak cepat untuk merapikan dan membersihkan tempat tersebut seperti semula, permasalahan telah selesai dengan cepat.
Lagi-lagi, dalam perjalanan menuju bandara dan juga setelah mendarat di negaranya. Azka terus membacar artikel pada ponselnya, hal itu membuat Kenzo tersenyum akan perubahan sikap Azka.
.
.
.
"Selamat makan, tuan." Hugo mempersilahkan Azka dan juga Kenzo untuk menikmati hidangan yang sudah dipersiapkan.
"Terima kasih, paman." Kenzo langsung menyantap hidangan tersebut dengan lahap.
Mengikuti perubahan sikap Azka, telah membuat perut Kenzo mengalami perubahan. Dimana untuk jam makannya tidak akan pernah telat, dan kini. Ia harus rela menahan rasa lapar itu, karna a Azka akan mereog kalau tidak segera dilaksanakan.
"Ah, kenyangnya. Kau tidak makan?"
Tidak ada tanggapan apapun dari Azka, ia masih sibuk dengan ponselnya. Lagi dan lagi, membaca artikel.
"Ya sudahlah, paman, Aku pamit ya, katakan pada pria kaku ini jika aku sudah pulang." Kenzo tersenyum menyeringai dengan sikap Azka.
"Baik tuan, selamat beristirahat. " Hugo menghantarkan Kenzo hingga pintu utama.
Sedangkan dimansion milik Peter, Jihan dan Unni semakin larut dalam pembicaraanya. Sesekali Peter akan melewati tempat dimana Unni berada, hal itu pun disadari oleh Unni.
"Kak, berhentilah untuk curiga." Meletakan beberapa majalah dari tangannya ke atas meja, Unni menjadi risih.
"Hanya lewat saja, teruskanlah." Tanpa melihat kepada Unni, Peter terus berjalan.
Dor!
Suara tembakan terdengar keras, membuat Unni dan Jihan sontak berteriak dan bersembunyi dibawa meja. Arah tembakan itu begitu random, membuat semua anggota dari klan tersebut menyebar mencari pelakunya.
"Kalian tidak apa-apa?" Peter mendekati Unni dan Jihan .
"Tidak apa-apa kak, apa yang terjadi?" Unni menarik Jihan agar segera keluar dari bawah meja.
Belum sempat menjawab, terdengar kembali secara tembakan secara membabi buta. Peter mengarahkan Unni dan Jihan untuk bersembunyi pada tempat yang lebih aman, sepertinya mereka sedang diserang.
"Kakak!"
Dor!
Tubuh kekar Peter terjatuh, rupanya tembakan tersebut mengenai dada kirinya. Dengan meringis menahan rasa sakit, Peter masih membawa Unni untuk segera bersembunyi.
"Kak, kamu terluka!" Unni panik melihat darah membasahi kemeja yang digunakan oleh Peter.
"Huh, ini tidak apa-apa. Bersembunyilah, keadaan sedang tidak baik-baik saja." Peter menekan dada kirinya dengan kuat.
"Tapi kak, "
"Ikuti ucapan kakak, masuklah. Jangan biarkan siapapun untuk masuk, terkecuali kamu mengenalinya. Cepat!"
Karena Unni lamban, Peter mendorong keduanya masuk ke dalam dna menguncinya. Dalam keadaan seperti itu, ia segera mencari orang-orangnya.
" Apa yang terjadi?" Nafas Peter sudah tersendat.
"Maaf tuan, ada beberapa penyusup dan juga sniper bayangan yang menargetkan mansion." Jelas salah satu orang yang dipercaya menjaga mansion, Smith.
"Bagaimana bisa?" Peter terus menekan dada kirinya yang semakin menyakitkan.
"Sepertinya, mereka orang yang sama saat terjadi penembakan di bandara tuan." Smith mengkerutkan keningnya mendapati Peter yang meringis.
"Arkh! Temukan mereka, lindungi adikku dan temannya." Tegas Peter melanjutkan langkahnya untuk mencari siapa pelaku dari kekacauan di mansion miliknya.
"Tapi tuan, anda terluka." Smith menghalau langkah Peter.
Tanpa menghiraukan ucapan Smith, langkah Peter ikut bergabung dengan para anggota lainnya. Rupanya penyusup semakin bertambah jumlahnya dan itu membuat Peter menjadi sedikit kewalahan.
Dengan tangan yang bergetar, Peter menghubungi Kenzo.