Muslimah Untuk Mafia Psychopath

Muslimah Untuk Mafia Psychopath

1.

Sinar matahari mulai menampakkan dirinya, disertai dengan hembusan angin dan juga kicauan burung-burung memberikan warna pada hari ini. Dengan menggunakan pakaian yang biasa digunakan, memadukan warna yang cocok dengan hijab yang ada, agar tidak merusak mata (Tidak menimbulkan pikiran untuk berkomentar yang tidak baik) orang lain saat melihatnya.

Tanpa hiasan make UP yang menghiasi wajahnya, dengan bulu mata yang lentik membuat tajam tatapannya. Siapa pun yang melihatnya akan berdecak kagum, namun itu selalu dihindari oleh dirinya.

Memulai aktivitas hari ini dengan awalan yang baru, hidup sendiri di negara orang. Membuat Hafsah Kamilatunnissa harus menjadi pribadi yang kuat dan menjaga ibrah (Kehormatannya) sebagai seorang muslimah, ia diterima bekerja pada salah satu perusahaan yang sangat ternama dinegara tersebut. Membuat Unni (Sapaan sehari-hari Hafsah) harus berpisah dari keluarga besarnya, di Indonesia dan juga meninggalkan para sahabatnya.

Dengan pakaian tertutup, membuat penampilan Unni sangat berbeda dengan orang-orang di negara tersebut. Segera berangkat menuju perusahaa dimana ia akan bekerja, menemui bagian HRD yang di alihkan kepada asisten dari CEO langsung.

Wissam Group, perusahaan yang sangat besar. Menjadi incaran dari setiap pencari kerja dari berbagai negara, siapa yang tidak akan tergiur dengan upah yang dijanjikan. Cukup besar bagi mereka yang membutuhkan, sebesar tugas dan tanggung jawab dalam pekerjaan yang mereka emban.

"Selamat pagi, nona?" Sapa seseorang yang tak lain adalah Kenzo, sang asisten kepercayaan CEO perusahaan.

"Hafsah, Hafsah Kamilatunnissa." Jawab Unni cepat dan menyatukan kedua telapak tangannya di depan dadanya.

" Kenzo, asisten CEO. Nona Hafsah, selamat bergabung di perusahaan Wissam Group. Ini tugas anda, saya akan menghantarkan keruangan anda." Kenzo cukup kaget saat Unni menyatukan tangannya dihadapan dirinya, hal itu aneh baginya.

Dari arah belakang, Unni mengikuti langkah kaki Kenzo. Mereka memasuki lif dan menuju lantai lima puluh, disanalah ruangan Unni. Kini mereka telah tiba pada salah satu ruangan yang cukup besar, disana terdapat beberapa karyawaan lainnya yang sedang berdiri menyambut kehadiran karyawaan baru.

"Perkenalkan, ini nona Hafsah. Mulai saat ini, ia akan bekerja dan menempati meja nyonya Mery. Silahkan." Kenzo mempersilahkan Unni untuk menuju mejanya dan mulai bekerja.

"Terima kasih tuan. " Ucap Unni kepada Kenzo.

" Hmm." Kenzo hanya berdehem dan berlalu dengan wajah datarnya.

Hal itu tidak menjadi masalah menurut Unni, ia menempati mejanya dan mulai untuk bekerja. Namun sebelum ia bekerja, semua karyawaan yang berada didalam ruangan tersebut menghampiri Unni untuk berkenalan. Sungguh menyenangkan, ia dapat diterima dengan baik di hari pertama ia bekerja. Walaupun terlihat cukup jelas, jika ia berbeda dari yang lainnya dalam berpakaian. Dan itu tidak menjadi masalah, memulai pekerjaan dengan hening hingga waktu makan siang pun datang.

" Unni, mau barengan?" Jihan, rekan kerjanya di dalam ruangan tersebut mengajaknya untuk bersama-sama menuju kantin.

" Mau menunggu? Aku mau sholat dulu." Dengan penuh senyuman, Unni mengatakan hal tersebut pada Jihan.

"Oke, aku tunggu."

Sepakat atau sesibuk apapun, Unni selalu berusaha untuk tetap menjaga kewajibannya agar tidak lalai. Setelah selesai, keduanya melangkahkan kakinya mereka menuju kantin perusahaan. Dimana mereka mendapatkan fasilitas makan siang secara percuma dan makan malam bagi yang lembur, dengan tujuan agar para karyawaan merasa nyaman disana.

"Kamu tinggal dimana Ni? Tanya Jihan saat makanan masih berada di dalam mulutnya.

"Habiskan dulu makananmu, untuk nama dan alamatnya, aku masih belum menghafalnya. Aku tinggal di dekat sini, hanya tiga puluh menit berjalan kaki untuk tiba di perusahaan dan tempat tinggalku. Senyum Unni saat melihat wajah Jihan yang langsung berubah.

" Hah! Apa?! Tiga puluh menit berjalan kaki? Yakin kamu?" Jihan begitu kaget mendengarnya.

Menanggapi Jihan yang masih kaget, Unni hanya menggerakkan bahunya sebagai jawaban dan meneruskan makannya. Keduanya saling bertukar cerita hingga tak terasa waktu makan siang telah usai, mereka segera kembali keruangannya. Karena asik mengobrol dengan karyawan lainnya, membuat Jihan kehilangan fokusnya.

"Aduh, sakit." Jihan meringgis saat dirinya sudah terhempas jatuh ke lantai setelah bertabrakan dengan seseorang yang tak lain adalah Kenzo.

Tatapan tajam diterima oleh Jihan, karena ulahnya telah membuat pria yang berada disamping Kenzo menaikan salah satu alis matanya, dan itu membuat Jihan terdiam dan merinding.

"Maafkan saya tuan, saya tidak sengaja." Selagi Jihan meminta maaf, karyawan lainnya segera menjauhkan diri dari sana. Hanya Unni yang masih setia disamping Jihan.

"Ceroboh!" Desis pria yang berwajah dingin, datar, serba komplit itu.

"Menyingkirlah, jika tidak ingin kehilangan pekerjaanmu." Kenzo masih menatap Jihan dengan tajam.

Masih terdiam dalam ketakutannya, membuat Jihan tidak berkutik. Dengan cepat, Unni menarik lengan Jihan agar tidak menghalangi jalan kedua pria itu.

"Siapa dia?" Tanya Unni yang begitu sangat penasaran akan sosok pria yang bersama Kenzo.

"Kamu tidak tahu Ni? Itu CEO kita. Aku sangat takut jika mereka akan memecatku." Suara Jihan begitu bergetar.

"Sstthh, kamu tidak salah. Kenapa harus takut, itu adalah hal yang tidak disengaja." Unni membawa Jihan untuk kembali ke ruangannya dan melanjutkan pekerjaannya.

Pada hari pertama bekerja, membuat Unni cukup merasa lelah. Ia tidak menyangka, jika perusahaan besar seperti ini sangat luar biasa dalam bekerja. Tidak ada yang berani untuk sekedar saling sapa pada saat jam bekerja sedang berlangsung, jika itu terjadi. Maka mereka akan mendapatkan hukuman yang cukup berat, karena semuanya tergantung dari kamera pengawas yang telah ditempatkan pada setiap ruang kerja.

"Alhamdulillah." Ucapan Unni setelah jam bekerja telah berakhir. Membereskan meja dan barang pribadinya, lalu ia bersiap untuk segera pulang.

" Ni, barengan ya. Tempat tinggalku tidak jauh dari tempat untuk."

"Hmmm, boleh."

Semua karyawaan berhamburan keluar dari dlgedung besar tersebut, sungguh sangat menyenangkan bisa bergabung disana. Berjalan bersama dan saling bertukar cerita satu sama lain, hingga tak terasa mereka menjadi semakin dekat.

"Sampai jumpa besok, Unni. Hati-hati ya." Jihan melambaikan tangannya sebagai tanda mereka berpisah, karena ia sudah terlebih dahulu tiba di apartemennya.

Sambil menikmati suasana di sore hari, terlihat begitu indah saat matahari mulai terbenam. Tiba-tiba saja ia mendengar suara yang cukup aneh menurutnya, jiwa penasarannya begitu besar. Berjalan menuju suara tersebut, terlihat sebuah mobil yang cukup mewah menurutnya disana. Dan suara itu semakin jelas terdengar.

"Permisi, apa ada orang disana?" Unni perlahan mendekati mobil itu.

Semakin dekat dan semakin jelas terdengar, suara teriakan yang tertahan. Ketika kedua mata Unni melihat apa yang terjadi, seketika saja ia membekap mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

"Astaghfirullah!"

Seorang pria sedang melakukan sesuatu yang sangat di,uar nalar manusia, kedua tangannya sudah berubah warna menjadi merah. Lalu pria ia mendengar ada suara yang menganggunya, menyadari jika ada orang lain disana dan ia menampakkan wajahnya yang sudah tidak tertutupi apapun.

Terpopuler

Comments

Anonymous

Anonymous

keren

2024-05-29

0

Aldina Rianti

Aldina Rianti

enak cerita

2024-04-23

0

mudahlia

mudahlia

seru

2024-03-29

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!