Akibat suami yang sering berkumpul dengan circle pertemanan yang belum menikah membuat Nayla khawatir jika suaminya itu terbawa pengaruh buruk.
Namun apa jadinya jika ia ikut berkumpul dengan teman suaminya itu dan salah satu dari mereka tertarik dengannya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Nyaris Berkelahi
Motor yang di tumpangi oleh Ryan dan Nayla kini berhenti tepat di depan rumah wanita itu. Nayla turun, Ryan membantu membukakan helm nya.
"Terima kasih banyak ya, Ryan. Kau sudah mengantar aku ke tempat tante tadi, dan mengantar aku pulang ke rumah," ucap Nayla.
"Iya, sama-sama, Nay. Kalau begitu aku langsung pulang saja, ya. Next time, aku boleh main ke rumahmu?"
Nayla mengangguk antusias. "Iya, boleh. Kapanpun kau mau, boleh-boleh saja."
"Ok."
Ryan hendak menyalakan mesin motornya, akan tetapi kedatangan motor lain membuat ia mengurungkan niat. Apalagi motor tersebut berasal dari motor Rega dan berhenti tepat di sebelah motornya.
Nayla terkejut mendapati suaminya dari luar entah dari mana.
"Sayang, kau dari mana?" Pertanyaan Nayla membuat pria itu membuka helmnya dan sontak ikut terkejut ketika istrinya memergoki dirinya dari luar. Dan yang membuat ia terkejut lagi, ada Ryan di sana.
Rega berusaha mengalihkan pertanyaan Nayla untuk mengajukan pertanyaan dirinya.
"Tunggu, tunggu! Kau kenapa bisa sama Ryan?" Rega balik bertanya.
"Jangan bilang kau sedang dekati Nayla, Yan!" tuduh Rega.
Ryan tampak biasa saja, ia sama sekali tidak panik dengan pertanyaan Rega. Berbeda sekali dengan Nayla, ia bingung harus menjelaskan seperti apa.
"Ga, jangan salah paham. Dari kemarin malam kau mengeluhkan sakit perut bukan? Makanya kau tidak bisa mengantar istrimu ke tempat tantenya. Dia tadi naik ojek online, dan motor driver nya mengalami kendala. Kebetulan aku ketemu dia di jalan, aku menawarkan diri untuk mengantar Nayla ke rumah tantenya. Entah ini memang hanya sebuah kebetulan belakang atau memang apa, karena kebetulan juga rumah tantenya bersebelahan dengan rumah sepupuku. Jadi karena kau tidak mungkin bisa jemput dan memang benar kenyataannya tidak bisa jemput, aku juga yang antar istrimu pulang. Tapi, kok bisa ya, kau tadi mengirim chat Nayla jika kau tidak bisa jemput dengan alasan perut masih sakit, sekarang baru pulang entah dari mana. Pakaianmu rapi, lagi. Habis ketemuan sama siapa? Billa?"
Penjelasan Ryan dan pertanyaan pria itu memantik emosi Rega. Bisa-bisanya Ryan menyudutkan dirinya di depan istrinya sendiri.
Rega turun dari motor dan menghampiri Ryan yang masih berada di atas motor.
"Apa maksudmu bicara seperti itu, hah? Mau menghancurkan rumah tanggaku?"
Wajah Rega tergambar jelas kekhawatiran jika Nayla akan marah dan hal tersebut akan memnacing perdebatan nantinya.
"Aku menghancurkan rumah tanggamu? Bukankah kau yang mau menghancurkan rumah tanggamu sendiri?"
Rega sudah terlanjur kebawa emosi, mulut pria itu sudah benar-benar tidak bisa di jaga. Ia tarik kerah kemeja jeans Ryan dan hendak melayangkan pukulan. Akan tetapi Nayla segera mencegah.
"STOPP ..!!! Rega, stopp!!" Nayla berusaha melerai keduanya agar tidak sampai terjadi perkelahian.
"Rega, stop. Aku rasa apa yang di katakan oleh Ryan itu ada benarnya," seru Nayla.
Kini pandangan Rega beralih pada Nayla, namun tangannya masih memegangi kerah kemeja jeans Ryan.
"Apa maksudmu, Nayla? Kau lebih percaya pada dia daripada aku suamimu?"
"Ini bukan tentang kau suamiku dan Ryan orang lain, Rega. Tapi ini tentang kepercayaan, yang benar dan yang salah. Yang jujur dan yang bohong. Sekarang kau jawab saja pertanyaanku, kau dari mana? Tadi kau bilang tidak bisa jemput aku dengan alasan perutnya masih sakit bukan? Kenapa sekarang bisa pulang dari luar, bajumu rapi dan wangi pula. Siapa yang baru saja kau temui? Apakah dia lebih penting daripada aku istrimu?"
Rega terdiam mendengar cercaan Nayla. Ia harus menyusun kata sebagai alasan dan bagaimana caranya agar Nayla bisa percaya. Akan tetapi itu sudah sulit karena ucapan Ryan yang menyudutkannya tadi.
Ryan menepis tangan Rega yang masih saja memegangi kerah kemeja jeans nya. Rega menoleh sekilas dan memberi tatapan tajam penuh amarah di sana.
"Apa memang chat yang di kirim oleh nama yang tertera itu adalah Billa, perempuan. Bukan Billy seperti yang kau maksud. Karena di tongkrongan mu tidak pernah ada yang namanya Billy."
Kalimat Nayla barusan semakin memojokan Rega, pria itu bahkan bingung harus menyangkal tuduhan-tuduhan Nayla dan Ryan seperti apa.
"Jika itu benar, dan dia lebih penting dari aku istrimu. Kejar dia dan tinggalkan aku."
Nayla melipir pergi masuk ke dalam rumah, meninggalkan Rega dan Ryan berdua yang masih berada di halaman depan.
Rega menatap Ryan tajam. "Sialan kau, Yan. Bisa-bisanya kau bicara seperti tadi di depan Nayla."
"Memangnya kenapa, Ga? Memang benar kan?"
"Lalu apa tujuanmu? Kau suka sama Nayla? Aku tidak akan pernah merelakan Nayla pada pengkhianat sepertimu! Sampai kapanpun, Nayla adalah milikku. MILIKKU!" Rega mendorong dada Ryan sedikit keras, beruntung Ryan memiliki keseimbangan yang cukup kuat.
Rega melipir pergi menyusul istrinya, akan tetapi langkahnya terhenti ketika Ryan meneriakan sesuatu.
"Jika kau tetap melanjutkan pendekatan mu dengan Billa, aku pastikan Nayla akan menjadi milikku."
Rega membalikan badan melayangkan tatapan dengan amarah yang membuncah. Ryan memberi sebuah jari tengah di barengi dengan senyum seringai. Sebelum kemudian dia memilih untuk pergi, dan Rega melanjutkan langkahnya menyusul Nayla.
_Bersambung_
Lebih parah temen yg udah punya istri 🤔