Bagaimana jadinya jika seorang penulis malah masuk ke dalam novel buatannya sendiri?
Kenalin, aku Lunar. Penulis apes yang terbangun di dunia fiksi ciptaanku.
Masalahnya... aku bukan jadi protagonis, melainkan Sharon Lux-tokoh antagonis yang dijadwalkan untuk dieksekusi BESOK!
Ogah mati konyol di tangan karakternya
sendiri, aku nekat mengubah takdir: Menghindari Pangeran yang ingin memenggalku, menyelamatkan kakak malaikat yang seharusnya kubunuh, dan entah bagaimana... membuat Sang Eksekutor kejam menjadi pelayan pribadiku.
Namun, ada satu bencana fatal yang kulupakan
Novel ini belum pernah kutamatkan!
Kini aku buta akan masa depan. Di tengah misteri Keluarga Midnight dan kebangkitan Ras Mata Merah yang bergerak di luar kendali penulisnya, aku harus bertahan hidup.
Pokoknya Sharon Lux harus selamat.
Alasannya sederhana: AKU GAK MAU MATI DALAM KEADAAN LAJANG!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R.A Wibowo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 11
Roda kereta kuda berdecit pelan di atas jalan batu yang licin oleh embun. Perjalanan dari istana menuju tempat masa kurung Sharon ditempatkan—sebuah kediaman berisi pelayan jauh dari istana dan berada di tepi hutan. Kurang lebih memakan waktu yang cukup lama.
Begitu roda berhenti bergerak. Mata seorang gadis yang tidur terlelap tersebut terbuka. Ia menggeliat, tampak mengantuk selama perjalanan.
“Kita sudah sampai, Nona sharon,” suara lembut dari Gilbert membuat dia tersadar.
“Jadi ini kediaman Rosehill—tempat aku akan dikurung selama beberapa waktu,” gumamnya singkat.
Sharon menatap melalui jendela kereta. Tidak ada yang buruk untuk kediaman tersebut, memang lebih kecil daripada kediaman Duke, disini juga tidak ada ladang taman bunga.
Ya, Sharon sendiri tidak mempermasalahkan hal tersebut.
Kecuali dengan …
“Itu dia … gadis yang berencana membunuh Nona Althea.”
“Sudah jelas dia berdosa tapi bisa bisanya dia sekarang berada di sini.”
“jangan dekat-dekat. Entah apa yang akan dia lakukan!”
Bisikan - bisikan itu dan tatapan takut tersebut. Ya mau gimana lagi, dia terbangun sebagai karakter antagonis.
Ini waktunya dia membuktikan!
…
“Di sebelah sini, Nona Sharon.” Seorang pemandu wanita tampak menunjukkan kamar Sharon yang baru. Pemandu tersebut membuka pintu kamar. “Mulai hari ini anda akan beristirahat di sini!”
Sharon menatap kamar barunya. Ia tidak menyangka “masa kurung” berarti dipindahkan ke tempat yang lebih sempit daripada kamarnya dulu.Ruangan barunya tidak buruk… hanya terlalu tenang. Tidak ada dekorasi mewah, tidak ada tirai panjang, dan tidak ada karpet empuk. Hanya meja kecil, lemari tipis, dan tempat tidur sederhana.
Yah, kamar seperti ini tidak buruk juga. Simpel dan mengingatkannya pada kamar dia di kehidupan sebelumnya.
“K-kalau ada yang mau ditanyakan atau dibutuhkan, nona boleh segera memanggil saya.” Pelayan wanita itu berkata dengan nada ketakutan, dari nadanya saja terlihat jelas dia hanya terpaksa menjalankan tugas untuk memandu.
Ia hanyalah pelayan baru di kediaman Rosehill ini. Namun nama Sharon Lux, tentu ia sangat kenal. Waktu pertama kali Duke mengungumkan bahwa Sharon akan berada di sana, tentu saja semua gaduh. Tidak ada satupun yang bersedia melayani kalau saja bukan perintah duke.
Dan tugas sebagai pemandu, dia disuruh paksa oleh seniornya walau sebenarnya dia sangat ketakutan mendengar namanya saja.
“Baik, saya mengerti.” Sharon tersenyum penuh ramah, begitu lembut, menenangkan, dan anggun. “Kalau boleh tahu nama kakak siapa?”
Pelayan tersebut tersipu malu dan mematung. Memang reputasi Sharon cukup buruk, tapi kecantikannya juga diakui tidak kalah cantik dan berada di atas rata rata.
Terlebih ini baru pertama kalinya ia melihat tersenyum. Seperti boneka, batinnya.
Ia memegang erat roknya. “N-nama saya Emilia, Nona …” dan ia pun menutupkan mata.
“Emilia, ya? nama yang lucu!” Sharon terkekeh kecil.
“T-tidak! Anda terlalu memuji berlebihan, Nona!”
“Kamu bilang kalau ada sesuatu memanggilmu kan? Kalau begitu ….” Sharon merentangkan kedua tangannya, menyentuh bahu Emilia.
Sementara emilia menutup kedua matanya takut. Selain kejahatan terhadap sang kakak, dia juga mendengar rumor bahwa dia akan menindas, melecehkan, serta merendahkan gadis - gadis terutama anak desa sepertinya.
Emilia takut kalau dia menjadi korban penindasan—
“Terima kasih, ya emilia. Aku akan mengandalkanmu!”
Emilia Terkesiap. Rasa takut barusan berubah jadi kagum, Nonanya tersenyum lagi, kali ini tampak lebih anggun daripada sebelumnya.
Emilia dengan cepat menyadari, ia memang anak baru, tapi Nona Sharon berbeda dengan yang dibicarakan orang.
Emilia menunduk dalam-dalam, wajahnya memerah seperti apel.
“Sa-saya akan berusaha!” begitu perkataanya, sebelum akhirnya ia melarikan diri keluar kamar dengan langkah kecil dan panik.
Begitu pintu menutup, Sharon menghela napas panjang. “Aku, segitunya dibenci?”
“Tidak,’ sahut gilbert. “Kamu malah mendapatkan fans baru.”
“Kamu pasti mengejekku kan Gil?”
“Saya tidak mengejek, Nona. Yang lebih penting tolong ambil ini …” Gilbert menyerahkan sebuah kertas yang dilipat ke arah Sharon.
“Kertas apa ini?”
Mulai hari ini,” ucapnya, tatapannya tetap lurus, “kau berada di bawah pengawasanku. Setiap langkahmu akan diawasi sampai masa kurung berakhir.”
Sharon mengerjap. “Jadi… aku benar-benar seperti narapidana?”
“Tidak,” jawab Gilbert datar. “lebih parah dari itu, kepalamu bisa saya jamin terpenggal kapanpun!”
Sharon memekik kecil. Itu jelas bukan perkataan yang lucu.
“Dan kertas itu, coba buka” Gilbert tidak menunjukkan reaksi. “aturan masa kurungmu sudah ditetapkan.”
Ia menatap Sharon seakan memastikan ia tidak akan menolak.
Sementara sharon antara tidak ada jalan lain, jadi dia hanya menganggukan kepala. “Aku mengerti.”
Ia membacakan dengan nada setenang air beku:
“Tidak diizinkan keluar dari kediaman tanpa persetujuan langsung dariku. Jika ditemukan terdakwa melanggar hal tersebut, petugas yang mengawasi Gilbert Nightray diizinkan memberikan hukuman ekseskusi!”
“Tidak boleh berinteraksi dengan bangsawan luar. Jika ditemukan terdakwa melanggar hal tersebut, petugas yang mengawasi Gilbert Nightray diizinkan memberikan hukuman ekseskusi!”
“Tidak boleh menyentuh senjata apa pun. Jika ditemukan terdakwa melanggar hal tersebut, petugas yang mengawasi Gilbert Nightray diizinkan memberikan hukuman ekseskusi!”
“Tidak boleh membuat keributan. Jika ditemukan terdakwa melanggar hal tersebut, petugas yang mengawasi Gilbert Nightray diizinkan memberikan hukuman ekseskusi!”
“Jika terjadi insiden dalam radius lima meter sekitarmu, kau tersangka pertama. Jika kejadian tersebut, petugas yang mengawasi Gilbert Nightray diizinkan memberikan hukuman ekseskusi!”
Sharon menelan ludah keras.
Gilbert menutup dokumen dengan satu ketukan jari.
“Aku berharap tidak ada masalah.”
“Jadi kalau aku melangkah satu meter dari kediaman ini tanpa izin … aku mati!?”
Gilbert mengedikkan alis. “Kurang lebih begitu.”
Sementara Sharon menggerutu dalam hati, semua aturan mengarah ke bendera kematian!
…
Setelah Gilbert selesai dengan pembicaraan mengenai aturannya, Gilbert pergi sebentar untuk mengatur penjagaan di depan gedung.
Sementara Sharon memutuskan untuk berkeliling di kediaman, asal tidak keluar dari kediaman dia aman-aman saja. Dia tidak melanggar aturan pasal berapa lah yang setebal buku sejarah!
Niatnya dia hanya ingin mencari suasana.
Namun, semua pelayan yang ia lewati …. Menjauh. Menunduk terlalu rendah. Atau bahkan memeluk nampan mereka erat-erat seolah Sharon akan merampas nyawa mereka.
Ada yang berbisik pelan, tapi cukup jelas di telinganya.
“Dia melihat ke sini … mengerikan”
“Jangan menatap matanya terlalu lama. Ayo segera pergi.”
Sharon menarik bibirnya menjadi senyum masam. “Luar biasa … aku bahkan belum melakukan apapun.
Ia mencoba membalikan reputasi Sharon di mata pelayan seperti Emilia tadi pagi, tapi tampaknya tidak berjalan lancar. Ia menyapa beberapa pelayan, namun tidak ada yang berani menjawab, beberapa malah ketakutan dan berlari.
Bahkan ketika Sharon membantu pelayan yang menjatuhkan keranjang buah, gadis itu langsung menangis.
“Maafkan saya! Saya tidak sengaja! Tolong jangan hukum saya!”
Sharon terpaku, gerakan tangannya yang ingin membantu berhenti”... Aku cuma mau bantu memungut.”
Pelayan itu kabur. Situasi juga makin ramai dengan bisik-bisik, mereka sudah salah paham.
Sharon menyapu wajahnya sendiri, penuh keringat karena bingung. “Ini akan lebih sulit … mau gimana lagi, baru juga satu hari.”
..
Hari sudah gelap. Saat Sharon sedang tertidur lelap. Ia mendengar suara yang agak aneh.
Suara langkah dari luar kamar membuatnya mengangkat kepala sedikit.
Mungkin Gilbert.
. “Gil … itu kamu?”
Namun langkah itu tidak menuju pintu.
Melainkan… menuju jendela.
Sharon menegang.
Krek… krek…
Suara seperti seseorang berjalan di genting rumah.
Sharon berdiri perlahan, mengambil lilin kecil sebagai penerangan, walaupun tangannya gemetar.
“Hallo…?”
Tidak ada jawaban.
Ia mendekati jendela.
Cahaya lilin menembus kaca, memantulkan siluet samar pepohonan.
Gelap.
Sunyi.
Dingin.
Lalu—
Sesuatu bergerak di atap rumah seberang.
Sangat cepat.
Sangat ringan.
Sharon mengintip lebih dekat.
Dan ia melihatnya dengan jelas:
Sebuah bayangan tinggi berdiri di atap—menghadap tepat ke jendelanya.
Tidak bergerak.
Tidak menunduk.
Seolah… sedang mengawasi.
Sharon membeku, napasnya tercekat.
Sosok itu kemudian sedikit memiringkan kepalanya…
Seakan menyadari bahwa Sharon sudah melihatnya.
Dalam sekejap—
Sosok itu menghilang.
Tanpa suara.
Tanpa jejak.
Tanpa bayangan.
Sharon menjatuhkan lilin hampir ke lantai.
“…Siapa… itu…?”
Lalu sebuah kemungkinan yang salah kaprah malah muncul. “Jangan bilang hantu!!”
Ia jelas salah menafsirkan sesuatu!
malah meme gw😭
Sharon sebagai antagonis palsu tuh bukan jahat—dia korban. Dan kita bisa lihat perubahan dia dari bab awal sampai sekarang.
pokonya mantap banget
rekomendasi banget bagi yang suka cerita reinkarnasi
dan villain
semangat thor