Menikahi Kakak Dari Calon Suamiku

Firas menatap jengah Pada Rea yang sedang menundukkan wajahnya.

"Jelaskan apa yang telah terjadi. Kenapa banyak sekali luka ditubuhnya, apa yang kau lakukan padanya?" tanyanya dengan geram

"Aku tidak melakukan apapun padanya. Luka luka yang dia dapatkan adalah karena ulahnya sendiri yang melompat dari mobil yang sedang melaju," jelas Fir pada sang ibu.

"Tidak mungkin dia melompat jika tidak ada sebab!"

Kali ini Diana berbicara dengan menatap keduanya secara bergantian.

Namun mereka hanya diam karna tidak mungkin mereka akan menceritakan peristiwa penculikan itu pada sang ibu.

"Tidak ada yang berani jawab dan mengatakan semua peristiwa yang telah menimpa menantu kesayanganku ini?"

"Mbak Ratna, panggilkan Daniel di kamarnya. Suruh dia turun aku harus bicara kepada anak anakku."

Selang beberapa detik Daniel turun dan kini mereka telah berkumpul diruang tamu termasuk Leon.

"Ibu mendapat laporan dari orang kepercayaan ibu jika telah terjadi penculikan terhadap menantu keluarga Mahotra. Apa itu benar?" tanya Diana dengan tegas.

Seketika ketiga lelaki yang sedang duduk itu saling pandang tak percaya. Sejak kapan ibunya mempunyai orang kepercayaan untuk mengawasi mereka.

"Katakan!"

"Ya ibu itu benar!" sahut anak sulungnya.

Dan sore ini ibu mendapat laporan jika Daniel telah membuat seorang wanita yang sedang hamil muda itu mengalami keguguran dan sekarang berada di rumah sakit!"

"Katakan!"

"Ibu!" Daniel terkejut dengan ucapan ibunya.

Begitu juga dengan, Firas, Leon, serta Rea.

"Apa yang ibu katakan! itu tidak benar bu," Daniel menyanggah tuduhan sang ibu.

"Tapi itu kenyataannya Daniel. Ibu tahu, jika anak yang dikandung wanita itu bukanlah anakmu. Tapi tak seharusnya kamu melampiaskan kemarahan dengan melampiaskan hasratmu secara brutal dan, membuatnya kesakitan. Itu adalah termasuk tindakan kriminal Daniel!"

Lagi lagi Daniel terkejut dengan penuturan sang ibu yang mengetahui semua kejadian yang dialaminya.

"Tapi dia baik baik saja saat aku tinggalkan."

Lalu sang ibu memperlihat rekaman video yang dikirim oleh orang kepercayaannya itu. Video dimana Sera sedang kesakitan disebuah rumah sakit, dan mengalami pendarahan hebat. Hingga akhirnya mengalami keguguran.

"Wanita itu memang bersalah tapi anak yang ada dalam kandungannya itu tidak punya salah apapun terhadapmu. Kenapa kau membuatnya pergi dari rahim wanita itu? Kenapa tidak kau tinggalkan saja wanita itu? Biarkan wanita itu sendiri yang menanggung akibat dari perbuatannya sendiri."

"Tapi sayangnya aku tidak bisa seperti itu bu. Aku tidak bisa memaafkan kesalahan orang begitu saja. Apalagi dia melakukan itu dengan temanku sendiri. Aku tidak bisa menerima semua itu. Hatiku rasanya begitu sakit setelah mengetahui semuanya. Tadinya aku berpikir untuk bertanggung jawab dan menikahinya, tapi dia terus saja menolak dengan alasan tidak mau terikat pernikahan dengan siapapun. Aku sudah berusaha mengerti dan menuruti keinginannya dengan tetap bertanggung jawab pada anaknya tanpa ada pernikahan diantara kami. Tapi siang tadi aku melihatnya bersama seseorang yang sangat aku kenal dan parahnya lagi mereka telah bekerja sama untuk menghancurkan pernikahanku saat itu. Hatiku hancur berkeping keping hingga susah untukku menyatukannya kembali." Daniel mengepalkan tangannya.

"Jadi sekarang kau sudah tahu bagaimana rasanya sakit hati dan hancur berkeping keping?" ejek Lea pada Daniel.

"Ya, maafkan aku Rea. Sekarang aku merasakan apa yang kamu rasakan dulu," ucapnya dengan pilu.

Rea bangkit dari duduknya saat matanya mulai panas dan berkaca - kaca.

"Bu, aku ke kamar dulu," pamitnya pada sang ibu. Berjalan menuju Lift seraya mengusap kasar air matanya.

Mereka yang masih terduduk menatap kepergian Rea.

"Kak tolong jaga baik baik wanita yang sekarang jadi istrimu. Dia adalah wanita sangat yang baik. Aku memang brengsek jika sudah mengenai masalah perempuan. Tapi percayalah kak, aku menjaganya seperti berlian. Aku tak pernah menyentuhnya sedikitpun. Dia tidak pernah menjalin hubungan dengan pria manapun selain aku," pinta Daniel pada sang kakak.

"Sekarang aku mengerti kenapa dia begitu marah saat kau mengatakan dia bersenang senang dengan lelaki lain diluar sana Fir," ucap Leon setelah mendengar penuturan dari Daniel.

"Tidak kak, aku menjaganya dengan sangat baik layaknya barang antik yang begitu mahal. Di era modern seperti sekarang ini sangat langka wanita yang sepertinya."

"Ibu sangat berharap padamu Fir. Terimalah pernikahanmu ini. Perlakukan dia sebagai istrimu dengan baik. Dia wanita yang baik dia juga cantik dan bersahaja. Ibu tidak meminta kau untuk melupakan gadis kecilmu. Tapi setidaknya beri istrimu sedikit ruang didalam hatimu." ucap sang ibu panjang lebar dan matanya mulai berkaca kaca mengingat menantu kesayangannya itu belum juga bisa diterima oleh anak sulungnya.

"Aku sudah berusaha." Firas bangkit dari duduknya lalu berjalan gontai menuju Lift.

Diana menatap punggung kekar anak sulungnya yang mulai menghilang dibalik pintu Lift yang tertutup.

"Maafkan aku ibu. Semua ini salahku," ucap Daniel seraya menyenderkan kepala pada bahu sang ibu.

"Ya sayang, ya sudah kau istirahatlah!"

"Ya bu. Kalau gitu aku ke kamar dulu."

"Tante aku juga pamit mau ke kamar," pamit Leon pada wanita yang merupakan adik dari papanya.

*

*

*

Di kamar.

Setelah selesai membersihkan tubuhnya Rea duduk dan menyandarkan kepalanya pada sandaran kasurnya jari jemari lentiknya berselancar dengan lincah di layar ponselnya.

Rea sedang membaca chat Group Alumni SMA nya yang akan mengadakan Reuni akbar di sekolahnya minggu depan.

Nilam

Satu nama yang akan segera ia hubungi.

"Hallo Rea," sahutnya dari ujung telpon.

"Hallo Lam. Apa kabarmu? Apa kau sudah baca chat Group Alumni SMA kita?" tanya Rea.

"Belum, Rea. Ada kabar apa di group?"

"Sekolah akan mengadakan reuni akbar lam. Apa kau akan datang?"

"Aku belum tahu lihat nanti sajalah acaranya juga kan masih minggu depan. Eh udah dulu ya Rea, aku lagi sibuk bye."

Tut tut tut...

Panggilan terputus begitu saja dari ponsel Nilam.

"Ini si Nilam kenapa ya? Tidak seperti biasanya. Terakhir dia menghubungiku sebelum peristiwa penculikan itu terjadi. Apa dia marah ya karna aku tidak ada di sana saat dia datang." Rea terus bergumam sendiri.

Lalu meletakan ponselnya di atas nakas kemudian membaringkan tubuhnya dan membenahi selimut untuk menutupi tubuhnya.

Sementara diseberang sana Nilam sedang gelisah karna merasa bersalah. Ia sangat malu dengan perbuatannya sendiri yang telah terlibat peristiwa penculikan terhadap Rea, teman dekatnya sendiri beberapa waktu lalu. Meskipun penculikan itu gagal tapi tetap saja ia merasa sangat bersalah.

Ia merasa tidak punya muka jika harus bertemu dengan Rea setelah peristiwa itu. Walaupun Rea tak mengetahui apapun. Tapi tetap saja Nilam merasa tidak enak sendiri. Nilam menarik nafas dalam - dalam lalu menghembuskan dengan kasar.

"Semua ini gara gara Erik brengsek itu! Jika saja aku tahu, kalau dia hanya memanfaatkan kebaikanku, aku tidak akan pernah mau melakukan semua itu!" sesalnya sendiri.

Tapi kini semua yang tersisa hanya tinggal penyesalan. Nilam sangat menyesal telah percaya begitu saja pada lelaki itu. Namun penyesalan hanyalah tinggal penyesalan. Sesuatu yang paling berharga yang ada pada diri Nilam kini telah hilang tidak akan pernah bisa kembali. Yaitu kesuciannya, yang telah ia berikan pada orang yang salah.