NovelToon NovelToon
Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Gadis Sultan & Cowok Pas-pasan

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:1.2k
Nilai: 5
Nama Author: @Asila27

Di dunia yang penuh gemerlap kemewahan, Nayla Azzahra, pewaris tunggal keluarga konglomerat, selalu hidup dalam limpahan harta. Apa pun yang ia inginkan bisa didapat hanya dengan satu panggilan. Namun, di balik segala kemudahan itu, Nayla merasa terkurung dalam ekspektasi dan aturan keluarganya.

Di sisi lain, Ardian Pratama hanyalah pemuda biasa yang hidup pas-pasan. Ia bekerja keras siang dan malam untuk membiayai kuliah dan hidupnya sendiri. Baginya, cinta hanyalah dongeng yang tidak bisa dibeli dengan uang.

Takdir mempertemukan mereka dalam situasi tak terduga, sebuah insiden konyol yang berujung pada hubungan yang tak pernah mereka bayangkan. Nayla yang terbiasa dengan kemewahan merasa tertarik pada kehidupan sederhana Ardian. Sementara Ardian, yang selalu skeptis terhadap orang kaya, mulai menyadari bahwa Nayla berbeda dari gadis manja lainnya.

dan pada akhirnya mereka saling jatuh cinta.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @Asila27, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ardi menarik perhatian cewek yang di kenal nya

Di warung makan, Ardi dan Ranti telah selesai menyantap makanan mereka.

"Bu, berapa jadinya semua?" tanya Ardi sambil merogoh kantongnya.

"Semua jadi 38 ribu, Mas," jawab pemilik warung.

Ardi mengeluarkan uang pecahan 50 ribu dan menyerahkannya kepada ibu warung.

"Ini, Mas, kembaliannya," ujar si pemilik warung sambil menyerahkan uang kembalian.

"Oh iya, Bu. Saya mau tanya, Ibu tahu nggak tempat kontrakan murah di daerah sini?" tanya Ardi penasaran.

Si pemilik warung berpikir sejenak, lalu menjawab, "Oh, kalau kontrakan, Mas mending tanya sama ojek pangkalan. Mereka lebih tahu."

"Memang Mas pendatang?" tanyanya lagi.

"Iya, Bu. Saya pendatang. Mau cari kerja di sini," jawab Ardi.

"Oh, pantas cari kontrakan. Kalau begitu, coba tanya sama tukang ojek pangkalan aja, Mas."

"Iya, Bu. Terima kasih ya," kata Ardi sopan.

"Sama-sama, Mas."

Setelah makan, Ardi mengeluarkan uang pemberian dari Agus dan mengambil sebagian untuk diberikan kepada Ranti. Ia menyerahkan 300 ribu kepadanya.

"Ini, Ran. Aku ada sedikit rezeki buat kamu," kata Ardi sambil menyodorkan uang tersebut.

Ranti menatap Ardi dengan kaget. "Mas, saya nggak bisa terima ini."

"Kenapa? Saya ikhlas kok. Saya cuma mau nolong kamu aja."

"Nggak usah, Mas... Oh iya, Mas, saya boleh minta tolong nggak?" Ranti tampak ragu, tetapi tetap mencoba berbicara.

"Minta tolong apa?" tanya Ardi.

"Boleh nggak saya satu kontrakan sama Mas Ardi? Soalnya saya juga nggak tahu daerah sini. Nanti kalau saya sudah dapat kerjaan, saya pindah."

Ardi terdiam sejenak, sedikit bingung dengan permintaan Ranti.

"Kenapa kamu mau ikut saya?" tanyanya.

"Nggak apa-apa, Mas. Saya di sini cuma baru kenal sama Mas doang. Saya nggak tahu lagi mau minta tolong sama siapa."

Ardi menatapnya lekat-lekat. "Kamu nggak takut? Kalau ikut aku nanti aku apa-apain?"

Ranti menggeleng sambil tersenyum. "Nggak, Mas. Dari sejak Mas mau nolongin saya, saya yakin Mas orang baik. Mas nggak akan ngelakuin itu semua ke saya."

Ardi menghela napas panjang. "Saya nggak bisa bantu kamu kalau soal itu, Ran. Apalagi kita baru kenal. Apa kata orang nanti kalau lihat dua lawan jenis yang nggak ada hubungan serumah?"

"Mas, saya mohon bantuin saya. Untuk sementara aja. Tolong, Mas, saya mohon banget..." Ranti tampak sangat memohon dengan mata berkaca-kaca.

Ardi akhirnya tidak tega melihat Ranti seperti itu. "Ya udah. Tapi untuk sementara, ya?"

"Iya, Mas. Sementara. Nanti kalau sudah dapat kerjaan, saya pasti pindah kok, Mas."

"Ya udah, kamu ikut saya. Kita ke pangkalan ojek dulu."

"Iya, Mas. Terima kasih ya, Mas, sudah bantuin saya."

"Iya, sama-sama."

Ranti tersenyum lega, lalu berjalan mengikuti Ardi menuju pangkalan ojek.

Sesampainya di pangkalan, beberapa tukang ojek yang melihat mereka langsung berdiri.

"Ojek, Mas, Mbak?"

"Iya, Mas, ojek. Tapi sebelum itu, Mas bisa cariin saya kontrakan dua kamar nggak?" tanya Ardi.

"Oh, Mas orang baru ya?" tukang ojek itu bertanya balik.

"Iya, Mas. Saya orang baru. Saya ke sini mau cari pekerjaan. Dan ini adik saya yang mau kuliah di sini juga," kata Ardi spontan.

Ranti yang mendengar Ardi memperkenalkannya sebagai adiknya kaget bercampur bahagia. Ternyata Ardi benar-benar mengizinkannya untuk tinggal bersama.

"Oh, adiknya. Saya kira istrinya," kata tukang ojek sambil tertawa kecil.

"Ya nggak lah, Mas. Ini adik saya. Masak iya istri saya muda banget kayak gini?" ujar Ardi bercanda.

"He-he-he. Ya saya kira gitu, Mas. Kalau gitu, mari Mas dan Mbak, saya antar ke kontrakan. Mbak-nya sama teman saya aja ya."

"Jal, kamu antarin Mbak ini, ya. Mas-nya biar sama aku," ujar tukang ojek itu kepada temannya.

Di rumah mewah, Pak Andi yang baru pulang langsung mencari Nayla.

Namun, saat tidak menemukannya, ia menanyakan kepada pembantu rumah tangga.

"Bik, Nayla ke mana?" tanyanya dengan nada sedikit panik.

"Loh, bukannya Non Nayla sudah pamit sama Tuan? Tadi siang Non Nayla pergi bawa koper. Saya kira sudah pamit sama Tuan."

"Apa?! Pergi? Nayla pergi ke mana? Bibik nggak tanya dia mau ke mana?"

"Nggak, Tuan. Soalnya tadi saya kira sudah pamit sama Tuan."

Pak Andi yang mendengar bahwa Nayla pergi membawa koper langsung panik dan segera mengerahkan anak buahnya untuk mencari anaknya.

Sementara itu, Nayla sendiri kini dalam perjalanan menuju rumah Om Rangga, adik ibunya.

Pak Andi yang masih bingung sambil menunggu kabar dari anak buahnya, mencoba menelepon Dina.

Di seberang telepon, Dina yang melihat nama Pak Andi tertera di layar ponselnya langsung mengangkatnya.

"Halo, Om Andi."

"Halo, Din. Nayla ada di rumah kamu?"

"Nggak, Om. Nayla nggak ada di sini. Emang Nayla ke mana, Om?"

"Oh, nggak ada? Aku kira dia ada di rumah kamu. Soalnya Nayla pergi dan belum pulang."

"Mungkin Nayla lagi jalan-jalan, Om. Anak itu kan biasanya suka jalan-jalan."

Pak Andi menggeleng. "Nggak, Din. Biasanya kalau pergi, dia nggak bawa barang-barangnya. Ini sekarang masalahnya dia pergi bawa koper."

Dina menelan ludah. "Saya nggak tahu, Om, Nayla ke mana," elaknya, berusaha menghindari pembicaraan lebih lanjut.

Pak Andi yang curiga dengan jawaban Dina langsung berkata, "Kamu nggak nutup-nutupi keberadaan Nayla, kan, Din?"

"Nggak kok, Om! Aku nggak nutupin apa-apa. Aku beneran nggak tahu," kata Dina dengan gugup.

"Ya udah," kata Pak Andi, lalu menutup teleponnya.

Namun, ia semakin curiga dengan sikap Dina dan langsung menghubungi anak buahnya.

"Halo, Bos," suara di seberang terdengar.

"Halo. Kamu sekarang awasi Dina. Kemungkinan dia tahu keberadaan Nayla."

"Siap, Bos. Akan saya kerjakan."

"Ya udah, kerahkan semua anak buah kamu."

"Baik, Bos. Segera saya kabari."

Setelah menunggu dua jam, anak buah Pak Andi meneleponnya kembali.

"Halo, Bos."

"Iya?!"

"Ini, Bos. Non Nayla nggak bisa ketemu, Bos. Nomornya juga nggak bisa dilacak. Dan anak buah saya sudah mengecek CCTV di rumah Dina, tapi nggak ada tanda-tanda Nayla ke sana."

Pak Andi yang mendengar laporan tersebut langsung emosi. "Bodoh! Mencari jejak anak saya aja nggak bisa! Percuma saya membayar kalian mahal-mahal! Saya nggak mau tahu. Besok Nayla harus sudah ditemukan!"

1
Nyoman Nuarta
....
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!