Karena takut dipenjara dan harus mempertanggungjawabkan perbuatannya, Kaisar Mahaputra terpaksa menikahi seorang gadis belia yang menjadi buta karena ulahnya.
Sabia Raysha ialah gadis yang percaya pada cerita-cerita Disney dan yakin bila pangeran negeri dongeng akan datang untuk mempersuntingnya, dia sangat bahagia saat mengetahui bila yang menabraknya adalah lelaki tampan dan calon CEO di perusahaan properti Mahaputra Group.
Menikah dengan gadis ababil yang asing sementara ia sudah memiliki kekasih seorang supermodel membuat Kaisar tersiksa. Dia mengacuhkan Sabia dan membuat hidup gadis itu seperti di neraka. Namun siapa sangka, perhatian dari adik iparnya membuat Sabia semakin betah tinggal bersama keluarga Mahaputra.
“Menikahimu adalah bencana terbesar dalam hidupku, Bia!” -Kaisar-
“Ternyata kamu bukanlah pangeran negeri dongeng yang selama ini aku impikan, kamu hanyalah penyihir jahat yang tidak bisa menghargai cinta dan ketulusan.” -Sabia-
**********
Hai, Bestie! Jangan lupa klik ❤️ dan like agar author semakin semangat update dan berkarya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UmiLovi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Seranjang Lagi
Hangat, berbulu dan keras.
Sabia mengerjapkan mata dalam kegelapan beberapa kali, ia masih belum bisa tidur. Kilas balik kejadian tadi siang di MP Stable & Ecopark melintas dalam ingatannya. Momen saat tiba-tiba Kaisar datang, merengkuh bahunya dan menyelamatkannya dari amukan kuda, saat Kaisar menggenggam tangannya dengan erat, saat ia menyentuh pipi suaminya itu dan merasakan tangannya geli ketika bergesekan dengan bulu-bulu halus disepanjang rahangnya.
Ahhh, apakah Bia sudah mulai jatuh cinta?
Tapi bukankah sejak awal Bia setuju menikah dengan Kaisar karena tahu bila ia lelaki yang tampan dan kaya?
Bila bukan jatuh cinta, lantas apa namanya?
Dan momen beberapa malam yang lalu juga membuat Sabia terkejut bukan main. Sebelumnya ia sudah memastikan bila ia tidur sendirian, namun saat terbangun ia menyadari bila Kaisar sudah ada di sampingnya, tidur tak jauh dari tempatnya. Aroma tubuh dan suara dengkuran halus itu tak bisa berbohong, entah apa yang membuat Kaisar tiba-tiba tidur seranjang lagi dengannya. Sabia masih gengsi untuk memulai obrolan dengan lelaki tua itu, ia memilih pura-pura tidur lagi hingga siang dan Kaisar kelabakan sendiri karena bangun kesiangan.
Ada rasa bahagia di hati Bia, pun ada rasa takut bila suatu saat ia harus berpisah dari Kaisar. Entah mengapa ia begitu nyaman berada di lingkungan ini, meski Kaisar selalu bertingkah semena-mena.
"Kenapa belum tidur. Ini sudah malam!"
Bia tersentak. Suara Kaisar yang berdiri tak jauh darinya membuat seluruh tubuhnya menghangat. Sejak kapan ia berada di kamar ini.
"Mau apa kamu ke sini?!" sungut Sabia.
Kaisar terkekeh. "Mau tidur lah. Ini kan juga kamarku!"
"Pergi sana, aku nggak mau tidur sama kamu!"
"Memangnya kenapa? Kita kan sudah suami istri, kalo pisah ranjang terlalu lama tidak baik, Bia!" keluh Kaisar, sebenarnya ia memutuskan tidur sekamar lagi karena orang tuanya sudah datang, tak mungkin Kaisar tidur di kamar terpisah.
"Suami istri?"
"Iya. Apa perlu aku perjelas?" Kaisar naik ke atas ranjang.
Sontak Sabia menarik selimutnya hingga menutupi leher. Sejak paham apa itu sekss, ia jadi lebih waspada sekarang. Kaisar bisa saja melakukan itu padanya.
"Pergi. Aku nggak mau tidur sama kamu."
"Ah, ayolah Bia. Bukankan kamu bilang tidur hanya perlu memejamkan mata? Apa susahnya sih berpura-pura dan bertingkah seolah aku tak ada!" Kaisar memohon dengan frustasi.
Sabia tak menyahut. Berdekatan dengan Kaisar entah mengapa membuat debaran di dadanya bergemuruh riuh. Akhirnya ia pun mengalah, perlahan Bia merebahkan kepalanya dan memejamkan mata. Ia tak ingin berdebat lagi.
Melihat Sabia tak lagi membantah, Kaisar tersenyum lega. Ia lekas merengkuh bantal yang sudah melambai mengajaknya tidur bersama. Ahhhh, aroma strawberry ini entah mengapa membuat otot tegang di seluruh tubuhnya mulai meregang rileks.
"Selamat malam, Bia."
..
..
..
Hari senin adalah hari di mana Sabia harus kontrol ke Rumah Sakit. Karena Mira sudah kembali ke Singapore pada hari minggu kemarin, maka Bia kontrol ditemani oleh Bik Yati.
"Mau ke mana kalian?" tanya Hari begitu melihat Sabia dan Bik Yati berjalan bergandengan.
Bik Yati menoleh. "Mau anter Non Bia kontrol terakhir, Tuan!"
"Sama siapa?" Hari memperhatikan sekitarnya, berharap Kaisar muncul untuk mengantarkan mereka.
"Berdua, Tuan. Sama supir jadi bertiga!" sahut Bik Yati santai.
Sabia terkekeh mendengar jawaban Bik Yati, ia menoleh ke suara Hari yang berada di sisi kiri tubuhnya.
"Nggak usah khawatir, aku nggak akan kabur lagi hari ini!"
Deg. Benar. Minggu lalu Sabia sempat kabur.
"Ya sudah, biar aku antar. Bik Yati kamu di sini saja."
"Yakin, Tuan?"
Hari mengangguk. "Kalo Bia hilang lagi memangnya Bibik mau tanggung jawab?"
Bik Yati menggeleng cepat. "Iya deh, Bibik di rumah saja."
"Loh, memangnya kalo Bik Yati ikut kenapa?" Sabia memprotes.
"Tidak. Cukup kamu saja yang meribetkanku, jangan ditambah dengan Bik Yati."
"Ah, Tuan! Bibik nggak ribet loh, buktinya udah obral sana obral sini sampe banting harga dan kasi diskon beli 1 gratis 3 tapi masih nggak laku juga!"
"Salah sendiri. Coba obralnya di pasar, pasti laris!" gerutu Hari.
"Ah, Tuan! Mana ada ikan arwana berenang di empang, harusnya di akuarium khusus dan gak sembarangan."
Hari terkekeh, ikan arwana?
"Bibik tuh lebih pantes jadi ikan buntal daripada arwana! Hahaha ..."
"Tuan, iih! Jahat!"
Hari menarik tangan Bia dan mengajaknya berlari karena Bik Yati bersiap memukul lengannya. Bia tak bisa menahan senyum ketika Hari menggenggam erat tangannya sambil berlari. Ia seperti kembali ke masa kecil. Masa di mana gelak tawanya timbul hanya karena hal sepele dan sederhana.
"Sehabis dari Rumah Sakit, aku ingin mengajakmu ke suatu tempat." Janji Hari saat mereka berdua sudah berada di mobil.
"Ke mana?" potong Sabia antusias.
"Ada deh! Nanti juga kamu akan tahu." Hari melirik kakak iparnya yang mencibir padanya dan tertawa. "Oh, ya, aku minta maaf untuk kejadian kemarin ya, Bia. Hero memang selalu begitu setiap kali bertemu dengan orang baru."
"Hero nama kudamu?" sela Bia.
Hari mengangguk, untuk sesaat ia lupa bila kakak iparnya buta. "Iya. Kak Kai yang memberinya nama."
"Kenapa harus dia yang kasi nama? Kan kuda itu bukan miliknya!" sungut Sabia.
"Dia selalu mengolokku sebagai pecundang. Jadi dia menamai kudaku Hero agar tak jadi pecundang seperti Hari."
Sabia tercenung mendengar penjelasan itu. Kenapa Kaisar mulutnya jahat sekali! Apa tidak bisa mulutnya itu di sekolahkan di sekolah khusus tata krama dalam bertutur kata. Sabia geram sendiri.
"Aku tidak tahu apa yang lebih buruk dari Kaisar selain mulutnya yang jahat!" rutuk Bia emosi. "Oh, jangan lupa masih ada satu lagi keburukan dia, bermain wanita!"
"Hahaha ... tapi kamu mencintainya, kan?"
"Ihhh ..."
"Iihhh, benar! Ya, kan?" tukas Hari tertawa.
Sabia merengut. "Tadinya aku pikir aku mencintainya, Hari. Tapi ternyata aku hanya terobsesi pada tokoh fiktif dalam dunia imajinasiku. Kaisar tidak lebih dari sosok penyihir jahat yang nggak bisa menghargai apa itu cinta dan ketulusan!"
"Memangnya kamu ingin sekali menikah dengan pangeran impianmu?"
Sabia mengangguk, tapi detik berikutnya ia menggeleng. "Nggak lagi. Aku sudah berhenti bermimpi sejak menyadari bila impianku hanyalah bunga tidur yang nggak akan pernah bisa terbangun."
"Yaaah, cemen! Gitu aja nyerah!"
***********************
Yuhuuu, goyang jempolnya jan lupa, Bestie ❤️
coba klo ga sakit apa mau di puk puk
cuma taunya marah kan bang koi bang koi pulang" mlh sakit 🤣🤣🤣
Kai ini cari mslh aja ada yg halal
tp cinta mo lawan kah😍