MISI KEPENULISAN NOVELTOON
Enam tahun hidup sebagai istri yang disia-siakan, cukup sudah. Saatnya bercerai!
Zetta menghabiskan waktu yang tak sebentar untuk mengabdikan dirinya pada Keenan Pieters, lelaki yang menikahinya, tapi tak sekalipun menganggapnya sebagai seorang istri.
Tak peduli Zetta sampai menjadi seperti seorang pelayan di keluarga Keenan, semua itu tak juga membuat hati Keenan luluh terhadap Zetta. Sampai pada akhirnya, Zetta pun memutuskan untuk menyudahi perjuangan cinta sepihaknya tersebut.
Namun, saat keduanya resmi bercerai, Keenan malah merasakan jika ada sesuatu yang hilang dari dalam hidupnya. Lelaki itu tanpa sadar tak bisa lepas dari setiap kenangan yang Zetta tinggalkan, di saat sang mantan istri justru bertekad membuang semua rasa yang tersisa untuknya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tiwie Sizo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30
Mendengar nama Alena disebut, Alma tampak membeku dengan ekspresi wajah yang sulit untuk dilukiskan. Tak lama kemudian, tangis perempuan paruh baya itu pecah begitu saja. Alma menangis tersedu-sedu dengan sangat menyedihkan. Kesedihan karena ditinggal Alena untuk selama-lamanya kini Alma rasakan kembali, seolah baru kemarin hal itu terjadi.
Alena adalah putri sulung Alma dan Jordan yang telah meninggal beberapa tahun yang lalu, kakak perempuan Helia. Dan kematian Alena rupanya disebabkan oleh ayahnya Zetta. Hal itu memicu sebuah dendam yang seakan tak ada habisnya bagi keluarga Fernandez.
"Tenanglah, Alma. Jangan menangis lagi. Percayalah kalau putri kira sekarang sudah tenang di alam sana," hibur Jordan sembari memeluk Alma dan mengusap lembut punggungnya.
"Bagaimana aku bisa tenang? Hatiku benar-benar sakit. Setiap kali ingat bagaimana Alena pergi meninggalkan kita, rasanya aku tak sanggup untuk melanjutkan hidup," sahut Alma di sela isakannya. Perempuan paruh baya itu tersedu-sedu dengan begitu memilukan, hingga membuat siapa saja tak tahan mendengarnya.
"Aku juga merasakan apa yang kamu rasakan setiap kali teringat pada Alena. Tapi kita tidak boleh larut dalam kesedihan. Alena pasti akan ikut sedih kalau kita seperti ini," ujar Jordan lagi.
"Aku benar-benar tidak rela. Putri kita telah tiada dan tak akan pernah kembali lagi. Tapi putri lelaki itu bisa melenggang dengan bebas dan terus berkeliaran di sekitar kita. Aku tidak rela. Harusnya Zetta juga mati seperti Alena." Alma berujar dengan sangat emosional.
"Aku tahu. Aku telah berusaha memberikan keadilan pada Alena sebisaku. Siapa yang tahu kalau Zetta bisa lolos begitu saja dengan berlindung di bawah statusnya sebagai istri Keenan. Tapi tenang saja. Sekarang dia dan Keenan sudah bercerai. Sudah pasti dia tidak di bawah perlindungan Keenan lagi. Aku masih memiliki banyak kesempatan untuk menghancurkannya, seperti saat dulu aku menghancurkan ayahnya." Jordan menyakinkan Alma, hingga istrinya itu pun menjadi sedikit lebih tenang dibandingkan dengan sebelumnya.
Enam tahun lalu, Jordan telah membalaskan dendam kematian Alena dengan menghancurkan perusahaan ayah Zetta dan menguasainya. Karena kejadian itu, keluarga Zetta juga ikut hancur, bahkan Zetta sampai kehilangan sang ayah untuk selama-lamanya. Tapi Jordan masih belum puas karena Zetta selamat dari imbas tragedi balas dendam tersebut.
Zetta yang mengambil kesempatan menikah dengan Keenan pada saat Helia koma, membuat Jordan tak bisa berbuat apa-apa padanya. Jordan tak bisa menyentuh Zetta karena status Zetta yang saat itu telah menjadi istri sah Keenan. Hal itu membuat dendam Jordan masih belum diselesaikan dengan tuntas. Entah atas dasar apa, tapi Jordan tak bisa menyentuh siapa pun yang memiliki ikatan dengan Keenan.
Sementara itu, Zetta yang sebelumnya meninggalkan Alma setelah sempat membuat ibu Helia itu kesal, tampak telah kembali ke kantor. Arshi menyambut kedatangannya dan memberitahukan jika di dalam ada Theo dan Andara yang telah menunggu kedatangannya sejak tadi. Kedua orang itu datang hampir bersamaan dan sekarang sedang berbincang di ruangan tempat biasa Zetta menemui tamunya.
"Apakah sudah lama menunggu?" tanya Zetta saat masuk ke dalam ruangan tersebut.
Theo dan Andara langsung menghentikan perbincangan mereka dan langsung menoleh ke arah Zetta.
"Tidak. Aku baru saja sampai," sahut Theo.
"Saya juga." Andara menimpali.
Zetta tersenyum, lalu duduk di hadapan kedua lelaki tersebut. Dilihatnya sudah terhidang teh dan makanan kecil untuk kedua tamunya itu. Tampaknya Arshi sudah menjamu mereka dengan baik.
"Maaf, tadi saya ada urusan di luar," ujar Zetta. "Ngomong-ngomong, saya memang ada janji dengan Theo, tapi Tuan Andara, ada perlu apa Anda datang kemari?"
Andara tampak tersenyum tipis menanggapi pertanyaan itu. Setelah terakhir kali datang ke kantornya, sambutan Andara tak terlalu baik pada Zetta, wajar saja jika sekarang Zetta terlihat agak menjaga jarak dengannya.
"Saya yang minta maaf karena datang tanpa membuat janji terlebih dahulu dan bukan di saat jam kerja. Ada hal penting yang perlu saya bicarakan. Boleh kita bicara berdua saja?" tanya Andara sambil melirik Theo sekilas.
Theo segera mengerti dan bangkit dari duduknya, lalu pamit untuk keluar dari ruangan tersebut. Zetta pun meminta Theo untuk menunggu di ruangannya.
"Jadi apa yang ingin Tuan Andara bicarakan dengan saya?" tanya Zetta saat Theo telah pergi. Andara tak langsung menjawab. Dia menyesap teh di hadapannya sejenak, baru kemudian membuka mulutnya.
"Saya ingin bekerja sama dengan Anda. Maafkan sikap saya tempo hari yang kurang mengenakkan saat Anda datang ke kantor saya," ujar Andara dengan bahasa yang formal dan lebih sopan ketimbang saat berbicara pada Zetta di pertemuan sebelumnya.
"Bukannya tempo hari Anda tampaknya tak terlalu berniat bekerjasama dengan saya? Kalau Anda saat itu mau, tentu saja sekarang kita sudah menandatangani kontrak kerjasama." Zetta menatap Andara dengan ekspresi yang serius.
"Iya, benar. Saya melakukan kesalahan dengan tidak menanggapi serius tawaran Anda tempo hari. Sekarang saya sudah mendapatkan pencerahan dan menyadari kalau bekerjasama dengan Anda pasti akan sangat menguntungkan. Belum terlambat untuk melanjutkan pembicaraan kita tempo hari," sahut Andara.
Zetta sedikit menautkan kedua alisnya. Entah apa yang membuat lelaki paruh baya di hadapannya ini berubah sikap seperti sekarang ini, padahal sebelumnya dia terkesan meremehkannya.
"Saya sangat menghargai itikad baik Tuan Andara. Tapi sepertinya saya tidak akan meneruskan tawaran kerjasama saya tempo hari karena saya berpikir Tuan tidak berminat bekerjasama. Lagipula, sekarang saya sudah resmi menjalin kerjasama dengan perusahaan lain," ujar Zetta menolak tawaran kerjasama Andara.
Andara tampak kecewa. Dia tak menyangka kalau Zetta bisa menemukan partner bisnis lain secepat itu, padahal awalnya Andara mengira Zetta pasti akan terus melobinya. Andara sebenarnya sangat ingin bekerjasama dengan Zetta, tapi karena suatu hal, dia berniat untuk mempermainkan Zetta dulu, baru benar-benar berbisnis. Siapa sangka Zetta tak terima dipermainkan dan malah memilih bekerja sama dengan perusahaan lain.
Andara terbayang pada peringatan keras dari Keenan yang melarang dirinya mempermainkan mantan istri lelaki itu. Andara pun bertekad untuk menebus kesalahan yang telah dia buat sebelumnya.
"Nyonya Zetta, tolong pertimbangkan lagi rencana kerjasama kita sebelumnya. Sejujurnya, saya sangat ingin bekerjasama dengan Anda sejak awal. Saya juga tidak berniat mempermainkan Anda. Tapi Jordan meminta saya untuk tidak bekerjasama dengan Anda dan mengatakan banyak hal biuruk tentang Anda. Saya menyesal telah mempercayai itu semua dengan mudah," ujar Andara lagi.
"Jordan?" ulang Zetta.
Andara mengangguk mengiyakan.
Seketika Zetta tertawa dengan renyah mendengar nama lelaki itu. Rupanya Jordan berusaha menyabotase urusan Zetta sampai segitunya.
"Baiklah," gumam Zetta kemudian. "Mungkin saat ini kita tidak bisa bekerjasama, tapi kita masih bisa melakukan itu di masa depan."
Andara menghela nafasnya. Zetta masih menolak meneruskan kerjasama mereka meskipun dia telah memberitahu alasan yang sebenarnya. Tak ada yang bisa dia perbuat lagi hingga akhirnya dia pun menerima keputusan Zetta. Andara pun mengajak Zetta makan malam untuk menebus kesalahan yang telah dia lakukan pada Zetta tempo hari.
Tak langsung mengiyakan ajakan Andara, Zetta menemui Theo di ruang kerjanya terlebih dahulu. Lelaki itu datang karena sebelumnya dia dan Zetta telah berjanji untuk makan malam bersama. Dia bertanya apa Theo keberatan jika kali ini Andara ikut makan malam bersama mereka.
Karena Theo tak merasa keberatan, akhirnya Andara pun ikut bersama Theo dan Zetta serta berniat meneraktir makan malam kali ini. Tapi baru saja mereka hendak keluar, tiba-tiba saja ada yang menghubungi ponsel Zetta.
"Halo, benar ini dengan Nyonya Zetta?" tanya seorang perempuan di seberang sana sesaat setelah Zetta menerima panggilan telepon yang masuk.
"Iya, benar. Anda siapa dan ada keperluan apa menghubungi saya?" Zetta balik bertanya.
"Saya petugas kepolisian, Nyonya. Saya ingin memberitahukan jika adik laki-laki Anda sedang berada di kantor polisi. Harap Anda untuk segera datang kemari," sahut perempuan itu.
"Adik laki-laki?" Zetta tampak menautkan kedua alisnya tak mengerti.