Hana, sosok istri bertubuh gendut terpaksa harus menelan pil pahit saat suaminya melemparkan sebuah surat perceraian tepat mengenai wajahnya.
Ternyata menjadi sosok istri baik dan penurut saja tak membuat Bagas merasa bangga. Nyatanya, Hana harus menerima kenyataan bahwa suaminya berselingkuh dengan sang adik tiri lantaran tubuhnya sudah tak semolek dulu lagi.
Tiga tahun pasca kejadian itu, Hana datang kembali dengan penampilan fantastis dan juga drastis. Inilah saatnya ia mengacaukan hidup Bagas dan si Adik tirinya yang tak berperasaan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Adinasya mahila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 : Gede Rasa
Kelana mencoba menyembunyikan perasaan, dia berdehem setelah Hana berhasil membuatnya gede rasa. Di dalam hati pria itu berbisik, “Tentu saja kamu akan menyukaiku, siapa yang tidak akan menyukai pria tampan, kaya, berwibawa sepertiku?”
“Pak, apa ada yang ingin Anda sampaikan lagi? jika tidak ada saya permisi, saya mau kembali ke meja saya.”
Hana meminta izin, dia menggeleng mencoba menatap wajah Kelana. Wanita itu tahu kalau dirinya berhasil membuat sang atasan gede rasa, memang dia sengaja. Meski dari segi umur lebih tua Kelana, tapi untuk pengalaman jelas Hana bukan lawan sepadan, yang bisa diremehkan begitu saja oleh Kelana dari segi pengalaman bercinta. Ah … maksudnya dalam hal percintaan.
“Ya sudah pergi sana! selesaikan semua pekerjaanmu hari ini!” titah Kelana sambil membuat gerakan mengusir Hana, dia pun memutar tumit untuk kembali duduk di kursinya.
***
Bunga mengadu ke Arman, dia menangis di pelukan Tantri dengan memegang tisu di tangan. Sesekali dia mengusap air mata yang jatuh berlinangan. Namun, tak ada sedikitpun rasa simpati di hati Arman. Teringat jelas di kepala pria itu kala Hana keguguran, dan menangis kerena perselingkuhan yang sang adik tiri lakukan dengan suaminya sendiri.
“Ayah suruh saja Hana pergi lagi, kalau bisa menghilang saja dari keluarga kita. Kedatangannya hanya merusak keharmonisanku dengan mas Bagas,” ucap Bunga dan diamini oleh sang ibunda.
Tantri nampak mengangguk. Dua wanita itu seolah lupa dengan perbuataan mereka ke Hana tiga tahun lalu.
“Jangan berpikir yang tidak-tidak dulu! mungkin kamu salah,” jawab Arman yang memilih untuk tidak berkomentar banyak. Pria tua itu berusaha bersikap sama seperti saat Hana terluka dulu. Ia tahu dengan jelas Bunga merebut Bagas dari putrinya. Namun, dulu dia sedang mengecap manisnya puber kedua, tidak mungkin meninggalkan Tantri demi sang putri. Egois memang, tapi begitu adanya.
“Mas gimana sih? bukannya nurutin apa yang Bunga mau malah minta nggak usah berpikir macam-macam,” amuk Tantri. Ia terus mengusap punggung sang putri yang sepertinya hanya mengeluarkan air mata buaya. “Apa karena Hana anak kandung Mas Arman jadi begini, iya?”
Arman menggeleng, menyaksikan dua pasangan ibu dan anak ini membuatnya pening. Posisinya serba salah, bahkan Hana saja menganggapnya lebih menyayangi Tantri dan Bunga.
“Bukan begitu, kalau aku berpikir seperti itu, sejak awal jelas Bunga tidak akan pernah menikah dengan Bagas karena aku tidak akan merestuinya. Apa kamu memikirkan posisiku dulu? Punya menantu sama tapi nikahnya dengan anakku yang berbeda,” kata Arman. Ia tetap dengan pendirian tak mau membela Bunga, tapi jelas hal itu tidak dia tunjukkan dengan gamblang karena takut istrinya murka.
“Selesaikan masalah rumah tanggamu sendiri, Ayah yakin Hana tidak mungkin berniat merebut Bagas kembali, karena Hana mengirim pesan ke Ayah kalau dia akan dilamar oleh CEO tempatnya bekerja, jadi jangan takut! Hana sudah move on dari Bagas.” Arman malah pamer, ucapannya berhasil membuat mata Tantri membulat sempurna.
“Apa?”
***
Jam menunjukkan waktu makan siang, Kelana yang biasanya memilih makan di luar tiba-tiba ingin mengajak Hana keluar makan sekaligus membicarakan rencana mereka yang sungguh kriminal. Pria itu berjalan ke luar ruangan dan alangkah terkejutnya tak mendapati sang sekretaris berada di tempatnya.
Kelana pun mencoba menghubungi ponsel Hana, dan di saat yang bersamaan, wanita itu ternyata sedang mengantri makanan di kantin.
“Bukannya kamu tidak suka makanan kantin, katamu diet?”
“Sekali-sekali Pak, saya juga ingin merasakan suasana makan bersama karyawan yang lain,” jawab Hana dari seberang panggilan.
“Karyawan yang lain atau Bagas?” gerutu Kelana yang terdengar jelas di kuping Hana.
“Wah … panjang umur sekali dia, baru Anda sebut dia sudah muncul di depan mata saya.”
“Halo … Hana! Halo.”
Kelana menatap tajam benda pipih di tangannya, dia tak menyangka Hana berani memutuskan panggilan seperti itu. Dengan langkah lebar Kelana menuju lift dan menekan lantai paling dasar di mana kantin berada, entah apa yang menjadi motivasinya, yang pasti dia ingin menjewer kuping Hana jika sampai melihat wanita itu bersama Bagas nanti.
Sementara itu, Bagas membuntuti Hana dengan sengaja. Pria itu bahkan duduk di kursi yang berada satu meja dengan mantan istrinya itu.
Hana pura-pura tak melihat, dia menganggap Bagas mahkluk tak kasat mata yang sedang berkeliaran di sekitarnya. Wanita itu menyuapkan makanan ke dalam mulut, sedangkan Bagas diam-diam menatap jenis makanan yang diambil oleh Hana. Dengan penuh perhatian, Bagas memberikan chicken katsu miliknya ke piring Hana.
“Aku diet!” ucap Hana. Ia kembalikan chicken katsu itu ke piring Bagas. “Jika aku mau tentu aku sudah mengambilnya sendiri tadi,” ketusnya.
“Untuk apa kamu diet? Tubuhmu sudah sangat proporsional, kamu seksi dan semok.”
“Brttt … “ Hana sampai menyemburkan kuah sup yang baru dia seruput. Bagas memang sesuatu. Bisa-bisanya memuji dirinya yang dulu pernah dikatai gendut seperti badak.
“Apa katamu? Seksi? Hah … ya begitulah sekarang aku memang seksi, tapi dulu ada pria yang menceraikanku karena aku gendut,” sindir Hana, dia memalingkan muka karena malas melihat wajah mantan suaminya yang mirip buaya muara.
Namun, tak Hana sangka. Niatnya membuang muka pun menjadi boomerang. Bagaimana tidak? dia malah bertatapan mata dengan Kelana. Sendok yang dia pegang pun sampai terlepas dari genggaman, dia melihat sang atasan memasang muka datar dan berjalan ke arahnya dan Bagas. Kehadiran Kelana di sana sontak membuat kantin gaduh.
“Apa yang dia lakukan di sini?”
_
_
_
_
Vote + poin + komen \= love you geng
tidak ada pembenaran untuk perselingkuhan, alasannya hanya satu yaitu nafsu, nafsu ingin memiliki yang lebih dari apa yang sudah mereka miliki. l