Riana terpaksa menerima lamaran keluarga seorang pria beristri karena keadaan yang menghimpitnya. Sayangnya, pria yang menikahinya pun tidak menghendaki pernikahan ini. Sehingga menjadikan pria tersebut dingin nan angkuh terhadap dirinya.
Mampukah Riana tetap mencintai dan menghormati imamnya? Sedangkan sikap labil sering sama-sama mereka tunjukkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rini sya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yuta Tak Tinggal Diam
Semalam utuh Langit tak bisa tidur. Pikirannya semrawut tak karu-karuan. Bagaimana tidak? Langit sangat mengenal kedua orang tuanya. Mereka tak pernah bermain-main dalam setiap ucapan. Selalu tegas dan yakin jika mengambil keputusan. Tak ayal, sikap tegas inilah yang kini baru Langit sadari, bahwa itu memang bertujuan untuk kebaikannya.
Di bawah guyuran shower, berkali-kali Langit merutuki kebodohannya. Seandainya dia tidak terpancing oleh foto yang belum terbukti kejelasannya itu mungkin dia tidak akan melakukan hal gila itu pada Riana. Dan Riana pasti masih berada di dalam rumahnya. Mungkin wanita itu kini juga akan terus berada di sampingnya.
Inikah yang dinamakan terlambat. Inikah yang dinamakan penyesalan. Langit hanya bisa mencaci kebodohannya sendiri sekarang.
Riana adalah selembut-lembutnya wanita. Sebaik-baiknya wanita. Langit tak pernah mengancamnya untuk mengadukan perbuatannya kepada kedua orang tuanya. Tetapi, gadis itu sama sekali tak pernah mengadukan sikapnya kepada orang-orang yang mungkin bisa menyelamatkan dirinya. Riana sama sekali tidak pernah menggunakan kesempatan itu, padahal harusnya bisa.
Sungguh, hal itu juga menjadi salah satu Langit menyesal. Riana bisa saja kabur darinya. Mengadukannya kepada polisi. Tapi gadis itu memilih bungkap dan menutupi aibnya. Entah terbuat dari apa hati wanita itu.
"Ya Tuhan, harusnya sebelum aku menghakiminya, alangkah baiknya aku bertanya padanya. Siapa pria itu? Lagian ngapain aku marah? Aku dan dia kan?" Langit menghentikan aktivitas mandinya. Lalu kembali mengingat dan berpikir.
Aneh! Langit merasa aneh.Qneh dengan sikapnya, yang seolah-olah tidak Terima jika Riana disentuh pria lain. Aneh, kenapa harus sefrontal itu terhadap Riana. Bukankah selama ini dia tak ingin peduli dengan kehidupan pribadi wanita itu. Jadi, harusnya tak masalah dong kalau seandainya Riana mau bertemu seseorang.
"Apakah aku cemburu?" tanya Langit pada dirinya sendiri. Kali ini ia tak diam. Ia kembali melanjutkan aktivitas mandinya.
"Gila, cemburu? Nggak mungkin! Mana mungkin aju bisa jatuh cinta lagi Kan aku udah punya maminya Ara. Emangnya seistimewa apa dia sampai sanggup membuatku jatuh cinta!" ucap Langit kesal pada dirinya sendiri.
Langit tak mau dihantui perasaan yang menurutnya tak masuk akal itu. Ia oun terus berusaha menepis rasa itu dan kembali memfokuskan untuk mencari cara agar bisa mendapatkan maaf dari kedua orang tuanya. Lalu, mencari pengasuh untuk Ara. Masalah pekerjaan, Langit masih memiliki beberapa saham di perusahaan-perusahaan teman-temannya. Jadi dia tidak terlalu pusing untuk sementara waktu ini.
Beruntung, masih ada Minah yang mau menjaga Ara untuknya. Paling tidak bebannya sedikit berkurang.
Tak ingin berlarut-larut tenggelam dalam masalah, Langit pun berinisiatif pergi ke rumah kedua orang tuanya. Bermaksud meminta maaf atas kesalahan yang ia lakukan. Ia ingin menunjukkan kepada kedua orang tuanya, bahwa dia menyesal.
Selesai mandi dan berganti pakaian, Langit pun berpamitan pada Yuta. Yang saat itu hanya berbaring sembari menatapnya.
"Papi mau ke mana?" tanya Yuta manja.
"Papi ada urusan sebentar. Papi juga harus ngliatin Ara. Nggak mungkin kan kalo Papi ninggalin dia di rumah terlalu lama," jawab Langit tenang.
"Loh, bukankah ada Ria yang jaga?" tanya Yuta pura-pura tak tahu apa-apa.
Langit kembali menatap Yuta. Bingung, tak tahu bagaimana caranya ia menjelaskan duduk permasalahan ini kepada sang istri.
"Kenapa Papi murung begitu?" tanya Yuta.
"Ria udah nggak di rumah kita lagi. Jadi Ara cuma sama Minah di rumah," jawab Langit singkat. Bukan apa-apa, ia hanya belum bisa menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.
"Kok bisa, emang ke mana lagi dia. Ketemuan sama pacarnya ya," balas Yuta, seperti sengaja menyulut emosi sang suami.
Sayangnya, kali ini Langit tak ingin terpancing. Ia tak ingin otaknya kembali teracuni oleh sesuatu yang tidak benar Nyatanya, racun yang dimiliki Yuta sangatlah tajam. Sehingga tanpa Langit sadari, ia telah kehilangan segalanya. Termasuk pekerjaan dan cinta kasih kedua orang tuanya.
Tak ingin berlama-lama bersama wanita yang pandai mempermainkan emosinya, Akhirnya memilih keluar dari kamar di mana wanita itu di rawat.
"Pi!" panggil Yuta.
Langit tak peduli. Ia pun tetap melangkah tanpa menengok ke belakang. Langit memantapkan niatnya untuk mendapat maaf dari kedua orang tuanya. Ia tak peduli, apakah nanti kedua orang tuanya akan kembali membantunya. Yang jelas, tujuan utamanya saat ini adalah maaf dari mereka.
Yuta tak tinggal diam, dia yakin sang suami pasti akan pergi ke rumah kedua orang tuanya. Dengan cepat Yuta pun mencari cara agar sang suami kembali ke kamarnya.
Sedetik kemudian, wanita jahat ini pun langsung memencet tombol yang biasa ia gunakan untuk memanggil perawat. Lalu, ia langsung turun dari ranjang. Pura-pura terjatuh. Dengan begitu pihak rumah sakit pasti akan menghubungi sang suami dan pasti akan meminta dia untuk kembali.
Yuta tersenyum.
***
Di sisi lain. Riana masih belum berani membuka maskernya, meskipun itu di dalam rumah maupun di dalam kamarnya. Wanita ini masih duduk termenung di atas ranjang sempit miliknya.
Menatap cahaya yang masuk melalui sela-sela sempit jendela kamarnya.
Riana memang sengaja menutup seluruh pintu dan juga jendela kamarnya. Untuk saat ini, ia ingin menenangkan diri. Dengan menyembunyikan dirinya dari keramaian dunia. Riana ingin menghapus kenangan pahit yang ia jalani beberapa bulan ini. Bukan hanya itu, ia juga mau melupakan kenanganannya bersama Ara. Nyatanya, gadis cilik itu telah sukses membuatnya jatuh cinta.
Bersambung...
jangan lupa like like like... komennya jangan lupa juga yes😇😇😇😇
msh merasa paling tersakiti