NovelToon NovelToon
Langit Jingga Setelah Hujan

Langit Jingga Setelah Hujan

Status: sedang berlangsung
Genre:Kelahiran kembali menjadi kuat / Keluarga / Romansa Fantasi / Peran wanita dan peran pria sama-sama hebat / Chicklit / Fantasi Wanita
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: R²_Chair

Jingga seorang gadis cantik yang hidupnya berubah drastis ketika keluarga yang seharusnya menjadi tempat pulang justru menjadi orang pertama yang melemparkannya keluar dari hidup mereoka. Dibuang oleh ayah kandungnya sendiri karena fitnah ibu tiri dan adik tirinya, Jingga harus belajar bertahan di dunia yang tiba-tiba terasa begitu dingin.

Awalnya, hidup Jingga penuh warna. Ia tumbuh di rumah yang hangat bersama ibu dan ayah yang penuh kasih. Namun setelah sang ibu meninggal, Ayah menikahi Ratna, wanita yang perlahan menghapus keberadaan Jingga dari kehidupan keluarga. Davin, adik tirinya, turut memperkeruh keadaan dengan sikap kasar dan iri.

Bagaimanakan kehidupan Jingga kedepannya?
Akankan badai dan hujannya reda ??

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon R²_Chair, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kutemukan Jejakmu di Dunia Maya

Hari-hari Jingga kini dipenuhi warna baru,warna yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya. Kamera kecil pemberian Arjuna terasa seperti bagian dari dirinya. Setiap kali ia menggenggamnya, ada dorongan halus yang muncul untuk menangkap sesuatu bukan sekadar gambar, tapi cerita.

Pagi itu, setelah membantu Kake Arga di dapur, Jingga keluar rumah membawa kamera yang tergantung di lehernya. Hawa pagi masih sejuk. Embun menempel di pucuk rumput, dan cahaya matahari menembus sela-sela pepohonan.

Ia memotret semuanya.

Bukan dengan teknik tinggi. Hanya dengan rasa ingin tahu yang tulus.

Tangannya mulai terlatih mengatur fokus. Ia mengerti dari mana cahaya datang. Ia tahu bagaimana memotret objek kecil agar tetap tampak indah meski sederhana.

Seorang anak kecil yang berlari di jalan tanah.Seekor kucing tidur di atas pagar bambu.

Jendela tua rumah tetangga yang retaknya membentuk pola unik.

Raut wajah Kake Arga ketika sibuk menyapu halaman.

Semua itu menjadi kumpulan cerita yang Jingga simpan.

Hingga suatu sore, Kake Arga bertanya, “Kamu sudah suka memotret, ya?”

Jingga mengangguk. “Tidak tahu, Kek… rasanya kalau melihat sesuatu sekarang jadi ingin mengabadikan.”

Kake Arga tertawa tipis. “Bagus itu.Mungkin fotografi memang jalanmu.”

Kata-kata itu membuat Jingga berpikir. Ia tidak pernah diberi kesempatan bermimpi sebelumnya. Di rumah ayahnya dulu, ia sibuk bertahan. Di kampus, ia hanya mengikuti pelajaran tanpa tujuan khusus,bahkan prodi yang ia jalani di kampus pun itu pilihan sang ibu tiri. Ia tidak pernah membayangkan bahwa kamera mungil ini dapat membuka dunia baru di genggamannya.

Matahari mulai bergulir,langit Jingga mulai berubah menjadi abu-abu dan gelap. Jingga duduk di atas kasurnya,ia memainkan hp nya yang sudah mulai jarang ia sentuh,ia kembali membuka sosia media miliknya.Tidak ada yang aneh dan menarik hingga tiba-tiba Jingga mulai mengunggah beberapa foto ke media sosialnya. Akunnya kecil,tidak banyak pengikut. Namun ia tetap mengunggah, bukan untuk popularitas,tetapi karena ia ingin menyimpan jejak proses belajarnya.

Foto embun di daun, diberi caption singkat:“Pagi hari itu sederhana, tapi hangat.”

Foto Kake Arga sedang membaca koran “Sosok paling bijak yang pernah menolongku.”

Foto langit jingga saat sore “Warna yang jarang kulihat waktu kecil.”

Ia tidak mencantumkan wajah dirinya.Hanya foto-foto sekitar. Namun setiap foto menampilkan perubahan posisi yang membaik, pencahayaan yang tepat, dan sudut pandang yang perlahan mulai tepat.

Pengikutnya mulai bertambah sedikit-sedikit. Beberapa akun fotografi kecil memuji hasil karyanya.Namun kejadian tak terduga terjadi pada suatu malam.

Di kota besar, Arjuna sedang menatap laptopnya dengan lelah setelah selesai mengoreksi tugas mahasiswa. Ia membuka media sosial hanya untuk mengalihkan penat. Sosial medianya dipenuhi hasil karya fotografer profesional, kabar kampus, serta rekomendasi berita-berita yang tidak penting.

Hingga ia melihat sebuah foto yang membuat jarinya berhenti bergerak.Foto itu sederhana,selembar daun hijau dengan embun yang menggantung di ujungnya. Tapi yang membuatnya terkejut adalah gaya fotonya. Tekniknya belum sempurna, namun ia mengenali sentuhan khasnya, sudut rendah, fokus ketat, dan cahaya alami yang tidak diubah.

Lalu ia melihat nama akunnya.

@langit.di.jingga

Arjuna terpaku.Jantungnya berdetak sedikit lebih cepat dari biasanya.

Ia membuka akun itu. Foto pertama yang muncul membuat ia terdiam lama.

Foto langit jingga,warna senja yang lembut dan damai.Foto rumah-rumah kayu desa tempat ia pernah menginap.

Foto ladang yang pasti dekat rumah Kake Arga.

Ia terus menggulir.

Semua foto itu terasa familiar.

Hingga ia menemukan foto Kake Arga sedang membaca koran.Arjuna langsung tahu.Ini pasti milik Jingga.

Mulutnya terbuka sedikit, bukan hanya terkejut, tapi karena begitu banyak pertanyaan di kepalanya akhirnya memiliki jawabannya.

Ia tahu nama akunnya.

Ia tahu bahwa Jingga baik-baik saja.

Ia tahu bahwa Jingga terus memotret.

Ia tahu bahwa kamera itu digunakan.

Ada rasa lega yang mengalir pelan.Lalu, tanpa sadar ia tersenyum kecil.Dadanya berdesir hebat,ingatkan lagi dirinya pada sosok gadis yang selama ini memenuhi fikirannya.

“Akhirnya aku bisa menemukannya…” ucapnya hampir tidak bersuara.

Sementara itu, di desa, Jingga sama sekali tidak menyadari bahwa Arjuna telah melihat akun kecilnya itu. Malam semakin larut, tapi ia masih duduk di teras rumah Kake Arga sambil memijit-mijit kamera kecilnya yang mulai terasa akrab di tangan.

“Foto hari ini cukup bagus,” gumamnya pada diri sendiri.

Ia membuka kembali galeri ponselnya.Salah satu fotonya paling ia suka hari itu,seorang nenek yang duduk di depan rumah sambil memberi makan burung pipit. Jingga merasa foto itu penuh ketenangan.

Ia tersenyum kecil pada setiap fotonya.Tidak menyadari bahwa seseorang jauh di kota besar sedang melakukan hal yang sama menatap fotonya, mencoba memahami cerita di baliknya.Dan sesekali menatap foto sosok Jingga yang tersimpan jelas di meja nakasnya.

°°°

Keesokan harinya, Jingga berjalan menuju warung kecil di ujung desa. Di sepanjang jalan, ia membawa kamera dan memotret beberapa hal yang menurutnya menarik. Ia merasa dunia ini benar-benar penuh dengan kejadian sederhana yang bisa menjadi indah jika dilihat dari sudut yang tepat.

Ia berhenti di dekat sungai kecil. Airnya jernih dan memantulkan cahaya pagi. Jingga jongkok, menurunkan kamera dan mencoba fokus pada batu-batu kecil di dasar sungai.

“Bagus.” Ia tersenyum tipis saat melihat satu jepretan di kameranya.

Fotografi mulai menjadi bagian dari kesehariannya. Sebuah hobi yang perlahan berubah menjadi semacam terapi, membantunya melupakan masa lalu yang menyakitkan.

Namun meski hari-harinya mulai tenang, satu hal masih tetap menggantung.

~ ARJUNA ~

Jingga tidak tahu kenapa pikirannya masih memikirkan laki-laki itu. Bukan hanya rasa ingin tahu,tapi ada rasa yang sulit di jabarkan. Rasa ingin berterima kasih. Rasa ingin tahu mengapa orang itu memberi kamera, lalu menghilang tanpa pesan.

Ia tidak tahu di mana Arjuna bekerja.

Tidak tahu apakah ia tinggal dekat atau jauh.Tidak tahu apakah ia akan kembali ke desa.

Dan kini, setelah beberapa minggu tidak pernah bertemu, rasa penasaran itu berubah menjadi sesuatu yang nyata.

" KERINDUAN "

Sedangkan Arjuna mencoba mencari keberanian untuk membuka pesan langsung di akun Jingga. Ia ingin mengatakan sesuatu,apa saja sekadar memastikan bahwa Jingga tahu ia memperhatikan perkembangan fotografinya.

Tapi ia ragu.

Haruskah ia menghubungi?

Apakah itu akan membuat Jingga tidak nyaman?

Apakah itu akan melewati batas sopan?

Ia tidak mau membuat gadis itu khawatir. Tidak mau menimbulkan kesalahpahaman. Ia hanya ingin memastikan hal sederhana.

Bahwa Jingga tahu ia tidak benar-benar menghilang.

Bahwa kamera itu bukan pemberian tanpa makna.

Bahwa ia masih memperhatikan dari kejauhan.

Namun ia menahan diri.

Arjuna menutup aplikasi sosial media dan menarik napas panjang. Ia membiarkan waktu berjalan. Ia tahu bahwa pertemuan mereka berikutnya jika terjadi,harus datang dengan cara yang baik dan tepat.

Setidaknya sekarang ia tahu bahwa Jingga baik-baik saja.Dan itu sudah cukup untuk saat ini.

Begitupun Jingga yang terus menatap layar ponselnya. Setiap kali notifikasi muncul, hatinya berdebar kecil tanpa alasan. Ia tidak menunggu pesan siapapun tapi entah kenapa, ia selalu berharap melihat nama seseorang yang tidak pernah ia tahu pasti.

Ia menatap kamera kecil itu lagi. Kamera itu seperti penghubung antara masa kini dan masa yang belum datang. Antara kenangan dan harapan. Antara seseorang yang ia temui sebentar dan seseorang yang kini diam-diam memenuhi pikirannya.

Jingga tersenyum pelan.

“Aku harap suatu hari bisa berterima kasih.” Lirihnya

Ia tidak tahu bahwa di kota besar, seorang laki-laki bernama Arjuna sedang merasakan hal yang hampir sama.

"Jarak hanya memisahkan raga, bukan rasa. Jika dua hati saling menguatkan, mereka akan selalu menemukan jalan untuk tetap terhubung."

...🍀🍀🍀...

...🍃Langit Senja Setelah Hujan🍃...

1
Danny Muliawati
hingga gmn dg kuliah nya yah
Puji Hastuti
Aq suka ceritanya kk 💪💪💪
𝐈𝐬𝐭𝐲
lanjut thor
𝐈𝐬𝐭𝐲
punya bapak kok bego bgt, gak percaya ma anak sendiri, suatu saat dia akan menyesal...
𝐈𝐬𝐭𝐲
baru baca bab awal udah bikin nyesek ma emosi thor...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!