Winter Alzona, CEO termuda dan tercantik Asia Tenggara, berdiri di puncak kejayaannya.
Namun di balik glamor itu, dia menyimpan satu tujuan: menghancurkan pria yang dulu membuatnya hampir kehilangan segalanya—Darren Reigar, pengusaha muda ambisius yang dulu menginjak harga dirinya.
Saat perusahaan Darren terancam bangkrut akibat skandal internal, Winter menawarkan “bantuan”…
Dengan satu syarat: Darren harus menikah dengannya.
Pernikahan dingin itu seharusnya hanya alat balas dendam Winter. Dia ingin menunjukkan bahwa dialah yang sekarang memegang kuasa—bahwa Darren pernah meremehkan orang yang salah.
Tapi ada satu hal yang tidak dia prediksi:
Darren tidak lagi sama.
Pria itu misterius, lebih gelap, lebih menggoda… dan tampak menyimpan rahasia yang membuat Winter justru terjebak dalam permainan berbeda—permainan ketertarikan, obsesi, dan keintiman yang makin hari makin membakar batas mereka.
Apakah ini perang balas dendam…
Atau cinta yang dipaksakan takdir?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15 — “Pernikahan yang Diintip Media”
Ketegangan di penthouse Winter tidak mereda bahkan setelah Nyonya Alzona pergi, puas dengan "adegan pengantin baru" yang diperlihatkan Darren. Begitu pintu lift tertutup, Winter langsung melepaskan diri dari pelukan Darren.
“Kau mengunci Adrian di kamar tamu?” desis Winter, suaranya dipenuhi amarah yang tertahan.
Darren, yang kini bersandar di dinding, tampak tenang. Ia mengeluarkan ponselnya. “Dia terlalu dekat dengan berkas-berkas rahasiamu, Winter. Dan kau tahu, jika ibumu mencium aroma rencana kita, dia akan menghancurkan kontrak itu sebelum kau bisa mengucapkan ‘balas dendam’.”
“Aku akan menghancurkanmu,” ancam Winter. Ia berjalan cepat ke kamar tamu, membuka kuncinya.
Adrian keluar, wajahnya pucat karena panik. “Nona Winter, Tuan Reigar mengunci saya! Saya pikir ini adalah keadaan darurat—"
“Tidak apa-apa, Adrian,” potong Winter, mencoba terlihat tenang. “Itu hanya… salah paham. Kau boleh pulang sekarang. Semua urusan kita tunda sampai besok.”
Adrian mengangguk cepat, mengambil tas kerjanya, dan bergegas pergi. Ia mungkin menjadi pria paling profesional, tetapi ia juga yang paling tertekan di tengah drama keluarga Reigar-Alzona.
Winter berbalik, menghadapi Darren yang kini berjalan santai menuju sofa.
“Kau menyalahgunakan kekuasaanmu, Darren. Ini adalah batas terakhir,” kata Winter.
Darren duduk, menyilangkan kaki. “Aku menyelamatkan pantatmu dari ibumu. Kau berhutang padaku. Dan kau harus mengakui, sandiwara yang kita berdua mainkan hari ini terasa sangat nyata. Aku bahkan hampir percaya kau memang mengkhawatirkanku.”
Winter menahan diri untuk tidak melempar vas keramik mahal ke arahnya. “Sandiwara itu akan segera berakhir. Aku akan merobek kontrak ini menjadi serpihan begitu masalah Wray selesai.”
Darren tersenyum. “Kita lihat saja. Tapi untuk saat ini, kita punya masalah yang lebih besar, istriku.”
Ia menyerahkan ponselnya. Layar ponsel Darren menunjukkan sebuah foto yang baru saja diunggah ke sebuah portal gosip hiburan terkemuka.
Foto itu buram, tetapi jelas. Itu adalah foto Winter dan Darren di sky lobby hotel tempat mereka mengadakan konferensi pers, tepat setelah insiden Ethan Wray. Dalam foto itu, Winter terlihat memerah, dan Darren sedang memegang pinggang Winter, membungkuk dan berbisik ke telinga Winter. Itu adalah momen posesif yang Darren tunjukkan kepada Ethan Wray.
Judulnya berbunyi: "Pernikahan Miliar Dolar: Bukan Sandiwara? Keintiman Tuan dan Nyonya Reigar-Alzona di Balik Layar!"
Di bawahnya, ada rentetan foto lain, yang menunjukkan Darren keluar dari kamar Winter di penthouse (saat ia mengambil pakaian untuk adegan di depan ibunya), dan satu lagi, foto lama dari pernikahan mereka di Bali.
“Paparazzi sudah mengawasi kita,” kata Winter, wajahnya berubah menjadi kekhawatiran yang nyata. Ia tidak peduli dengan gosip, tetapi ia peduli dengan citra Alzona Group.
“Dan mereka mencium darah,” balas Darren. “Mereka tidak peduli apakah ini pernikahan kontrak atau tidak. Yang mereka lihat adalah: Winter Alzona, yang dingin dan tak tersentuh, akhirnya menunjukkan gairah terhadap suaminya yang kontroversial.”
“Kita harus membantah ini,” perintah Winter. “Pernyataan pers yang tegas. Tidak ada keintiman di luar perjanjian. Ini hanya akting.”
Darren menggelengkan kepala. “Tidak, Winter. Itu akan membuat kita terlihat lemah. Kita tidak bisa terus membantah setiap foto. Kita harus mengambil kendali atas narasi ini.”
Darren berdiri, berjalan mendekati Winter. “Kita mengubah sandiwara ini menjadi ‘kepercayaan publik’.”
“Maksudmu?”
“Maksudku, kita harus memberi mereka apa yang mereka inginkan. Kita harus terlihat sebagai pasangan yang benar-benar sedang jatuh cinta dan bergairah. Kita harus mengikat pernikahan ini begitu erat di mata publik, sehingga bahkan jika Wray mencoba menggunakan celah kontrak kita, tidak ada yang akan percaya.”
Winter merasa jijik. “Kau ingin aku bertindak seolah aku mencintaimu?”
“Tidak,” balas Darren, menatapnya intens. “Aku ingin kau bertindak seolah kau terobsesi denganku. Dan aku akan bertindak seolah aku dimiliki olehmu. Kita adalah pasangan yang kuat dan berbahaya. Itu yang disukai media.”
Darren berjalan ke jendela, melihat pemandangan kota di bawah mereka. “Dan kau beruntung. Kau punya kesempatan emas.”
“Apa?”
“Gala Tahunan Elite Asia, malam lusa. Ini adalah acara sosial terbesar tahun ini. Semua direktur, semua investor, dan yang terpenting: semua media, akan ada di sana. Ini panggung kita, Winter.”
Winter menelan ludah. Gala itu. Itu adalah tempat di mana ia seharusnya menunjukkan kekuatan bisnisnya, bukan drama pernikahannya.
“Aku tidak akan menghadiri gala itu sebagai trofi istrimu,” kata Winter.
Darren berbalik. Ia berjalan kembali, dan kini, ia kembali melakukan sentuhan posesif yang paling ia benci. Ia mengangkat dagu Winter dengan ibu jarinya, memaksa Winter untuk menatapnya.
“Tidak, kau akan hadir sebagai perempuan yang mengambil kembali mantan kekasihnya, dan sekarang suaminya, untuk berkuasa bersama. Kau harus membuat Ethan Wray menyesal telah menunjukkan dirinya di depanmu. Kau harus membuat publik berpikir bahwa kau benar-benar tidak bisa hidup tanpaku, Winter.”
Matanya yang gelap memancarkan hasrat dan ambisi.
“Dan sebagai suamimu,” lanjut Darren, suaranya berbisik rendah, “Aku akan memastikan setiap mata di ruangan itu tahu bahwa kau adalah milikku. Kau adalah Alzona, dan aku adalah Reigar, dan kita tidak dapat dipisahkan.”
Winter merasakan seluruh tubuhnya diliputi gelombang panas. Itu adalah perpaduan antara kemarahan dan keinginan yang membuat perutnya melilit. Ia benci betapa kuatnya Darren dalam memerintahnya.
“Aku tidak akan membiarkanmu mendominasi lagi, Darren,” ancam Winter.
Darren melepaskan dagunya. “Tidak perlu. Kali ini, kita tidak bermain di batas. Kita menghancurkan batasnya. Pergi dan siapkan gaun terbaikmu, Winter. Gaun yang akan membuatku kehilangan kendali, dan membuat seluruh Asia tahu bahwa pernikahan ini adalah nyata.”
Dua puluh empat jam berikutnya adalah kekacauan. Winter menghabiskan waktu dengan timnya, menyusun strategi untuk Gala. Darren, secara mengejutkan, sangat membantu dalam urusan bisnis, memberikan daftar kontak penting yang harus Winter sapa.
Namun, di balik profesionalisme itu, ada ketegangan yang membara.
Gaun. Itu adalah poin konflik baru mereka.
Winter memilih gaun hitam panjang, formal, dan berwibawa—seperti jubah CEO.
Darren masuk ke kamar Winter tanpa mengetuk (lagi-lagi melanggar aturan) ketika Winter sedang mencoba gaun itu. Ia hanya bersandar di kusen pintu, menatap.
“Gaun itu,” kata Darren, menggelengkan kepala.
“Apa?”
“Terlalu aman. Terlalu CEO. Kau terlihat seperti ingin membeli gala itu, bukan menghancurkannya.”
“Itu tujuanku,” balas Winter, kesal.
Darren berjalan mendekat. Ia mengambil gaun cocktail merah marun dari rak—gaun sutra yang memeluk tubuh, dengan belahan paha tinggi dan potongan punggung rendah, yang ia beli untuknya secara diam-diam.
“Pakai ini,” perintah Darren.
“Aku tidak akan memakai gaun yang kau pilih, Darren.”
Darren tersenyum, senyum yang menjanjikan masalah. “Kau tidak akan memakainya sebagai istrimu. Kau akan memakainya sebagai pemilikku. Gaun itu menuntut perhatian, Winter. Gaun itu akan membuat setiap mata di ruangan itu menatapmu, dan setiap pria bertanya-tanya apa yang kau sembunyikan di balik keangkuhanmu.”
Ia melempar gaun itu ke tempat tidur. “Ini bukan tentang pakaian. Ini tentang narasi. Kita harus membuat media percaya bahwa pernikahan ini didorong oleh gairah, bukan hanya kontrak. Dan gaun itu adalah gairah.”
Winter memelototi gaun itu. Ia membenci idenya, tetapi ia tahu Darren benar. Jika ia ingin sandiwara mereka berhasil, ia harus terlihat tidak terkendali, emosional, dan manusia.
“Aku akan memakainya,” kata Winter, suaranya dingin, “tapi hanya untuk menyelamatkan Alzona Group.”
Darren berjalan ke arahnya. Ia tidak menyentuh. Ia hanya membungkuk.
“Tentu saja,” bisik Darren, matanya berkilauan. “Kau adalah Winter Alzona. Kau hanya melakukan apa yang menguntungkanmu. Dan malam ini, kita akan membuat seluruh dunia percaya bahwa kita yang paling menguntungkan.”
Ia berbalik dan berjalan keluar, meninggalkan Winter sendirian di kamarnya.
Winter melihat pantulan dirinya di cermin. Ia melihat wajah seorang CEO yang dingin, tetapi di bawahnya, ia melihat gairah yang tertekan. Ia membenci dirinya sendiri. Ia membenci gaun itu. Tapi ia akan memakainya.
Ia akan memasuki Gala Tahunan Elite Asia, tidak sebagai ratu bisnis, tetapi sebagai pion dalam permainan berbahaya Darren Reigar. Dan yang paling menakutkan, ia mulai menantikan bagaimana rasanya kehilangan kendali.