JUARA 2 KONTES BERTEMA BERBAGI CINTA
NOTE : Ide kisah ini berdasar pengalaman author sendiri yang dikembangkan sebagus mungkin.
Season 1 :
Perjuangan seorang wanita cantik bernama Sena yang berusaha menggapai cinta sang suami, Regan Anggara. Regan merupakan mantan dosen killernya yang harus menikah dengannya akibat perjodohan. Sudah 2 tahun hubungan pernikahan mereka namun Sena tak membuahkan hasil untuk mengambil hati dari sang suami, namun alangkah terkejutnya saat Sena memergoki sang suami yang tengah mesum dengan rekan kerjanya. Hati Sena mendadak sakit, pantas saja selama ini tak mau menyentuhnya, rupanya Regan sudah mempunyai wanita lain dan mengaku sudah menikah sirih dengan Maya dan kini tengah mengandung anak dari Regan. Parahnya, orang tua Regan yang selama ini baik dengan Sena ikut menyembunyikan rahasia itu.
Dan jangan lupakan Devan! Pria duda yang selalu ada untuk Sena bahkan siap menjadi suami baru untuk Sena.
Season 2 :
Ketika semuanya tak bisa ia gapai. Dia hanya bisa berusaha untuk tegar. Lika-liku kehidupan ini membuatnya menjadi sangat kuat.
Sena dan Devan berjuang keras untuk mendapatkan momongan.
Namun...... semuanya tak semudah itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ria Mariana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 : Menguntit
"Pak Devan, sarapan dulu!" ucap Sena sambil menarik kursi untuk Devan.
"Kia mana?"
Sena mengambil piring untuk Devan. "Kia sudah berangkat, katanya ada latihan menari."
Devan mengangguk, ia menatap wajah Sena yang sangat ayu setelah menjadi janda. Rambut ungunya juga semakin memesona serta bibir yang merah lembab membuat Devan semakin oleng.
"Hello... Pak? Kok melamun?" tanya Sena.
"Ah... Maaf, oh ya nanti ada meeting. Tolong siapkan berkasnya!"
Sena mengangguk sambil tersenyum, mereka makan bersama-sama dengan lahap namun tiba-tiba Sena mual dengan aroma telur goreng buatannya sendiri.
"Hueeeeek...."
Sena berlari ke kamar mandi, Devan yang khawatir segera menghampirinya lalu dengan sigap menepuk-nepuk punggung Sena.
"Hueeeeek...."
"Muntahkan semuanya!"
Setelah selesai muntah, Sena begitu sangat lemas dan berkeringat dingin. Devan mengangkatnya dan membawa ke sofa. Devan membaluri leher Sena dengan minyak kayu putih serta memijatnya pelan.
"Sudah, Pak. Aku gakpapa."
Devan berhenti, ia menatap Sena yang begitu pucat.
"Pak Devan, lebih baik aku cari kost saja deh. Aku tidak enak sama warga kompleks ini, kita tidak ada hubungan apa-apa tapi tinggal serumah apalagi dalam kondisi hamil seperti ini. Mereka kira pasti kita pasangan kumpul kebo." Sena mengelap keringat dingin yang bercucuran, Devan segera mengusapnya dengan tisu.
"Lah, kau 'kan jadi pengasuh Kia jika malam. Wajar jika menginap di sini, lalu Mbok Yem dan pembantu lain juga menginap di sini," pungkas Devan.
Sena menatap Devan yang bingung namun memiliki ekspresi yang lucu. "Beda, Pak. Aku janda dan Pak Devan duda. Mereka pasti berpikiran yang macam-macam."
Devan tertawa kecil, janda dan duda seperti kata yang tidak bisa terpisahkan begitu saja.
"Mbok Yem janda, Mbak Mira juga janda lalu apa bedanya kau dengan mereka?" tanya Devan sambil tertawa geli. "Yaudah, kita nikah saja."
Sena mendelik, ia mencubit tangan Devan. "Mulai deh. Aku tidak ingin menikah dulu. Aku butuh waktu untuk menata diri."
Devan berjongkok di depan Sena, ia mengangguk paham dan akan menunggu Sena sampai dia siap untuk membangun rumah tangga lagi.
"Oh ya, kau yakin jika itu anak Regan?"
Sena beranjak dari sofa, ia berjalan mengambil tas kerjanya. "Lalu anak siapa? Bapak jangan ngaco deh! Pak Devan pikir aku wanita murahan?"
Devan tertawa kecil. "Sayang sekali jika anak Regan. Ayah kandungnya gila seperti itu."
"Hahaha... ada-ada saja deh.Pak Devan, aku berangkat duluan ya! Sampai jumpa di kantor."
Sena keluar dari rumah Devan lalu mengambil motor di garasi. Walau uangnya sudah banyak dan sebagian dari Regan namun Sena tetap menggunakan motor yang sudah menemani dari zaman kuliah. Ngomong-ngomong tentang kuliah, banyak sekali hal yang membuatnya merindukan masa-masa kuliah tetapi bukan Regan yang dirindukannya. Pria itu seperti ada dendam kesumat dengannya jika bertemu, apalagi tugas Sena selalu dibuang jika tidak sesuai keinginannya.
Sena keluar dari rumah Devan, dari kejauhan sebuah mobil mengintainya, siapa lagi jika bukan Regan? Regan mencengkeram setir mobilnya, dia sangat kesal karena Sena tinggal di rumah Devan.
"Wanita murahan," gumam Regan.
Regan mengikuti motor Sena, sepertinya Regan begitu kepo dengan kehidupan Sena. Mobil terus melaju mengikuti motor dengan pelan. Regan sangat sakit hati, dia tak ingin Sena bahagia begitu saja setelah membuatnya terluka.
Saat sudah setengah jalan, tiba-tiba sebuah mobil mewah menyalipnya dan memotong jalan sehingga membuat Regan membanting setir, untung saja jalanan dibelakangnya sepi sehingga tidak menimbulkan kecelakaan. Regan keluar dari mobilnya dan melihat itu adalah mobil Devan. Devan keluar sambil membenarkan jasnya.
"Kau gila? Kau ingin membuatku celaka?" tanya Regan.
"Untuk apa mengikuti Sena?"
"Bukan urusanmu."
Devan menatap malas Regan yang menunjukan sisi dinginnya. Regan sangat benci dengan Devan yang selalu menghalanginya.
"Kau yang membuatnya pergi dan kau juga yang menyesal telah kehilangannya?" tanya Devan.
"Aku tak menyangka seorang pemimpin hebat sepertimu bisa menjadi pebinor, padahal dengan semua uangmu kau bisa mendapatkan wanita yang jauh berkelas dari Sena dan tidak payah sepertinya," jawab Regan.
Devan tertawa terbahak-bahak. Wanita berkelas? Wanita payah? Rupanya Regan tidak sadar dengan ucapannya sendiri? Dia menghina sang mantan istri padahal dua wanitanya jauh lebih tidak terhormat.
Regan semakin kesal dengan Devan, ia menarik kerah pria itu lalu ingin sekali memukulnya.
"Ingat kau Devan! Aku akan kembali lagi ke sini dan membangun perusahaanku. Aku tidak akan kalah denganmu," ucap Regan.
"Percuma jika gelar yang dibelakang namamu berentet-rentet namun punya otak masih dangkal dan hanya iri dengan orang," sindir Devan.
Devan mendorong tubuh Regan lalu masuk ke mobilnya, dia tak ingin berurusan dengan Regan yang aneh itu.
Devan segera menuju ke kantornya, ia merasa puas karena sudah membuat Regan kesal. Salah sendiri Regan masih menguntit Sena setelah bercerai.
**
Regan menyerahkan surat pengunduran diri dan akan berhenti menjadi dosen bulan depan. Dia masih mengajar seperti biasanya saat ini namun semua muridnya heran tatkala Regan menerangkan sambil tersenyum atau lebih tepatnya sering tersenyum. Kabar perceraian Regan sudah tersebar namun pernikahannya dengan Maya dulu masih tertutup rapat dari muridnya.
"Pak Regan aneh ya semenjak bercerai dengan Kak Sena?"
"Iya, waktu aku masuk ke ruangannya, aku melihat dia menatap foto Kak Sena sambil menciuminya."
Semua mahasiswa dan mahasiswi itu sangat heran dengan sikap Regan yang menjadi baik dan ramah, mereka juga sedih karena rumor pengunduran dirinya sudah tersebar di seluruh kampus.
Setelah mengajar, Regan memeriksa ponselnya. Biasanya jam segini ada pesan dari Sena memberinya semangat namun sekarang hanya pesan dari mahasiswanya dan beberapa teman yang menanyakan keadaannya.
Tanpa Sena sepi sekali hidupku tapi kurasa dia sebaliknya, dia ada Devan, anaknya dan anak yang sedang di rahimnya.
Regan menghela nafas panjang, ia segera mempersiapkan kelas selanjutnya. Semua kehidupan yang dia lalui sebagai pembelajaran untuk menjadi lebih baik lagi.
Di sisi lain, Sena sedang menemani Devan meeting. Dia juga cukup aktif dalam menyampaikan pendapat. Semua orang penting di sana terfokus dengan perutnya, walau perutnya masih kecil namun dirinya sudah terlihat sebagai ibu hamil. Rumor perusahaan yang sedang hangat-hangatnya adalah gosip tentang Sena hamil anak Devan akibat perselingkuhan namun Devan sudah memperingatkan jika ada pegawainya yang masih menggosip seperti itu maka akan segera di pecat.
Seusai meeting wajah Sena murung, ia mendengar jika salah satu petinggi penting di perusahaan itu mencibirnya. Katanya, Sena berhasil lolos menjadi sekertaris karena Devan meloloskannya padahal memang hasil dari kerja kerasnya sendiri.
"Sena, kau tidak apa-apa?" tanya Devan.
"Serba bingung, Pak. Apa sih salahku? Aku hanya ingin hidup tenang saja," jawab Sena.
untung sena udah cerai....
jadi ga ketularan virus edan
obral janji sana.sini...
q baca aja ikutan emosi😡😡
kok bapaknya sena dibawa2