Gavin Wiliam Pranaja seorang dokter tampan yang terpaksa menerima perjodohan dari kedua orangtuanya karena ancaman yang di dapatkannya.
Ancaman untuk mencoreng nama nya sebagai salah satu pewaris keluarga Pranaja, bukan masalah gila harta, tetapi Rumah sakit menjadi salah satu aset yang tertera dalam hak waris. Sebagai seorang yang berjuang, tentu ia tidak akan mau merelakan rumah sakit impiannya begitu saja, terlebih lagi pada sang kakak yang begitu membencinya dan selalu merasa tersaingi.
Perjodohan tak bisa di hindarkan, meskipun gadis yang akan bersanding dengan nya memiliki sifat berbalik dengan sifatnya. Kekanakan dan sangat manja, Gavin membencinya.
Kirana Zahrani, seorang gadis belia yang pasrah di jodohkan dengan seorang dokter tak dikenalnya karena alasan membalas budi baik keluarga Pranaja yang telah membantu operasi sang Papa.
Ejekan dan hinaan di dapatkan Kirana, tetapi ia menanggapinya dengan penuh kesabaran, kesabaran yang berujung perasaan tak di undang untuk satu sama lain. Kelembutan dan ketulusan Kirana membuat hati Gavin menghangat hingga tanpa sadar perasaan itu hadir padanya.
updated pukul 12.00 WIB
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyusul suami
Gavin baru saja selesai melakukan survei di salah satu desa yang cukup jauh dari perkotaan, orang-orang disana begitu ramah dan sopan dalam menyambut dan melayani petugas kesehatan yang datang.
Meskipun sedikit keadaan darurat karena tadi tiba-tiba salah satu warga ada yang melahirkan secara mendadak dan Gavin turut membantu dalam proses persalinan.
"Kami mengucapkan terima kasih atas kunjungan Bapak dan Ibu Dokter, Alhamdulillah karena warga desa kami tercatat sehat." Ucap kepala desa pada Dokter yang datang.
"Khususnya Dokter Gavin, terima kasih atas bantuannya." Tambah si kepala desa.
"Sama-sama Pak, kami juga senang bisa bertemu orang-orang yang ramah seperti kalian." Balas Gavin tersenyum ramah.
"Baiklah karena waktu sudah semakin sore, kami pamit pulang dulu ya Pak. Sampai bertemu lagi lusa," ucap rekan Gavin.
Ya, mereka memang masih akan melakukan survei lusa untuk mencatat dan mengirimkan obat-obatan dan peralatan medis di puskesmas desa.
***
Gavin merebahkan tubuhnya di ranjang, hari ini cukup melelahkan tetapi juga menyenangkan karena bisa membantu orang lain, meski tubuhnya sedikit terasa remuk, ia ikhlas dalam menjalankan tugasnya.
Gavin menghela nafas, ia baru saja memejamkan matanya sebelum ponsel miliknya berdering.
"Ada apa?" tanya Gavin langsung.
"Kenapa tidak meneleponku, apa kau disana baik-baik saja?"
"Ya, pekerjaanku sedang banyak jadi tidak ada waktu untuk bermain ponsel." Jawab Gavin datar.
"Sehari tidak bertemu denganku, apakah kau sudah merasa rindu?"
"Aku lelah, selamat malam."
Gavin menutup telponnya lalu melemparkannya begitu saja, ia sudah cukup lelah tetapi istrinya itu justru asik mengganggunya dengan pertanyaan konyol.
Keesokan harinya, Gavin sudah bersiap untuk menghadiri workshop hari pertama, ia melirik jam di pergelangan tangannya lalu segera keluar dari kamar untuk sarapan bersama dokter yang lainnya.
Gavin membuka pintu kamar hotelnya, seketika ia tercengang melihat seorang gadis cantik berdiri sambil mengulas senyum manisnya.
"Selamat pagi." Sapa Kirana dengan riang.
"Kau?! mau apa kau kemari?" tanya Gavin mengangkat alisnya.
"Tentu saja menemani suamiku, sekalian kita bulan madu mungkin." Jawab Kirana lalu nyelonong masuk ke dalam kamar Gavin.
Gavin menutup pintu kamar nya kembali, ia menghampiri Kirana yang sudah duduk di pinggir ranjang sambil meniti kamar hotel yang nyaman itu.
"Bagaimana kau bisa kesini?" tanya Gavin dingin.
"Mama yang menyuruhku, sampai sekarang kita masih sama-sama seperti orang asing, mungkin dengan ini setidaknya kita bisa lebih saling mengenal." Jawab Kirana menatap Gavin hangat.
"Terserah, tetapi aku banyak pekerjaan dan kau jangan sampai merepotkan ku." Balas Gavin memutar bola matanya malas.
Gavin berniat untuk pergi, tetapi Kirana memegang tangannya membuat dirinya bingung akan tingkah gadis itu.
Kirana tiba-tiba mencium pipi lalu punggung tangan Gavin, ia lemparkan senyuman manis nya.
"Semangat bekerja, aku akan menunggumu." Tutur Kirana dengan lembut.
Gavin tak menjawab, ia segera pergi sebelum Kirana mengetahui bahwa saat ini jantungnya sedang memompa darah yang tiba-tiba berdesir hebat karena perlakuannya.
Kirana menghela nafas ketika melihat pintu sudah tertutup bersamaan Gavin yang hilang dari pandangannya, sebenarnya ia juga ragu untuk datang kemari, tetapi atas permintaan ibu mertuanya ia hanya bisa menurut saja.
"Mama mau kamu menyusul Gavin kesana, Nak." Ucap Mama Ayu pada Kirana setelah selesai berbincang.
"Tapi kenapa, Ma? Gavin pasti tidak suka itu." Pungkas Kirana heran.
"Waktu semakin sedikit, mungkin dengan kalian saling bertemu di tempat asing akan membuat perasaan tumbuh sebelum waktunya habis." Titah Mama Ayu mengusap kepala menantunya.
"Bagaimana jika Gavin mengusirku, Ma?" tanya Kirana, overthinking selalu mengelilingi kepalanya.
"Gavin tidak sejahat itu, kamu ini istrinya." Jawab Mama Ayu mengulas senyuman hangat kemudian berlalu dari hadapan Kirana.
Dan kini Kirana berada di Surabaya untuk mengejar suaminya, mengejar cinta, kasih sayang dan hak nya sebelum waktunya habis dan ia terpaksa harus pergi meninggalkan Gavin sendiri. Sejujurnya setelah mengetahui fakta tentang Gavin yang bukan merupakan anak kandung keluarga Pranaja membuatnya ingin membatalkan tantangan itu, tetapi ia tidak bisa melakukan itu dan ia hanya bisa berdoa semoga saja hati Gavin bisa menerimanya meski hanya di celah terkecil dalam hati pria itu.
"Kau tanya siapa pria yang aku cintai kan Gavin, kau! aku mencintaimu meski sikapmu yang jauh dari seorang suami pada istrinya, dan aku berdoa semoga perasaan ini bisa terbalaskan." Gumam Kirana memegangi dadanya.
AKU BANTU KOK KIRANA, NANTI YA SETELAH GAVIN MENYESAL 😚
BERSAMBUNG.....................
Terima kasih utk karyanya Kak Author 🙏🏻💐
Sehat2 slalu & semangat utk karya barunya 💪🏻👏🏻