NovelToon NovelToon
Alas Mayit

Alas Mayit

Status: sedang berlangsung
Genre:Kutukan / Misteri / Horor / Rumahhantu / Hantu / Iblis
Popularitas:45
Nilai: 5
Nama Author: Mr. Awph

​"Satu detik di sini adalah satu tahun di dunia nyata. Beranikah kamu pulang saat semua orang sudah melupakan namamu?"
​Bram tidak pernah menyangka bahwa tugas penyelamatan di koordinat terlarang akan menjadi penjara abadi baginya. Di Alas Mayit, kompas tidak lagi menunjuk utara, melainkan menunjuk pada dosa-dosa yang disembunyikan setiap manusia.
​Setiap langkah adalah pertaruhan nyawa, dan setiap napas adalah sesajen bagi penghuni hutan yang lapar. Bram harus memilih: membusuk menjadi bagian dari tanah terkutuk ini, atau menukar ingatan masa kecilnya demi satu jalan keluar.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mr. Awph, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 33: Jamuan Di Istana Belulang

Salah satu abdi dalem itu mendekat dan memberikan sebuah kotak kayu kecil yang di dalamnya terdapat sebuah kunci yang terbuat dari gigi taring kakek buyut Baskara. Baskara merasakan getaran dingin yang sangat menyengat saat jari-jemarinya menyentuh permukaan kunci yang masih menyisakan noda darah kering yang berwarna hitam pekat secara terus-menerus.

Kotak kayu itu mendadak berubah menjadi sekumpulan kecoa tanah yang merayap cepat ke arah lengan Baskara hingga membuat pemuda itu tersentak kaget secara berulang-ulang. Arini segera menghalau serangga tersebut menggunakan kibasan selendang peraknya hingga mahluk-mahluk kecil itu hancur menjadi debu yang sangat halus secara terus-menerus.

"Jangan pernah meremehkan pemberian dari penghuni istana ini jika kalian masih ingin melihat matahari esok pagi!" ucap sang abdi dalem dengan nada suara yang sangat datar secara berulang-ulang.

Baskara menelan ludah sambil menggenggam kunci gigi taring itu dengan sangat erat meskipun telapak tangannya mulai terasa sangat gatal dan sangat panas secara terus-menerus. Ia menatap bangunan megah di depannya yang dindingnya terbuat dari jutaan tulang rusuk yang disusun sangat rapi hingga membentuk pola ukiran naga raksasa secara berulang-ulang.

"Siapa sebenarnya tuanmu dan kenapa dia memberikan kunci yang sangat menjijikkan ini kepadaku?" tanya Baskara dengan penuh kewaspadaan tinggi secara terus-menerus.

Abdi dalem tersebut tidak menjawab melainkan hanya membungkukkan badannya yang sangat bungkuk hingga kepalanya nyaris menyentuh lantai yang terbuat dari susunan tempurung kepala manusia secara berulang-ulang. Ia memberikan isyarat agar Baskara dan Arini mengikuti langkah kakinya yang tidak mengeluarkan suara sedikit pun saat menginjak lantai tulang tersebut secara terus-menerus.

Arini mendekatkan bibirnya ke telinga Baskara sambil terus memegang pangkal pedang peraknya yang kini mulai bergetar karena merasakan hawa mahluk halus kasta tinggi secara berulang-ulang. Ia memperingatkan Baskara bahwa suasana di dalam istana ini sangat berbeda dengan pasar jiwa karena di sini hukum kesopanan gaib sangat dijunjung tinggi secara terus-menerus.

"Tetaplah berada di belakangku dan jangan pernah menyentuh makanan apa pun yang mereka hidangkan nanti!" bisik Arini dengan tatapan mata yang sangat tajam secara berulang-ulang.

Mereka memasuki ruang utama istana yang diterangi oleh ratusan lilin yang sumbunya terbuat dari rambut mayat yang masih panjang dan sangat berminyak secara terus-menerus. Di tengah ruangan terdapat sebuah meja panjang yang di atasnya tersedia berbagai macam hidangan yang terlihat sangat lezat namun mengeluarkan aroma tanah kuburan secara berulang-ulang.

Seorang wanita cantik dengan kebaya berwarna merah darah sedang duduk di ujung meja sambil memainkan sebuah kipas yang terbuat dari kulit telinga manusia secara terus-menerus. Wanita itu adalah permaisuri dari faksi bangsawan lelembut yang menguasai wilayah lembah tengkorak putih dengan kekuasaan yang sangat mutlak dan sangat kejam secara berulang-ulang.

"Duduklah para pengembara yang malang, karena aku sudah lama tidak melihat darah segar mengalir di dalam pembuluh nadi manusia hidup!" sambut sang permaisuri dengan senyum yang sangat manis secara terus-menerus.

Baskara merasa bulu kuduknya berdiri tegak saat melihat permaisuri itu menyesap cairan merah dari cawan emas yang di dalamnya terdapat bola mata yang masih berkedip secara berulang-ulang. Ia teringat akan tugasnya sebagai anggota tim penyelamat yang harus tetap memiliki pemikiran logis meskipun berada di tengah situasi yang sangat tidak masuk akal secara terus-menerus.

"Kami tidak datang untuk makan, kami hanya ingin tahu di mana letak gerbang yang tidak boleh dibuka itu!" tegas Baskara sambil berdiri kaku di depan meja makan secara berulang-ulang.

Permaisuri itu tertawa hingga suara tanyanya terdengar seperti pecahan kaca yang jatuh ke atas lantai batu nisan secara sangat nyaring dan sangat menyakitkan telinga secara terus-menerus. Ia menutup kipasnya dan menunjuk ke arah kunci gigi taring yang masih berada di dalam genggaman tangan Baskara dengan gerakan yang sangat anggun secara berulang-ulang.

"Kunci itu adalah bagian dari tubuh orang yang dulu paling aku cintai namun dia mengkhianatiku demi mendapatkan pesugihan untuk keluargamu!" desis permaisuri itu dengan tatapan penuh kebencian secara terus-menerus.

Baskara menyadari bahwa kakek buyutnya telah meninggalkan banyak sekali hutang nyawa dan hutang perasaan kepada para penghuni dunia gaib ini secara berulang-ulang. Ia merasa sangat sesak saat menyadari bahwa seluruh penderitaan yang ia alami di hutan ini adalah akibat dari keserakahan leluhurnya sendiri yang sangat egois secara terus-menerus.

"Jika kakekku bersalah, maka biarkan aku yang menebusnya namun jangan libatkan teman-temanku dalam urusan ini!" tantang Baskara dengan nada suara yang penuh keberanian secara berulang-ulang.

Sang permaisuri bangkit dari kursinya dan berjalan mendekati Baskara hingga aroma bunga kantil yang sangat kuat menusuk indera penciuman Baskara secara sangat tajam secara terus-menerus. Ia mengelus pipi Baskara dengan kukunya yang sangat panjang dan sangat tajam hingga meninggalkan bekas goresan tipis yang mengeluarkan darah berwarna keemasan secara berulang-ulang.

Arini segera menarik Baskara mundur dan menyiapkan segel pelindung perak untuk menghalau serangan mendadak dari sang penguasa lembah tengkorak putih tersebut secara terus-menerus. Namun permaisuri itu justru menjatuhkan kipasnya dan mulai menangis darah hingga membasahi kebaya merahnya yang sangat indah dan sangat mewah secara berulang-ulang.

"Darahmu memiliki aroma yang sama dengan orang yang dulu sangat aku benci sekaligus sangat aku rindukan setiap malam!" isak permaisuri itu dengan suara yang memilukan secara terus-menerus.

Tiba-tiba seluruh lilin di dalam ruangan itu padam secara serentak dan suasana menjadi sangat gelap gulita hingga Baskara tidak bisa melihat tangannya sendiri secara berulang-ulang. Terdengar suara pintu besar yang digedor dari luar dengan sangat keras hingga dinding-dinding tulang istana mulai retak dan mulai berjatuhan secara terus-menerus.

Baskara merasakan sebuah tangan yang sangat besar mencengkeram bahunya dan menariknya ke arah kegelapan yang paling dalam di balik meja makan secara berulang-ulang. Ia mencoba berteriak memanggil Arini namun mulutnya segera dibekap oleh telapak tangan yang terasa sangat kasar dan beraroma seperti tembakau kuno secara terus-menerus.

Di tengah kegelapan yang sangat pekat itu, Baskara melihat sepasang mata berwarna hijau menyala sedang menatapnya dari balik bayangan singgasana tulang.

 

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!