NovelToon NovelToon
Antara Aku Dan Maduku

Antara Aku Dan Maduku

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Tamat
Popularitas:24M
Nilai: 4.8
Nama Author: winda W.N

Bagaimana perasaanmu jika kamu di madu di saat pernikahanmu baru berumur sepekan? Itu yang aku alami, aku di madu, suamiku menikahi kekasihnya yang teramat di cinta olehnya.

Aku tak pernah dianggap istri olehnya, meski aku istri pertamanya. Namun cintanya hanya untuk istri keduanya

Aku menjalani pernikahan ini dengan begitu berat. mungkin ini cara ku untuk membalas kebaikan pada Ayah Mas Alan, beliau begitu baik membiayai kuliahku selalu menjaga dan melindungiku setelah Ayah dan Ibuku meninggal saat diriku masih duduk di bangku Sekolah Menengah Atas.

Aku tak habis pikir jika kisah hidupku akan serumit ini, di tinggal orang tua, menikah pun di madu. Sungguh tragis kisah hidupku.


Hingga akhirnya Ayah sangat membenci Mas Alan setelah tahu kelakuan anaknya, dan Ayah membawaku pergi jauh dari kehidupan Mas Alan dan Maduku setelah aku dan Mas Alan bercerai.


Cerita ini karena terinspirasi tapi bukan plagiat! Bacalah, dan temukan perbedaannya🙏🙏🙏

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon winda W.N, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 4. Bimbang.

"makan yang banyak ya, aku bahagia saat melihat kamu makan seperti ini Nia," ucap Lena yang membuatku tersedak.

"Minum minum, pelan pelan dong makannya," ucap Lena kembali dengan menyodorkan air minum padaku.

"memang aku makannya bagaimana Len?" tanyaku yang merasa cara makanku biasa saja.

"gak gimana gimana sih, cuma aku lebih suka aja liat kamu makan dari pada liat kamu nangis,"

"jadi kamu gak suka aku nangis dan datang ke kamu," ucapku dengan memanyunkan bibirku.

"bukan begitu Nia, aku sakit jika kamu sakit tapi aku bahagia jika kamu bahagia. Ya seperti itulah maksutku,"

"kirain kamu bosan punya sahabat kayak aku?" ku manyukankan lagi bibirku.

"ihh..jelek tau, bibirnya coba gak usah manyun pasti manis," Lena mencoba membuatku tertawa.

"kau itu, selalu memaksaku tersenyum," ucapku sambil memakan makananku kembali.

"karna tugas sahabat itu membuat sahabatnya tersenyum saat senyum itu hilang," dengan tawanya yang sangat khas dari Lena.

"hust..jangan tertawa seperti itu," ucapku menghentikan tawanya.

"Nia, aku ingin kamu bahagia. Jadi slalu tersenyumlah agar rasa sedih itu enyah dari hidupmu,"

"Len, aku janji akan selalu baik baik saja. Jangan mencemaskanku oke..,"

"bagaimana aku tak mencemaskanmu Nia, kau sahabatku yang menikah baru seminggu lalu di madu, bahkan kau tak di anggap istri olehnya. Kenapa kamu tetap bertahan?," ucapnya yang seolah olah terus terus mendorongku untuk meninggalkan Mas Alan.

"jika ada pilihan lain selain mengorbankan kesehatan ayah, pasti aku lakukan dari dulu Len," ucapku mencoba mengulang dan mengulang lagi agar Lena memahami perasaanku pada Ayah.

"beliau pasti akan mengerti Nia, cobalah berbicara pelan pelan dengan Om Ilham. Ini terlalu berat untuk kau pendam sendirian Nia," ucap Lena lirih.

Aku diam kembali, aku tak menjawab ucapan Lena. Karna itu hanya akan membuat ku semakin susah untuk mempertimbangkan semua. Antara kesehatan Ayah atau kesehatan hatiku sendiri.

Malam hari aku tak bisa tidur, ucapan Lena masih terngiang ngiang jelas di telingaku. Sempat terlintas di benakku untuk menyerah, namun segera ku tepis niat itu dengan bayangan Ayah. "Nak, Ayah yakin kalian akan saling mencintai dengan seiring berjalannya waktu. Ayah yakin kalian akan hidup bahagia sampai maut memisahkan". Pesan Ayah yang tak bisa ku lupakan, aku bimbang benar benar bimbang.

Ucapan Lena ada benarnya, tapi bagaimana dengan Ayah. Ya Allah, beri hamba petunjukmu, beri hamba hati yang luas untuk menerima cobaan ini.

Hingga lewat tengah malam mata ini masih tetap terjaga, ku beranjak menuju kamar mandi. Kutatap wajahku di pantulan cermin di depanku sebentar, ku basuh muka ku.

Setelah berwudhu, aku keluar dan melaksanakan Sholat malam. Sholat membuatku merasa lebih tenang di dalam hati, ku akhiri dengan salam lalu ku mencurahkan kembali isi hatiku pada sang pemberi hidup, Allah SWT. Tak lupa doa untuk kesehatan Ayah dan suamiku.

"belum tidur Nia?" ucap Lena yang mengejutkanku.

"gak bisa tidur Len, kau yang membuatku memikirkan ucapanmu tadi," ucapku jujur.

"maaf Nia, aku hanya ingin yang terbaik buat kamu," Lena memelukku.

"hm...Len, boleh aku minta sesuatu?"

"apa permintaanmu, katakanlah siapa tahu aku bisa membantu," ucapnya.

"aku minta tolong, beri aku semangat. Aku putuskan aku akan tetap bertahan dengan Mas Alan sampai Ayah mengetahui dengan sendirinya ya, jika Ayah sudah tahu. Aku akan membuat keputusan baik baik.l ucapku, aku tahu ini akan berat bagi Lena.

"tapi Nia, aku...," ucapannya ku potong, karna aku tahu apa yang akan Lena ucapkan.

"Len, aku mohon. Aku akan baik baik saja, tolong ya beri aku semangat," ucapku memohon pada Lena.

"baiklah, tapi jika Si Alan keterlaluan padamu. Maka aku yang akan maju menghabiskannya," ucap Lena yang membuatku tertawa.

"Mas Alan bukan Si Alan Len, kan kalau di dengar orang kayaknya gimana gitu," ucapku.

"kau bisa aja ngelawak di saat seperti ini, baiklah Si Al, kau beruntung masih di bela oleh bidadari surgamu ini." seloroh Lena yang langsung mendapat tatapan tajam dariku.

"bidadari surganya bukan aku Len," ucapku kembali menunduk.

"aku sih berharap jika Si Ala.. eh Si Al, bisa membuka matanya lebar lebar, jika di hidupnya ada bidadari cantik nan sholeha sepertimu,"

"sudah sudah, lebih baik kita tidur," ajakku agar Lena berhenti memuji mujiku yang gak pantas di puji ini.

"aku pastikan dia akan menyesal sudah menyakiti wanita sebaik kamu." ucap Lena namun aku diam tak menyahutinya.

Hari berikutnya tepat pukul 13.00.WIB. Aku sampai di rumah Mas Alan, aku memutuskan pulang karna tidak enak dengan Lala.

"Assalamualaikum," ucapku lirih.

Ku lihat suasana rumah sepi, padahal mobil Mas Alan terparkir rapi di garasi. Aku pun berpikir kalau mereka mungkin sedang tidur siang, atau mereka pergi menggunakan mobil Lala. Karna aku lihat di garasi tidak ada mobilnya Lala.

Aku melangkah menuju kamar, baru menaiki satu anak tangga sudah di kejutkan seseorang.

"bagus..masih ingat jalan pulang, masih ingat alamat rumah. Pergi keluyuran hingga lupa waktu, lupa rumah. Dari mana saja kau?" sederetan pertanyaan dia berikan padaku..

Kubalikkan badan ke arahnya, oh..tidak. Wajah dinginnya terlihat sangat marah, dan baru kali ini aku di tatapnya. Sayang bukan tatapan manis, melainkan tatapan tajamnya. Yang membuatku bergidik ketakutan.

"dari tempat Lena," jawabku dengan kepala menunduk tak berani melihat wajah seramnya.

"istri macam apa bertingkah sampai tak pulang kerumah?" kata kata yang begitu menohok hati. Bertingkah, apa dia tidak sadar aku seperti ini karena perkataannya.

"kau itu seorang istri, tidak baik bukan jika menginap di tempat orang. Meskipun itu teman wanita," ucapan tegas yang menyayat hati. '

"istri katamu Mas, bukankah kemarin kamu sendiri yang berkata bahwa aku ini orang lain," teriakku dengan suara gemetar menahan air mata yang hendak terdorong keluar.

Ku membalikkan badanku dan melangkah menaiki tangga, lagi lagi langkahku terhenti di pertengahan anak tangga.

"apa maksutmu?" tanyanya.

"apa kau lupa dengan perkataanmu dengan Lala kemarin siang saat aku mau pergi," ku kembali melangkah.

"dan satu lagi, aku memang istri sah mu. Tapi lebih tepatnya Istri yang tak pernah kamu anggap bukan," kuseka air mataku dengan kasar. Dan berlari menuju kamarku, tanpa menghiraukan panggilannya kembali.

Entah berapa kali aku menangis untuknya, air mata yang ku keluarkan untuk laki laki tak berperasaan sepertinya. Dan entah berapa lama lagi aku bisa bertahan hidup bersama laki laki seperti Mas Alan, ingin rasanya aku pergi jauh dari pria sepertinya.

Setelah sholat isya', ku memakai kerudungku kembali. Ku keluar kamar dan turun untuk mengambil minum, entah rasanya sangat tidak berminat untuk makan.

Ku ambil gelas di rak piring, lalu ku tuang air kedalamnya. Namun saat ku berbalik badan untuk kembali ke kamar. Mas Alan mengejutkanku, aku melangkah mundur karna dia melangkah maju ke arahku.

"prak..." gelas di tanganku pun terjatuh karena tanganku yang gemetar melihat wajah menyeramkan Mas Alan. Dia tersenyum menyeringai, membuatku semakin takut hingga menelan salivaku berkali kali.

Ku terus mundur hingga terpentok dinding, aku tak bisa kemana mana. Tangan Mas Alan berhasil mengurungku di tempat. Entah apa yang akan dia lakukan.

1
Tri Andy
bagus, tksh
Ari Suci Ekawati
Luar biasa
Anita Nita
buat nia menikah sama elo thor
74 Jameela
Luar biasa
Dewi Dama
bingung baca nya cerita di ulang..jadi baca nya di loncatin2aja...
Dewi Dama
Luar biasa
Dewi Dama
semangat thorrr
Aulyaz.
Luar biasa
Maryati Yati
pelakor sok baik 😑
Maryati Yati
lom apa " udah sakit hati... emang cinta harus y memiliki
Julia Juliawati
Luar biasa
Fatima
Lumayan
Ruzita Ismail
Luar biasa
Maria Mebanua
baca lagi yg ke 2x
Sakinah Amalia
Luar biasa
Endang Supriati
lala itu tdk akan masuk surga! jgnkan masuk surga baunya aja tdk dapat. lala itu nanti masuk neraka abadi bersama raja iblis.
krn lala wujud iblis berbentuk manusia.
lala sudah menghancurkan pernikahan nia dan alan.
Endang Supriati
nia goblogbya, waktu ditanya ya bilang sja si elo calon iman!! jd peremouan tuh mendingbdi cintai dr pada mencintai laki2 lebih dulu! tidak ada harganya tahu!!!
Npy
yaa gimana yaak.. pikir aja sendirilah., situkan yg paling "cinta" sama Alan/Proud/
Adinda
pnya laki kayak gini tendang aja dari sakit tak berdarah
Murdia Tsc
Kecewa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!