NovelToon NovelToon
Aset Besar Milik Istri Kecilku

Aset Besar Milik Istri Kecilku

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta pada Pandangan Pertama / Mafia / Cintapertama
Popularitas:2.4k
Nilai: 5
Nama Author: Atik's

Semua orang terkejut saat bos besar mereka muncul dengan menggandeng seorang wanita muda. Karyawan pria terpesona karena lekuk tubuh dan aset besar yang terpampang itu, sementara karyawan wanita merasa cemburu pada sosok yang berjalan bersama atasan mereka.

"Turunkan pandangan kalian!" desis Vino dengan nada dingin. Banyak yang berbisik-bisik tentang Sea menyebutnya sebagai perayu ulung. Mendengar itu, David merasa darahnya mendidih. Ia berhenti, berputar, dan menatap tajam mereka yang berani menggunjing istrinya.

"Berani-beraninya kalian menyebut istriku penggoda!Kalian ingin mencari masalah, ya?"

Semua orang kaget saat tahu bahwa wanita yang mereka bicarakan ternyata adalah istri dari atasan mereka.

"A-ampun, Tuan. Kami tidak tahu kalau Nyonya adalah istri Anda!" kata salah satu dari mereka dengan nada takut.

David mendengus kesal. Wajahnya menjadi lebih lembut saat merasakan usapan halus di tangannya.

"Jangan emosi, sayang. Nanti mereka bisa ketakutan," bisik Sea den

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Atik's, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

bab 4

4

Kepalanya berputar seketika. David paham betul bahwa Mr. P-nya sedang meronta minta dilepaskan. Namun, ia sendirian malam ini.

"Sepertinya tidak ada pilihan selain mandi air es!" gumam David pasrah.

Dengan langkah berat, David menghidupkan pancuran. Ia membiarkan air dingin menusuk-nusuk kulitnya yang kekar, berharap Mr. P-nya segera tenang.

"Sepertinya aku harus segera mengikat Sea. Aku bisa mati hipotermia kalau setiap malam harus begini!" keluh David sambil menggosok tubuhnya dengan handuk.

Usai berpakaian, David segera keluar dari kamar menuju meja makan. Ia memberi isyarat hormat kepada Yudi dan para pelayan yang menunduk menyambutnya.

"Vino dimana?" tanya David, mencari keberadaan asistennya.

Yudi, sang kepala pelayan, menjawab sambil meletakkan makanan di hadapan David. "Vino sedang di ruang kerja Anda, Tuan. Perlu saya panggilkan?"

David menggeleng pelan. Ia mulai menyuapkan makanan ke mulutnya.

"Tidak usah," jawabnya singkat.

Yudi mengangguk patuh, lalu mengisi gelas David dengan air putih sambil memperhatikan ekspresi wajahnya.

"Tuan?" panggil Yudi ragu.

David mengangkat wajahnya, memberi isyarat agar Yudi melanjutkan perkataannya.

"Apakah ada sesuatu yang terjadi di kantor?" tanya Yudi hati-hati.

"Apa maksudmu?" tanya David balik, mengerutkan kening.

"Wajah Tuan Muda terlihat cerah sekali. Saya jadi ingin tahu rahasianya!" celetuk Yudi.

David hanya tersenyum mendengar komentar itu.

"Yudi," panggil David.

"Ya, Tuan Muda?" jawab Yudi dengan sigap.

"Tidak lama lagi, rumah ini akan memiliki penghuni baru. Bagaimana menurutmu?" tanya David sambil mengunyah makanannya.

"Berita yang sangat menggembirakan, Tuan Muda! Kapan Tuan Muda akan membawanya kesini?" tanya Yudi dengan nada riang.

David terdiam sejenak. Ia belum memikirkan sejauh itu karena pertemuannya dengan Sea siang tadi terjadi begitu saja.

"Belum tahu, Yudi. Kami baru bertemu siang tadi," jawab David dengan nada datar.

Yudi mengerti. Ia segera menepuk bahu David, memberikan dukungan tanpa kata.

Yudi berusaha membangkitkan semangat David.

"Cari cara agar wanita itu mau menikah dengan anda, Tuan. Tidak ada salahnya sedikit 'mendorongnya' untuk menjadi penghuni rumah ini!"

Vino, yang baru saja memasuki ruang makan, hanya bisa membisu mendengar saran absurd dari Yudi. Baginya, kebahagiaan David adalah prioritas utama, dan ia rela melakukan apapun untuk mewujudkannya.

"Apa mungkin berhasil, Yudi?" tanya David dengan nada bimbang.

"Tentu saja bisa, Tuan! Apa yang salah dengan pernikahan? Itu adalah langkah yang baik. Soal perasaan, itu bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Saya yakin cepat atau lambat, wanita itu akan memahami alasan Tuan memaksanya. Setuju, Vino?"

Vino mengangguk, menyetujui ide tersebut karena ingin melihat David bahagia.

"Yudi benar, Tuan Muda. Jangan tunda lagi untuk membawa Sea ke rumah ini!"

David akhirnya termakan oleh perkataan kedua orang itu.

"Baiklah, setelah makan aku akan langsung menjemput Sea!"

Mendengar itu, Vino dan Yudi saling bertukar pandang dengan wajah gembira. Mereka terlalu bersemangat untuk menanggapi perkataan David dengan bijak. Mereka memang menyarankan untuk segera membawa calon nyonya ke rumah ini, tapi tidak secepat ini.

"Ekhmm, Tuan Muda, sebaiknya jangan malam ini. Nona Sea bisa terkejut jika Tuan Muda tiba-tiba membawanya kesini."

"Jangan sekarang!" cegah Vino.

Ekspresi David berubah kesal mendengar larangan Vino. Ia menatap Vino dengan tatapan tidak suka.

"Kalian berdua sedang mempermainkan aku?" tuduh David.

Yudi dan Vino serempak menggeleng.

"Bukan begitu maksud kami, Tuan Muda!" sahut Vino bingung bagaimana menjelaskannya.

"Lalu?" tanya David dengan nada tinggi.

"Begini, Tuan Muda, sebaiknya kita atur strategi dulu agar Nona Sea bersedia menikah dengan Anda. Jika dipaksa seperti ini, kami khawatir Nona Sea akan marah dan menolak untuk tinggal di rumah ini!" jawab Vino, berharap David bisa memahami maksudnya.

David terdiam, lalu melirik sinis ke arah Yudi. Yudi hanya bisa menunjuk dirinya sendiri.

"Kau yang menyuruhku melakukan ini!" sergah David dengan nada menuduh.

Yudi hanya bisa mengangguk pasrah. Meski David cerdas dalam banyak hal, urusan cinta memang bukan bidangnya. Untuk urusan ini, mereka berdua yang harus turun tangan.

"Saya mengaku salah, Tuan Muda. Memang saya yang menyuruh Tuan Muda untuk segera membawa Sea ke rumah ini. Tapi bukan berarti harus dilakukan sekarang juga!" jawab Yudi dengan nada menyesal.

"Jadi, ini semua salahku?" tanya David dengan nada kesal sambil menunjuk dadanya sendiri.

"Tidak, Tuan Muda. Kami berdua yang bersalah karena tidak memberikan saran yang lebih baik!" jawab Yudi dengan cepat.

" menyebalkan sekali!" gerutu David sambil memutar bola matanya.

Meski kesal, David tetap menyunggingkan senyum tipis. Ia segera menghabiskan makan malamnya dengan tergesa-gesa, sudah tidak sabar untuk menyusun rencana agar Sea bersedia menikah dengannya dan menjadi nyonya di rumah ini.

*****

Di balik jendela kamarnya yang kecil, Sea berdiri membisu. Matanya terpaku pada bintang-bintang yang menghiasi langit malam. Bintang-bintang itu bersinar terang, namun tidak seterang harapan dalam hatinya.

"Tuhan, mengapa takdirku seperti ini? Kesalahan apa yang telah kuperbuat hingga aku harus menanggung beban hidup yang begitu berat? Apakah ada kesempatan bagiku untuk mengubah nasibku? Aku juga ingin merasakan kebahagiaan, hidup seperti orang lain. Apakah itu mungkin?" bisiknya dalam hati.

Setitik air mata menetes dari sudut mata Sea. Hatinya perih saat membayangkan jalan hidupnya yang berliku. Sejak kecil, ia selalu diperlakukan tidak adil oleh orang-orang di sekitarnya.

"Ayah, Ibu, mengapa kalian melahirkanku jika hanya untuk menambah derita seperti ini? Apa dosa yang telah aku perbuat hingga kalian tega meninggalkanku begitu saja? Tidakkah kalian merasa sakit saat aku kelaparan dan dihina orang? Dimana hati nurani kalian? Kesalahan apa yang telah aku lakukan sehingga kalian membalasnya dengan perlakuan kejam ini?"

Sunyi menyelimuti ruangan. Hanya suara angin yang berhembus pelan melalui celah jendela yang terdengar.

"Hiksss... Hiksss..."

Sea tak mampu menahan tangisnya. Setiap kali ia memikirkan nasib hidupnya yang penuh luka, air mata selalu mengalir tanpa henti. Ia sangat merindukan kehadiran seseorang yang mau menerima dan menyayanginya, yang mampu menghapus semua luka di hatinya.

Namun, adakah yang sudi mendengarkan? Jangankan menjadi pelipur lara, sekadar mendekat pun tak ada yang rela.

"Hiksss... Ayah... Ibu... Aku mohon..."

Tok... tok... tok...

Isak tangis Sea mendadak terhenti ketika suara ketukan pelan terdengar dari balik pintu kamarnya. Dengan jantung berdebar, ia terdiam sejenak, mencoba menenangkan diri sebelum memberanikan diri untuk menghampiri pintu tersebut.

"Siapa yang datang malam-malam begini? Bukan ibu pemilik kontrakan, karena tanggal jatuh tempo masih lama. Teman juga tidak mungkin. Apa mungkin perampok? Tapi apa yang bisa dirampok dari kamar ini?" Sea bergumam sambil memegang erat kenop pintu.

Suara ketukan kembali terdengar saat Sea masih larut dalam pikirannya. Tidak ingin berlama-lama menjadi "tamu tak diundang" bagi rasa penasarannya sendiri, Sea akhirnya membuka pintu. Matanya terbelalak lebar saat melihat siapa yang berdiri di hadapannya.

"Tuan David? Apa benar ini Anda?" tanya Sea dengan nada terkejut.

David mengangguk sambil tersenyum. Senyum manis langsung menghiasi bibirnya saat melihat wajah Sea yang menatapnya dengan mata berkedip-kedip.

 

1
azka
👋
Uji Coba
Mr p
Uji Coba
dari awal baca sampai bab 21 masih ok. alur masih nyambung. semoga kedepannya tidak ada pelakor ya Thor. semangat nulisnya. aku akan setia padamu seperti David ya g setia pada Sea. wkwkwk.. ku tunggu dobel update setiap hari
Uji Coba: dari awal sampai bab 21 dibikin senyum-senyum sama tingkah Sea dan David. semoga kedepannya tidak ada drama pelakor ya Thor. tapi ya terserah author lah. aku akan setia padamu.. wkwkwk.. seperti David yang setia pada istri kecilnya yang agak oon.. Ups... bukan ngejek ya Thor, ya. 😍😍
total 1 replies
Uji Coba
🤣
azka
Sea bikin ngakak brutal🤣🤣
sabun
Sea Sea😎😎
sabun
semangat💪💪
Mama Farez
buatlah karya dengan fikiran sendiri jangan menjiplak karya orang lain..
karna cerita anda sama dengan orang lain yg judulnya istri kecil sang pewaris cuma yg beda cm nama tokohnya...klu gak percaya cb cek dia udah ada bab 2 hargailah karya orang tor ...
jangan asal ketik kasihan orang yg udah mikir2 eh gak tau udah d jiplak
baru 2
nice
baru 2
😍
baru 2
sangat puas
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!