Agen Rahasia Dan Anak Genius
Olivia baru saja selesai mandi. Masih dengan memakai bathrobe dan handuk kecil di kepalanya.
Ponselnya berbunyi pertanda pesan masuk. Olivia mengambil ponselnya lalu membacanya.
(Ada misi untukmu.)
Pesan singkat yang di kirim oleh bos nya itu hanya dibaca saja oleh Olivia. Olivia pun langsung mengganti pakaiannya dengan pakaian serba hitam.
Tidak lupa topeng wajah yang selalu digunakannya untuk menjalankan misi tersebut.
Beberapa saat kemudian, Olivia pun selesai dan menyambar kunci mobil. Olivia langsung ke garasi mobil dan segera meluncur ke markas mereka.
"Huh, misi apalagi kali ini? Asal jangan membunuh orang," gumam Olivia.
Ya, jika misi untuk membunuh orang, Olivia akan menolak. Karena dia menjadi agen rahasia bukan menjadi pembunuh bayaran.
Namun rekannya yang bernama Luna malah menerima misi itu. Apapun akan dia lakukan untuk menjadi agen nomor satu.
Tapi, meskipun begitu. Luna tidak di nobatkan sebagai agen rahasia nomor satu. Malah bos nya lebih memihak kepada Olivia.
Olivia langsung keluar dari mobil setelah tiba di markas. Mobilnya pun di parkir sembarangan.
"Bos. Ada misi apalagi?" tanyanya.
"Besok malam ada pameran berlian biru langka. Jika berhasil kamu akan mendapatkan hadiah 20 miliar. Harga berlian tersebut mencapai satu triliun," kata si bos.
"Siap Bos!" Olivia pun langsung pamit pergi.
Baru saja Olivia pergi, Luna masuk ke dalam ruangan bos nya itu. Luna langsung duduk tanpa di suruh.
"Ada apa?" tanya si bos.
"Kalau Bos izinkan, aku ingin ikut misi tersebut. Jika terjadi sesuatu pada Olivia, setidaknya aku bisa membantu," kata Luna.
"Tidak perlu, aku yakin dengan kemampuan Olivia. Dia, dengan gelar teratai putih yang tidak pernah gagal," ujar si bos. Lagipula, aku sudah menempatkan beberapa orang untuk mengawal nya jika sesuatu terjadi kepadanya," tambah si bos.
Luna keluar dengan perasaan kecewa. Dia ingin menyaingi kehebatan Olivia agar dipandang oleh bos nya.
Namun si bos malah tidak memberikan kesempatan untuk Olivia. Tapi Luna tidak kehabisan akal. Dia punya rencana lain untuk menyingkirkan Olivia.
"Tunggu saja Oliv, setelah kamu tersingkir, aku yang bakal menjadi nomor satu," gumam Luna.
Sementara si bos hanya menatap Luna hingga pintu ruangannya tertutup. Kemudian si bos pun menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi.
"Jika misi ini berhasil, aku bisa menjadi orang terkaya. Setelah itu aku akan menyingkirkan Olivia. Hahaha, hahaha."
Si bos tidak menyadari jika perkataannya sudah didengar oleh Olivia di dalam mobil. Olivia tidak bodoh, dia diam-diam memasang alat penyadap di bawah meja.
Olivia hanya tersenyum tipis. "Oke, aku akan dapatkan permata biru itu."
Olivia pun menginjak pedal gas dan segera pergi dari situ. Dia akan kembali ke rumah untuk mempersiapkan diri untuk besok malam.
Tiba di rumahnya, Olivia langsung memarkirkan mobilnya di garasi. Olivia ingin membuat gaun khusus untuknya besok malam.
Selain seorang agen rahasia, Olivia juga seorang desainer. Tapi Olivia hanya mendesain pakaian untuk dirinya saja.
"Aku harus membuat gaun pesta yang cantik. Pameran berlian besok malam akan menjadi misi terakhirku. Setelah itu aku akan kabur bersama berlian itu," gumam Olivia.
Tadinya Olivia tidak punya rencana untuk kabur. Tapi setelah mendengar perkataan bos nya, pikiran Olivia berubah.
Olivia tidak tahu jika Luna punya niat yang sama dengannya. Tapi Olivia tidak terlalu mudah mempercayai seseorang. Meskipun Luna itu temannya sendiri.
"Huft, aku tampil cantik besok malam," kara Olivia berbicara sendiri.
Olivia pun mulai membuat gaun untuknya. Tidak perlu memperhatikan memperhatikan desain nya, karena semua sudah di luar kepala.
"Sepertinya aku harus lembur," katanya lagi.
Dengan keahlian yang dimilikinya, Olivia pun memulai memotong kain satin mengikuti ukuran tubuhnya. Kemudian menjahitnya dengan mesin jahit.
"Tiba-tiba aku merasa lapar," gumamnya.
Olivia berjalan ke kulkas dan mengambil apa saja yang bisa dimakan langsung. Hanya ada roti dan buah, serta susu kotak.
Olivia pun mulai makan. Dia tidak sempat masak, jadi makan apa saja yang ada. Setelah selesai makan Olivia pun melanjutkan menjahit kain miliknya.
"Hoam...." Olivia menguap. Dari sore hingga tengah malam dia mengerjakan gaunnya. Hingga akhirnya gaun tersebut pun selesai.
Olivia merenggangkan otot-otot tubuhnya yang terasa pegal. Olivia memukul-mukul pundaknya dengan pelan.
"Aku akan segera tidur, agar besok malam tidak kelihatan pucat," gumamnya.
Olivia menggantung gaunnya menggunakan hanger. Kemudian menyimpannya di dalam lemari.
Padahal gaunnya cukup banyak, tapi begitulah Olivia. Dia harus menggunakan gaun yang berbeda saat menjalankan misinya.
Olivia pun merebahkan tubuhnya di tempat tidur. Baru beberapa detik, Olivia sudah terlelap saking mengantuk.
Keesokan harinya Olivia terbangun karena hari sudah siang. Dan juga suara ponselnya mengganggu tidurnya.
"Hmm ada apa?" tanyanya tanpa melihat nama pemanggil.
"Kita ketemu di kafe, aku tunggu."
"Baiklah, aku akan datang 20 menit lagi."
"Lima belas menit. Titik nggak pakai koma."
"Iya-iya, aku siap-siap sekarang."
Olivia pun menutup teleponnya secara sepihak. Kemudian melempar telepon ke tempat tidur.
Olivia bergegas masuk ke dalam kamar mandi. Mandinya pun secara instan. Kemudian berganti pakaian dengan pakaian santai.
Tidak perlu dandan karena menurutnya bukan pertemuan penting. Hanya ketemu Luna tidak perlu cantik-cantik.
Kali ini Olivia mengambil helm, jaket dan kunci motor. Bukan tanpa alasan, dia hanya ingin menghindari kemacetan.
"Punya teman kebangetan. Masa hanya diberi waktu lima belas menit," gerutunya.
Kemudian Olivia pun tancap gas menuju tempat biasa mereka bertemu. Luna memang terlihat baik kepada Olivia. Namun siapa sangka jika Luna bermuka dua.
Olivia tiba kurang dari tiga puluh detik dari waktu yang ditetapkan. Luna tersenyum manis. Merasa senang karena Olivia begitu penurut kepadanya.
"Ada apa?" tanyanya lalu duduk berhadapan dengan Luna.
"Pesan minuman dulu," jawab Luna.
Olivia pun memesan makanan dan minuman. Kebetulan dia belum sarapan sama sekali. Padahal waktu sudah mendekati jam makan siang.
"Katakan."
"Mmm, malam ini aku ingin ikut kamu. Boleh?"
"Kalau mau ikut ya ikut saja. Ngapain minta izin ke aku?"
Luna tersenyum manis. Selalu begitu kalau berhadapan dengan Olivia. Olivia bicara ketus pun Luna tetap tersenyum.
Tapi jangan salah, saat di belakang Olivia, sikapnya berubah drastis. Hanya Olivia tidak menyadari itu.
Pesanan Olivia sampai. Olivia pun mulai makan karena perutnya memang lapar. Semalam dia hanya makan roti sama minum susu dan satu buah apel.
"Lapar ya?" tanya Luna.
"Hm," jawab Olivia karena mulutnya sedang mengunyah makanan.
Olivia pun dengan cepat menghabiskan makanan dan minumannya. Kemudian Olivia bangkit untuk membayar pesanannya itu.
Mungkin karena kurang fokus, Olivia malah menabrak seorang pria. Dengan cepat pria itu menangkap tangan Olivia.
"Hati-hati," ucap pria itu.
"Terima kasih," ucap Olivia. Olivia tidak terlalu memperhatikan pria itu. Setelah mengucapkan terima kasih, Olivia segera pergi ke kasir.
Sedangkan pria itu juga tidak terlalu perduli, karena dia juga buru-buru pergi. Tanpa berkenalan atau apa, keduanya berlalu begitu saja.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Cerita baru lagi teman-teman. Aku harap kali ini kalian suka dengan ceritanya.
Oh iya, seperti biasa aku update tidak menentu ya, karena kesibukan di dunia nyata, ada kalanya aku kehabisan ide. Harap dimaklumi ya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 24 Episodes
Comments
Zea Rahmat
bukan dr keluarga Anderson ka?
2025-10-30
3
@pry😛
pakh mask keluarga handreson kk🙏
2025-10-29
2
Eliermswati
mlm thor q g bkl bosen setiap bc karya mu soalnya bagus2 cerita nya👍👍👍 d cerita in ad keluarga Henderson g thor
2025-10-29
2