Malam itu sepasang suami istri yang baru saja melahirkan putri pertamanya di buat shock oleh kedatangan sesosok pria tampan berpenampilan serba putih. Bahkan rambut panjang nya pun begitu putih bersih. Tatapannya begitu tajam seolah mengunci tatapan pasangan suami istri itu agar tidak berpaling darinya.
“Si siapa kau?” Dengan tubuh bergetar pasangan suami istri itu terus berpelukan dan mencoba melindungi putri kecil mereka.
“Kalian tidak perlu tau siapa aku. Yang harus kalian lakukan adalah menjaga baik baik milikku. Dia mungkin anak kalian. Tapi dia tetap milikku sepenuhnya.” Jawab pria tampan berjubah putih itu penuh penekanan juga nada memerintah.
Setelah menjawab wujud tampan pria itu tiba tiba menghilang begitu saja menyisakan ketakutan pada sepasang suami istri tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nafsienaff, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 4
“Gimana wi? Apa kata ayah sama ibu kamu?”
Dewi menghela napas kasar. Wajah imut nan cantiknya sangat tidak bersemangat. Bahkan untuk mengobrol dengan Kayla lewat sambungan telepon saja Dewi merasa bingung.
“Aku nggak tau Kay. Ayah sama ibu belum bicarain masalah tadi siang.” Jawab nya.
“Kamu tenang aja Wi.. Aku mau kok jadi saksinya. Jelas banget loh tadi si Raka jatuh sendiri terus tongkat baseball itu melayang kearahnya beberapa kali.”
Dewi hanya diam saja. Entah kenapa Dewi merasa dirinya seperti tidak bisa di sentuh. Bahkan jika ada yang bermaksud melukainya akan langsung terluka lebih dulu.
“Aku nggak tau Kay..” Dewi lemas bahkan tidak semangat. Dewi merasa dirinya selalu membuat masalah dan menyusahkan kedua orang tuanya.
“Ya sudah Kay aku mau istirahat aja.”
“Oh ya sudah. Sampai ketemu besok di sekolah ya...”
“Hem.. Iyaa..” Meski tidak yakin, namun Dewi tetap menjawab.
Telpon pun berakhir. Dewi meletakkan ponsel milik sang ayah diatas meja belajarnya kemudian beranjak menuju tempat tidur.
Perlahan rasa kantuk mulai menghampiri hingga akhirnya Dewi benar benar terlelap damai dengan posisi terlentang diatas kasur empuknya.
Dewi menatap takut pada naga putih di depannya. Pelan pelan kakinya mundur untuk menghindari makhluk besar menyeramkan di depannya. Dewi pikir mahkluk itu hendak menyantap nya.
“Jangan takut. Aku tidak akan memakan kamu..”
Dewi semakin ketakutan tat kala naga itu bersuara. Suaranya begitu berat namun juga lembut. Tapi tetap saja Dewi merasa merinding.
“Ini aku Dewi...”
Dalam sekejap, naga itu berubah menjadi sosok tampan berambut putih. Dia tersenyum begitu manis pada Dewi yang masih di kuasai rasa takutnya.
“Ka kamu siapa sebenarnya?” Dengan tubuh gemetar Dewi mencoba memberanikan diri bertanya.
Ini bukan pertama kali mereka berjumpa. Namun setelah mendengar apa yang di katakan Kayla dan ibunya tentang fakta naga Dewi menjadi takut.
“Panggil aku Artha..” Ujar pria itu.
Masih di kuasai rasa takut namun Dewi tetap berdiri di tempatnya. Perubahan wujud naga menjadi pria tampan di depannya benar benar mengingatkan Dewi pada cerita dalam komik milik Kayla.
“Ku mohon jangan takut.. Aku tidak akan berbuat macam macam. Aku hanya ingin bersama kamu.. Aku ingin selalu melindungi kamu..”
Dewi menggeleng. Pria itu mengatakan hal yang sangat tidak masuk akal bagi Dewi. Mereka tidak saling mengenal meski sering bertemu. Namun sikap pria itu menunjukkan seolah mereka berdua begitu dekat.
“Aku mau pulang.” Kata Dewi pelan.
Sosok tampan Artha menghela napas pelan kemudian menganggukkan kepalanya. Dia mendekat pada Dewi kemudian meraih tangan Dewi dan menggenggam nya lembut.
“Aku antar kamu pulang.” Katanya.
Saat itu Dewi merasa tubuhnya melayang di udara. Karena takut, Dewi pun memejamkan erat kedua matanya.
Artha yang melihat itu tersenyum. Padahal dirinya sudah sering menemui Dewi bahkan selalu ada disampingnya, namun Dewi tetap merasa takut.
“Selama aku berada di samping kamu, semuanya akan baik baik saja..” Ujar Artha.
Dewi tetap memejamkan kedua matanya. Dia juga membalas erat genggaman tangan Artha. Melayang di udara tanpa mengenakan pengaman apapun membuat Dewi memikirkan hal hal buruk yang bisa saja terjadi padanya. Di tambah Dewi juga takut dengan ketinggian.
*****
Keesokan paginya.
“Kamu nggak usah berangkat sekolah dulu ya nak. Di rumah saja dulu sama ibu..”
Dewi menatap heran pada Sita yang tidak biasanya menahan dirinya untuk berangkat sekolah.
“Memangnya kenapa? Apa ibu sakit?” Tanya Dewi. Mendengar ibunya berkata demikian, Dewi langsung berpikir mungkin ibunya membutuhkan bantuan darinya.
Sita menatap Doni yang hanya diam saja. Mereka benar benar tidak tau harus bagaimana menjelaskan pada putri mereka.
Dewi menatap bergantian pada kedua orang tuanya. Saat itulah Dewi sadar.
“Dewi di skors lagi ya?” Tanyanya dengan wajah sendu.
Doni menghela napas. Dia akan memikirkan jalan keluar demi kebaikan putrinya.
Setelah sarapan pagi Doni pun langsung berangkat bekerja. Meski perasaan nya tidak enak namun Doni tetap berusaha tenang dan mempercayakan sepenuhnya Dewi pada istrinya. Namun itu bukan berarti Doni angkat tangan untuk penjelasan pada Dewi. Doni hanya sedang memikirkan cara yang tepat untuk memberi pemahaman pada Dewi.
“Kalau ada apa apa langsung telepon ya..” Begitu Doni berpesan pada Sita, istri tercintanya.
Karena tidak berangkat sekolah, Dewi pun hanya bisa diam di kamarnya. Dewi tidak tau harus melakukan apa. Menonton TV yang biasanya menjadi hal paling menyenangkan baginya bahkan tidak terpikirkan.
Artha yang juga merasa aneh dengan ketidak berangkatan Dewi ke sekolah pun bertanya tanya. Penasaran, Artha pun langsung mencari tahu. Artha menemui Sita yang berada di lantai bawah.
Sita terkejut bahkan hampir berteriak saat tiba tiba Artha muncul di depannya. Namun saat Artha mengarahkan jari telunjuk dan jari tengahnya ke kening Sita, tubuh Sita langsung kaku tidak bisa bergerak. Mulutnya bahkan seolah terkunci.
Artha sedang mencari tahu apa yang telah terjadi lewat pikiran Sita. Saat itulah Artha mengetahui bahwa Dewi di keluarkan dari sekolah.
“Dasar manusia bodoh. Bahkan membela diri masih di anggap salah.” Umpat Artha setelah mengetahui fakta yang membuat Dewi sedih.
Artha menghilang begitu saja dari hadapan Sita. Hal itu membuat Sita semakin di landa rasa ketakutan.
“Dewi..” Gumam Sita.
Dia berlari menuju lantai dua dimana kamar Dewi berada. Kemunculan sosok tampan Artha membuat Sita khawatir pada keadaan putri semata wayangnya.
“Dewi.. Nak, kamu dimana sayang?”
Sita semakin takut saat tidak menemukan Dewi di kamarnya. Pikiran pikiran buruk tentang Artha yang membawa pergi Dewi langsung menguasai hati dan pikirannya.
Sita sangat yakin Artha bukanlah manusia. Terbukti dari cara Artha muncul dan menghilang begitu saja di hadapannya.
“Dewi..” Sita terus memanggil nama putrinya. Dia menyusuri setiap sudut lantai dua mencari keberadaan putrinya. Namun tetap saja, Dewi tidak ada dimana mana.
“Pegangan yang erat. Aku akan menambah kecepatan.” Ujar Artha pada Dewi yang duduk di punggung nya.
“Iyaa...” Jawab Dewi menurut saja. Gadis kecil yang masih mengenakan seragam merah putih itu mengeratkan pegangan tangan nya pada tanduk naga yang di tungganginya.
“Aaaaaa...!!!!” Teriak Dewi saat Artha membawanya terbang semakin cepat.
Meski awalnya merasa takut, namun perlahan Dewi mulai terbiasa. Dewi bahkan tertawa saat naga itu membawanya meliuk liuk di awan. Dan untuk sesaat Dewi melupakan masalahnya.
“Jangan takut lagi. Ingat, aku akan selamanya berada di samping kamu. Aku akan selalu melindungi kamu.” Ujar naga tersebut.
“Eumm.. Iyaa..” Senyum Dewi mengiyakan. Entah kenapa Dewi percaya pada apa yang di katakan naga putih itu.
“Ingat namaku, Artha.”