Di negeri fantasi Qingya, seorang gadis bernama Lian Yue tiba-tiba membangkitkan Spirit Rubah Perak sebelum usianya genap 18 tahun—sesuatu yang mustahil dan sangat berbahaya. Kejadian itu membuat seluruh sekte mengincarnya karena dianggap membawa warisan kuno.
Saat ia kabur, Lian Yue diselamatkan oleh pewaris Sekte Naga Hitam, Shen Ryuko, lelaki dingin dan kuat. Namun ketika tubuh mereka bersentuhan, Qi mereka saling menyatu—tanda bahwa mereka adalah pasangan ritual yang hanya bisa diaktifkan lewat hubungan intim.
Sejak itu, keduanya terikat dalam hubungan berbahaya, penuh gairah, dan diburu para sekte yang ingin merebut kekuatan mereka.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon S. N. Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8 — Musuh Mengintai
Keheningan di Sekte Naga Hitam adalah kebohongan yang menunggu untuk dihancurkan. Di puncak Gunung Obsidian, di mana Paviliun Utara berdiri, ketenangan abadi itu tiba-tiba terkoyak oleh sirene kuno yang hanya dibunyikan saat Sekte menghadapi invasi skala penuh.
Ryuko dan Lian Yue sedang mencoba Latihan Meditasi Berpasangan—sebuah upaya yang sia-sia, karena fokus mereka selalu tergelincir pada sensasi yang dilarang.
Saat alarm berbunyi, Ryuko langsung bangkit. Matanya, yang tadinya lembut karena Qi yang menyatu, kini kembali menjadi emas murni, tajam, dan mematikan.
"Mereka datang," desis Ryuko, meraih pedang hitamnya yang bergetar karena haus darah.
Lian Yue terlonjak dari posisi meditasinya. Ketakutan itu instan. Ia teringat akan serangan di Lembah Purnama, pengejaran brutal di hutan, dan wajah-wajah licik dari para pemburu sekte.
"Ryuko..." Lian Yue gemetar. Qi Yin-nya langsung meronta, menolak perpisahan dengan Qi Yang Ryuko, bahkan untuk sesaat.
"Tenang," perintah Ryuko, nadanya tidak bisa dibantah. Ia tahu Lian Yue adalah target utama. "Kau tetap di sini. Di balik formasi pelindung. Jangan bergerak, atau Qi-mu akan meledak."
Ryuko mengaktifkan Formasi Naga Hitam di sekitar Paviliun Utara—sebuah perisai spiritual yang seharusnya tak tertembus. Namun, ia tahu, jika Lord Hei Wenzhan yang datang, Formasi itu hanya akan memberinya waktu sebentar.
“Aku harus pergi. Ada murid lain yang harus kuperhatikan,” katanya, tatapannya menyiratkan permintaan maaf karena harus meninggalkannya.
Lian Yue merasakan gelombang keputusasaan yang dingin. Meninggalkan Ryuko, bahkan dengan perlindungan ini, terasa seperti mencabut paksa akar kehidupannya.
“Tunggu!” Lian Yue berteriak, tanpa sadar. Ia berlari dan meraih jubah hitam Ryuko. “Aku takut!”
Ryuko berhenti. Ia menoleh. Dalam sepasang mata hijau Lian Yue, ia melihat bukan hanya ketakutan seorang gadis, tetapi kepanikan Spirit Rubah yang tahu bahwa pelindung esensialnya akan pergi.
Ryuko mencondongkan tubuhnya, menatap lurus ke dalam mata Lian Yue. Ia tidak menciumnya, tidak memeluknya, hanya menatapnya, membiarkan aura Naganya menenangkan Rubah Ekor Perak itu.
“Aku akan kembali,” janji Ryuko, suaranya mengandung Qi yang meyakinkan. “Dan jika ada yang berani menyentuh sehelai rambutmu, aku akan merobek jantung mereka dan memberikannya pada Spirit Naga-ku. Kau percaya padaku?”
Lian Yue mengangguk, jantungnya berdetak kencang karena ancaman brutal dan janji perlindungan itu.
Ryuko tersenyum singkat—senyum predator yang haus darah—lalu menghilang, meninggalkan Lian Yue sendirian di balik perisai tebal Paviliun Utara.
Perang di puncak gunung dimulai dengan segera.
Ryuko bergerak cepat. Di halaman utama Sekte Naga Hitam, murid-murid senior sudah bertarung melawan para penyusup. Mereka adalah pasukan yang mengenakan jubah abu-abu tanpa lambang, tetapi Qi Kegelapan mereka tidak salah lagi: mereka adalah anak buah Lord Hei Wenzhan.
Yang lebih parah, Ryuko melihat Priestess Mei Ronghua di antara mereka. Wanita itu memiliki reputasi buruk sebagai ahli ritual penguras Qi, dan kehadirannya menegaskan bahwa tujuannya adalah Lian Yue.
Ryuko menarik Pedang Naga Hitam. Aura Naganya menyelimuti dirinya, mengubah Ryuko menjadi sosok yang mengerikan. Ia bukan lagi pewaris yang dingin; ia adalah binatang buas yang marah.
GRRR!
Aura Naga Hitam itu meledak. Salju di sekitarnya langsung meleleh, dan udara bergetar. Murid-murid Hei Wenzhan yang berjarak sepuluh meter langsung terlempar, leher mereka seolah dicekik oleh Qi yang tak terlihat.
Ryuko menyerang, secepat kilat hitam. Pedangnya bergerak seperti tarian kematian, setiap ayunan meninggalkan jejak Qi Naga yang membeku.
“Pergi ke Paviliun Utara!” perintah Mei Ronghua, suaranya melengking. “Ryuko terlalu kuat! Fokus pada Warisan Purnama!”
Saat para pengikut Hei Wenzhan mencoba menembus pertahanan Sekte, Shen Zhaoling, kakak tiri Ryuko, muncul. Zhaoling, yang seharusnya membantu, malah berdiri mematung, menikmati tontonan kehancuran Ryuko—sekaligus menghitung kelemahan adiknya.
Ryuko tidak peduli pada intrik. Fokusnya hanya pada satu hal: memusnahkan ancaman terhadap Lian Yue. Ia menembus garis pertahanan musuh, darah hitam memercik di jubahnya.
“Kau terlalu berani, Naga kecil!” teriak Mei Ronghua, melepaskan formasi jaring energi gelap.
Ryuko melompat, memotong formasi itu dengan satu tebasan pedang, lalu berbalik dan melemparkan serangan balik Naga Api ke arah Priestess. Mei Ronghua menghindar, tetapi jubahnya terbakar, dan wajahnya dipenuhi amarah.
“Kau melindungi tungku Qi yang sempurna! Kau melanggar aturan Sekte!” teriak Mei Ronghua, mencoba memprovokasi Ryuko.
“Dia adalah milik Sekte Naga Hitam!” raung Ryuko, sebuah raungan primal yang membuat gunung bergetar.
Di Paviliun Utara, Lian Yue merasakan getaran setiap bentrokan Qi di luar. Setiap raungan Naga Ryuko mengalir melalui Formasi Pelindung, masuk ke meridiannya, dan membuat Spirit Rubah Peraknya bereaksi.
Ia ketakutan. Ketakutan akan tertangkap, ketakutan akan kehilangan Ryuko, ketakutan bahwa ia akan menjadi alat ritual yang dikuasai oleh orang lain.
Ketakutan itu memicu Qi Yin-nya.
Boom!
Perisai Formasi tiba-tiba bergetar hebat. Lian Yue tidak menyadari bahwa ia sendirian yang melakukannya. Spirit Rubah Ekor Perak di dalamnya bereaksi terhadap bahaya yang dirasakan, melepaskan gelombang Qi yang tidak terkontrol, mencoba memanggil Ryuko kembali.
Lian Yue mencengkeram kepalanya, rasa sakit itu menusuk. Ia jatuh berlutut.
Yueyin! Kendalikan dirimu!
Spirit Rubah itu, Yueyin, muncul di dimensi spiritualnya dalam bentuk astral—rubah perak kecil yang marah.
Dia butuh kita! Dia pergi! Kita dalam bahaya! teriak Yueyin tanpa suara. Hanya Qi Naganya yang menenangkan! Panggil dia!
Lian Yue mencoba menekan insting itu, tetapi tubuhnya memberontak. Ia merasakan hawa dingin yang mematikan menusuk dari perisai, dari luar. Musuh mulai menargetkan Paviliun Utara.
Tiba-tiba, suara retakan keras terdengar dari dinding. Formasi Naga Hitam itu mulai pecah.
Lian Yue tahu ia tidak punya waktu. Ia harus lari atau menyembunyikan diri. Ia tidak boleh tertangkap.
Di luar, Ryuko merasakan retakan Formasi Pelindung. Jantungnya mencelos.
"Sial!" Ryuko menggeram. Ia tahu Lian Yue berada dalam bahaya kritis. Ia harus mengakhiri pertarungan ini.
Ryuko melepaskan Qi Naganya secara penuh. Matanya bersinar, sisik hitam muncul samar di kulitnya. Ini adalah mode naga yang mengerikan.
Ia mengayunkan pedangnya dalam lengkungan besar, melepaskan Badai Naga Hitam—sebuah teknik terlarang yang menghancurkan. Dalam satu tebasan, puluhan pengikut Hei Wenzhan terpotong, tubuh mereka berubah menjadi es hitam yang rapuh, dan kemudian hancur berkeping-keping.
Priestess Mei Ronghua terkejut, melarikan diri dengan panik. Lord Hei Wenzhan tidak ada di sana; ia hanya mengirimkan umpan.
Ryuko tidak mengejar. Ia berbalik, berlari secepat mungkin menuju Paviliun Utara.
Ia tiba tepat pada waktunya.
Dua penyusup terakhir telah menembus Formasi dan kini mencoba meraih Lian Yue yang sudah jatuh, tak sadarkan diri karena Qi-nya meledak.
Ryuko melepaskan aura mautnya. Ia tidak menggunakan pedang. Ia menggunakan tangan kosong.
CRASH!
Ia mencengkeram leher salah satu penyusup, memutar dan meremukkannya dalam satu gerakan. Penyusup kedua mencoba melarikan diri, tetapi Naga Ryuko yang marah telah mengklaim korbannya. Ryuko menghantamkan penyusup itu ke dinding, meninggalkan retakan besar, dan penyusup itu tewas seketika.
Ryuko terengah-engah, mode naganya masih menyala. Ia adalah pembantaian dalam wujud manusia.
Ia berbalik, dan pandangannya langsung tertuju pada Lian Yue. Gadis itu terbaring tak sadarkan diri, tubuhnya mengeluarkan asap tipis, tanda bahwa Qi Yin-nya terbakar.
Ryuko berlari, meraih tubuh Lian Yue.
Saat tangannya menyentuh kulit Lian Yue yang panas, terjadi kejutan lagi. Kali ini, kejutan itu bukan hanya fusi Qi. Itu adalah ledakan Qi sensual yang paling kuat.
Semua ketakutan Lian Yue, semua Qi Yin-nya yang liar, mengalir ke Ryuko, menuntut penenangan. Aura Naga Ryuko yang marah langsung berubah, dari mode pembantaian menjadi mode perlindungan mutlak dan posesif.
Ryuko mendekap Lian Yue ke dadanya, merasakan kehangatan yang gila itu. Ia tidak peduli pada luka-luka yang ia derita. Ia hanya peduli pada detak jantung gadis itu, dan pada sensasi yang memabukkan saat Qi mereka menyatu, meredakan amarah Naga dan ketakutan Rubah sekaligus.
Lian Yue yang tak sadarkan diri, merespons naluriah. Ia menggerakkan tangannya, mencari kulit Ryuko, dan secara tidak sengaja ia menyentuh Tanda Ikatan di tangan Ryuko.
Fiuuuh...
Tanda Ikatan itu bersinar dengan cahaya perak-emas yang membutakan. Energi liar yang tadinya menghancurkan Paviliun Utara, kini mengalir tenang, seperti sungai yang akhirnya menemukan muara.
Ryuko menyadari, keintiman fisik ini bukanlah godaan—ini adalah pertahanan. Semakin besar bahaya, semakin besar kebutuhan Lian Yue akan fusi Qi mereka. Dan fusi ini hanya bisa terjadi melalui kontak kulit ke kulit yang paling intim.
Ia menatap Lian Yue, yang wajahnya kini tenang dalam pelukannya.
"Kau aman," bisik Ryuko, suaranya kembali menjadi manusia, tetapi ada kelelahan dan kesadaran baru di dalamnya. "Kau aman di pelukan Nagamu."
Ia berdiri, membawa Lian Yue yang tak sadarkan diri. Di luar, pertempuran telah usai, meninggalkan kehancuran dan keheningan yang mencekam.
Ryuko menatap mayat-mayat yang ia tinggalkan di Paviliun Utara. Ia melihat Shen Zhaoling yang memandang dari kejauhan dengan mata penuh kebencian.
Ryuko tidak peduli. Ia hanya menatap Lian Yue. Gadis itu adalah kelemahannya, tetapi juga kekuatan terbesarnya. Ia membawa Lian Yue kembali ke kamar, dan saat ia meletakkannya di ranjang, ia tidak melepaskan pelukannya. Ia memilih untuk tetap di sana, menjaga Api Rubah Ekor Perak dengan Qi Naganya.