NovelToon NovelToon
CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

CEO Dingin-Ku Mantan Terindah-Ku

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Duda / CEO / Office Romance / Mantan
Popularitas:22.2k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Nadira tak pernah menyangka bekerja di perusahaan besar justru mempertemukannya kembali dengan lelaki yang pernah menjadi suaminya tujuh tahun lalu.

Ardan, kini seorang CEO dingin yang disegani. Pernikahan muda mereka dulu kandas karena kesalahpahaman, dan perpisahan itu menyisakan luka yang dalam. Kini, takdir mempertemukan keduanya sebagai Bos dan Sekretaris. Dengan dinginnya sikap Ardan, mampukah kembali menyatukan hati mereka.

Ataukah cinta lama itu benar-benar harus terkubur?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter — 4.

Pagi itu, Nadira merasa tubuhnya dipeluk erat. Ia sempat sulit bergerak, namun tetap berusaha menggeser diri.

Suara berat tiba-tiba terdengar dari atas kepalanya. “Kau sudah bangun? Kalau begitu, lepaskan pelukanmu dariku!”

Nadira tersentak, dia buru-buru bangkit. Wajahnya memanas begitu sadar siapa yang ada di sebelahnya. Ardan ikut bangun dengan ekspresi datar, seolah hal itu sama sekali bukan masalah baginya.

Kenapa, aku bisa tidur di sofa bersamanya? Padahal aku ingat betul, semalam aku berbaring di ranjang. Tunggu! Barusan, bukannya dia yang peluk aku?

“Ke-kenapa saya tidur di sini?” tanya Nadira tergagap.

Ardan menoleh, menaikkan sebelah alisnya. “Penyakitmu tidak berubah. Kau berjalan sambil tidur, lalu naik ke sofa dan memelukku begitu saja. Bahkan saat aku mencoba melepaskanmu, kau malah memarahiku.”

Wajah Nadira merah padam, ia menutup mulut dengan tangan dan meringis kecil. “S-saya minta maaf, Tuan.”

Ardan mendengus singkat lalu bangkit. “Jangan ulangi lagi! Kalau sampai terjadi lagi, aku potong gajimu.”

“Tuan! Jangan begitu, saya sungguh menyesal__”

“Pesan sarapan! Aku ingin makan di kamar!“ potong Ardan dingin, lalu melangkah ke kamar mandi dan menutup pintu di belakangnya.

Nadira merutuki dirinya sendiri. "Tapi sudah lama aku nggak pernah tidur sambil berjalan lagi, kok bisa semalam aku...? Apa dia bohong padaku? Nggak mungkin kan, dia yang sengaja memindahkan ku ke sofa?"

Belum sempat ia menarik napas panjang, ponselnya berdering di atas nakas. Ia melangkah ke arah ranjang dan segera mengangkatnya.

“Ya, Del?”

“Mbak! Aku punya kabar baik,” suara Della, adiknya terdengar riang.

“Kabar apa?” tanya Nadira.

“Aku baru dapat email dari kampus, aku mendapatkan beasiswa mahasiswa kurang mampu! Terus… Mama bilang, Papa akhirnya bisa dioperasi hari ini. Rumah sakit akan memberikan keringanan biaya. Mbak, apa ini bisa dibilang keajaiban?” Suara Della penuh haru sekaligus bahagia.

Dahi Nadira berkerut dalam. Keajaiban? Apa benar ada yang seperti itu di dunia ini?

“Mbak harus kerja, Del. Temani Mama di rumah sakit sebelum kuliah, ya. Mbak masih di luar kota, entah kapan bisa pulang. Tolong kabari Mbak tentang operasi Papa.”

“Iya, Mbak.”

Sambungan terputus.

Nadira termenung sejenak, semuanya terasa terlalu aneh. Namun ia menggeleng, memilih akan memikirkannya nanti. Ada tugas yang harus ia selesaikan... menyiapkan sarapan untuk Ardan.

Ia memesan lewat layanan hotel, memilih menu yang dulu selalu jadi favorit Ardan. Hanya saja, ia tidak tahu apakah pria itu masih menyukainya.

Tak lama, pintu kamar mandi terbuka. Ardan keluar dengan jubah mandi, rambutnya masih basah. Aura dinginnya tidak mampu menutupi kenyataan bahwa pria itu tampak… memikat.

“Mandilah! Bawa pakaianmu dan ganti di kamar mandi,” ucapnya singkat pada Nadira.

Nadira malah terdiam. Pandangannya terpaku, seakan lupa cara bernapas. Sudah lama ia tidak melihat sosok mantan suaminya seperti ini, begitu menggoda. Ingatan tentang masa lalu mereka yang bermesraan di kamar mandi tiba-tiba saja berkelebat, tentang momen konyol dan berbahaya yang seharusnya sudah ia kubur.

“Dira!” suara Ardan yang tajam menyentak lamunan wanita itu.

Nadira refleks menutup wajahnya dengan kedua tangan, merasa malu karena pikirannya yang melayang ke arah salah. Ia buru-buru mengambil koper kecil miliknya, lalu berlari masuk ke kamar mandi dan menguncinya.

“Aduh… otakku kenapa begini? Jangan bodoh, Nadira! Dia cuma mantan suamimu, dia bahkan tidak suka lagi padamu…” rutuknya pelan, wajahnya memerah.

Di luar, Ardan menghela napas berat. Ia mengepalkan tangan, mencoba mengendalikan diri.

“Dia wanita yang meninggalkanmu, Ardan. Jangan menoleh ke belakang, dia... tidak pantas kau maafkan.” Gumamnya dingin, menatap kosong ke arah pintu kamar mandi.

Beberapa menit kemudian, suara air dari kamar mandi berhenti. Nadira keluar dengan pakaian sederhana dan wajah yang masih sedikit basah karena buru-buru. Ia menunduk, berusaha tidak menatap Ardan yang tengah duduk di sofa sambil membuka tablet.

Tak lama sarapan datang, Nadira membawa food trolley ke arah Ardan.

“Ini sarapannya, Tuan." Ucap Nadira pelan, meletakkan nampan di meja.

Ardan mengangkat wajahnya sekilas, lalu tatapannya jatuh pada hidangan yang terhidang rapi.

Matanya menyipit, “Omelet?"

Nadira menelan ludah. “Saya… hanya menebak, kalau Tuan masih suka telur dadar. Kalau ternyata sudah tidak sesuai selera Tuan, saya bisa memesan yang lain.”

Ardan tidak langsung menjawab, ia mengambil sendok lalu mencicipi makanan itu. Tak lama ia meletakkannya kembali dengan gerakan tenang. "Tidak perlu, ini cukup."

Ada jeda sejenak.

Nadira merasa udara di kamar itu terlalu pekat, ia hendak mundur tapi suara Ardan membuat langkahnya terhenti.

"Tunggu." Ardan menatap Nadira, pandangan itu tegas tapi ada kilasan samar yang sulit didefinisikan. Seolah ia sendiri tidak yakin apa yang ia rasakan.

Nadira buru-buru menunduk, menahan napas agar wajahnya tidak memerah.

“Duduk.” Perintahnya.

Nadira menoleh cepat, ragu apakah ia mendengar dengan benar. “Maaf, Tuan?”

“Duduk, dan makan omelet ini bersamaku. Kalau menolak, gajimu akan mulai dipotong! Aku tidak suka dibantah!" tegas Ardan.

Dengan kikuk, akhirnya Nadira menarik kursi dan duduk. Tangannya saling menggenggam di atas paha, mencoba terlihat tenang.

Tenanglah, Nadira. Ini demi uang, tapi... ngomong-ngomong, kenapa tiba-tiba pihak rumah sakit meringankan biaya operasi?

Ardan menyesap kopi, lalu menatap Nadira tanpa ekspresi. “Mulai lah makan! Kenapa kau selalu gelisah, kalau berhadapan denganku?

“B-bukan begitu, Tuan. Saya hanya__” ucapan Nadira terhenti, ia tidak tahu harus memberi alasan apa.

Ardan sedikit mengangkat alis, seakan puas melihat mantan istrinya itu terdiam. Namun, ia segera menunduk kembali pada sarapannya.

“Sudahlah, kau selalu payah menyembunyikan sesuatu.” Ardan lalu tak bicara lagi.

Namun ucapan mantan suaminya itu membuat Nadira merasa aneh, dan hatinya... malah berdegup lebih cepat.

1
Rita
betul dih
Rita
Ardan tolong jelaskan apa prasangka istrimu benar pa salah
Rita
lah🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
Rita
awas nih sakit gangguan jiwa
Rita
obsesi itu namanya
Rita
tuh Ardan sdh tau kan
Rita
mamer 🥰🥰🥰🥰🥰🥰👍👍👍👍👍👍👍
Rita
hei hei😅😅😂😂😂😂
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Rere💫: 😍😍😍😍😍
total 1 replies
Jeng Ining
good Clau provokasi Ardan terus, itubmemang yg dimaui mama Ardan, biar sepenuh hati Ardan melakukan pembelaan thd Nadira dn mengeluarkan semua isi hati yg hanya ada Nadira😁😁😁
Jeng Ining: biar polpolan nunjukin cintanya ke Nadira sesuai prediksi Mamanya🤭
total 2 replies
Tiara Bella
wow Ardan terlalu cepet ini mah ketemunya Nadira ....hehehhe...
Tiara Bella: hooh....
total 2 replies
Azahra Rahma
bagus, keren
Azahra Rahma
Ardan jangan percaya kata² Claudia,,dia itu wanita siluman ,,entah siluman laba² atau siluman ular putih
Rere💫: Siluman rubah 🦊🤣
total 1 replies
Desyi Alawiyah
Claudia emang licik...

Dalam keadaan terdesak pun dia masih bersikap sombong dan mencoba memprovokasi Ardan...😒
Rere💫: Di bikin tomyam 🤣🤣🤣
total 3 replies
Desyi Alawiyah
Istrimu di culik mama kamu, Ardan... Udah jangan khawatir 🤭
Aditya hp/ bunda Lia
istrimu mamah mu yang culik Ardan ...
Lydia
Lanjut Author. Terima Kasih.
Azahra Rahma
dalangnya adalah ibumu Ardan,,yg menculik Nadira
Azahra Rahma
tapi aku yakin Ardan tidak pernah berhubungan intim dengan Claudia,,,kalau Claudia dekat² saja sepertinya Ardan tidak menyukainya
Tiara Bella
aku udh takut Nadira diculik sm Claudia twnya sm mamer.....lega nya....sabar Ardan....et dah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!