NovelToon NovelToon
Istri Terhina Menjadi Ibu Susu Bayi CEO

Istri Terhina Menjadi Ibu Susu Bayi CEO

Status: sedang berlangsung
Genre:Balas Dendam / CEO / Cinta Terlarang / Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Ibu Mertua Kejam / Ibu susu
Popularitas:19.6k
Nilai: 5
Nama Author: Rere ernie

Arsyi seorang wanita sederhana, menjalani pernikahan penuh hinaan dari suami dan keluarga suaminya. Puncak penderitaannya terjadi ketika anaknya meninggal dunia, dan ia disalahkan sepenuhnya. Kehilangan itu memicu keberaniannya untuk meninggalkan rumah, meski statusnya masih sebagai istri sah.

Hidup di tengah kesulitan membuatnya tak sengaja menjadi ibu susu bagi Aidan, bayi seorang miliarder dingin bernama Rendra. Hubungan mereka perlahan terjalin lewat kasih sayang untuk Aidan, namun status pernikahan masing-masing menjadi tembok besar di antara mereka. Saat rahasia pernikahan Rendra terungkap, semuanya berubah... membuka peluang untuk cinta yang sebelumnya mustahil.

Apakah akhirnya Arsyi bisa bercerai dan membalas perbuatan suami serta kejahatan keluarga suaminya, lalu hidup bahagia dengan lelaki baru?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter - 4.

Tatapan Rendra langsung jatuh pada Arsyi. Seperti pisau, dingin dan menembus.

“Ini orangnya?” suaranya dalam, datar dan tanpa basa-basi.

Sinta menunduk, “Iya, Tuan. Ini Mbak Arsyi. Dia… kemarin menolong Tuan kecil Aidan. Menyusuinya, saat saya tidak bisa berbuat apa-apa.”

Rendra menatap Arsyi lebih lama, seolah menilai dari ujung kepala hingga kaki. Tatapan yang bukan sekadar melihat, melainkan menguuliti.

Arsyi menunduk sopan, tangannya mengepal di balik jilbabnya menahan gemetar. Tapi ia tahu, ia tidak boleh terlihat lemah.

Akhirnya Rendra membuka suara. “Kenapa kau melakukannya?”

Arsyi mendongak, mata mereka bertemu. Ada ketegangan yang sulit dijelaskan, udara seperti menegang di antara keduanya. “Karena dia butuh, Aidan lapar. Dan saya tahu… saya bisa menolong.”

Rendra mengernyit tipis. “Kau bahkan tidak mengenalnya, tidak mengenal saya. Kau tidak takut?”

Arsyi menarik napas, suaranya tenang tapi tajam. “Apa yang perlu ditakuti dari seorang bayi yang menangis karena lapar, Tuan? Yang menakutkan… adalah membiarkan tangis itu tanpa berbuat apapun.”

Sinta menoleh dengan kaget kecil, ia tak menyangka Arsyi bisa menjawab setegas itu.

Tatapan Rendra tidak berubah, tapi ada sesuatu yang sekilas bergerak di dalam matanya.

Ia menoleh pada Sinta. “Bawa Aidan ke sini.”

Tak lama, Sinta kembali dengan bayi mungil itu. Wajah kecilnya tenang dalam gendongan.

Begitu Arsyi melihatnya, dadanya bergetar. Ada getaran aneh yang tak bisa ia jelaskan.

“Dekatkan padanya,” perintah Rendra.

Sinta menurut, Aidan didekatkan ke arah Arsyi. Dan seakan mengenali, bayi itu membuka mata kecilnya. Menatap sekilas, lalu menggerakkan tangan mungilnya ke arah Arsyi.

Seakan dunia berhenti sejenak.

Arsyi menahan napas, tangannya pun terulur pelan menyentuh jari mungil itu... begitu hangat, tak sedingin jari anaknya saat meninggal.

Sementara itu, Rendra memperhatikan tanpa kata.

“Dia tenang di dekatmu,” ucapnya akhirnya, datar. Tapi di balik datar itu, ada nada pengakuan.

Arsyi menunduk, mencium kening bayi itu dengan lembut. “Anak ini… hanya butuh pelukan dan butuh rasa aman.”

Rendra menatapnya lekat-lekat, hening sesaat. Lalu ia berkata dengan nada tegas, “Mulai hari ini, kau tinggal di sini. Kau... jadi ibu susu Aidan.”

Arsyi terhenyak, semua terjadi begitu cepat. “Tapi Tuan… saya__”

“Tidak ada tapi.” Suara Rendra memotong tajam. “Saya butuh seseorang yang bisa menenangkan Aidan, dan dia... sudah memilihmu. Sederhana!”

Arsyi menelan ludah, hatinya berkecamuk. Ia baru saja melarikan diri dari satu rumah penuh luka dan kini ditawarkan tempat di rumah asing, milik lelaki yang dingin dan berwibawa. Apakah ini jalan keluar… atau penjara baru?

Rendra melangkah lebih dekat, jarak mereka kini hanya beberapa langkah. Sorot matanya menusuk. “Kata Sinta... kau butuh tempat tinggal. Dan aku, butuh seorang Ibu susu untuk Aidan. Ini... hanya sebuah kesepakatan. Ambil atau tinggalkan.”

Kata-kata itu menghantam telinga Arsyi. Tegas, tanpa ruang ragu.

Ia menunduk, menatap Aidan yang tertidur dalam pelukannya. Bayi itu tampak begitu damai, seolah dunia luar tak pernah ada.

Dan... di sanalah jawabannya.

Arsyi mengangkat wajah, matanya mantap. “Baik, Tuan. Saya terima.”

Untuk pertama kalinya sejak ia meninggalkan rumahnya, ada kepastian meski samar.

Rendra menatapnya sekali lagi, lalu berbalik. “Sinta, siapkan kamar untuknya. Mulai hari ini, dia akan jadi salah satu pekerja di rumah ini.”

Langkahnya menjauh, suara sepatu menghilang di balik lorong rumah megah itu.

Arsyi masih berdiri dengan Aidan dalam gendongan, hatinya bergetar. Ia tidak tahu apa yang menanti. Tapi satu hal pasti, jalan takdir baru saja dibuka.

Dan di balik tembok dingin rumah Rendra, hidupnya akan berubah untuk selamanya.

Suara langkah Sinta bergema di lantai marmer.

Arsyi mengikutinya dengan hati-hati, memeluk Aidan erat di dada. Rumah itu luas sekali, terlalu luas seolah setiap sudutnya menyimpan rahasia.

Dinding putih mengilap, lampu gantung kristal menjuntai dingin di langit-langit. Ada hiasan lukisan mahal, vas bunga porselen dan perabot yang tampak lebih mirip pajangan ketimbang benda untuk digunakan.

Arsyi menunduk, sepatu pantofel miliknya yang sudah agak lusuh terasa begitu asing menginjak lantai bersih itu.

Sinta berhenti di depan sebuah pintu kayu besar. Ia membuka dan menoleh pada Arsyi. “Ini kamarmu, Mbak. Mulai sekarang, kamu tinggal di sini. Kalau ada apa-apa, panggil aku.”

Arsyi melangkah masuk, kamarnya sederhana dibanding ruangan yang ia lewati tadi. Tapi, tetap jauh lebih mewah dari apapun yang pernah ia miliki. Ada ranjang lebar, meja kecil, lemari, bahkan jendela besar dengan tirai tebal.

Ia menurunkan Aidan ke ranjang, menatap wajah mungil itu yang tenang. Senyumnya muncul samar. “Mulai sekarang, kita akan bersama Nak.“

Sinta berdehem kecil. “Ada aturan di rumah ini, Mbak. Tuan Rendra tidak suka suara gaduh, tidak suka orang yang banyak bicara. Lakukan tugas Mbak merawat Tuan kecil Aidan, itu saja. Jangan pernah ikut campur urusan lain.”

Nada suara Sinta sangat serius, Arsyi hanya mengangguk. “Baik.”

Sinta menatapnya sejenak, lalu tersenyum singkat. “Aku tahu Mbak pasti takut. Tapi… aku lihat cara Mbak pada Tuan kecil Aidan. Sepertinya, Mbak Arsyi tepat berada di sini.”

Setelah Sinta pergi, sunyi kembali menyelimuti. Arsyi duduk di tepi ranjang, menatap kosong ke dinding. Dalam hatinya, ada rasa aneh... lega sekaligus cemas.

Rumah megah ini bukan miliknya, dan bisa jadi jebakan. Tapi setidaknya, ia tidak harus tidur di bangku taman atau dijalan.

Sore menjelang ketika pintu kamarnya diketuk.

Arsyi membukanya, seorang pelayan pria berdiri dengan tatapan datar. “Tuan Rendra memanggil, bawa Tuan muda kecil.”

Degup jantungnya kembali cepat. Ia menggendong Aidan, lalu mengikuti langkah pelayan menuruni tangga spiral besar. Di ruang kerja yang dipenuhi rak buku, Rendra duduk di balik meja kayu gelap.

Sorot matanya dingin saat menatap Arsyi masuk. “Duduk.”

Arsyi duduk di kursi seberang meja, Aidan menggeliat kecil di gendongannya.

Rendra menautkan jari-jarinya. “Kau akan diberi kamar, makanan dan kebutuhan dasar lainnya... juga gaji besar. Sebagai gantinya, kau bertanggung jawab penuh pada Aidan. Siang dan malam. Aku tidak mau mendengar dia menangis tanpa sebab.”

Nada suaranya lebih seperti instruksi kerja ketimbang bicara tentang anaknya sendiri.

Arsyi menunduk. “Saya mengerti.”

Rendra melirik bayi itu. “Dia lebih tenang di pelukanmu, itu satu-satunya alasan aku membiarkanmu masuk rumah ini. Jangan salah artikan, kau bukan bagian dari rumah ini. Kau hanya… solusi.”

Kata-kata itu menusuk tapi Arsyi hanya menatap Aidan, mengusap lembut punggung mungilnya. “Kalau itu yang Tuan butuhkan… saya akan melakukannya.”

Keheningan panjang.

Rendra memperhatikan, entah apa yang ia pikirkan. Hanya mata bajanya yang tampak menilai setiap gerak-gerik Arsyi.

Akhirnya ia berdiri mengambil map dari meja, lalu melangkah ke arah pintu. “Sinta akan mengatur sisanya, aku tidak punya waktu lebih untuk urusan ini.”

Pintu tertutup, sunyi kembali.

Arsyi melepaskan napas tertahannya, ada sesuatu yang berat menekan dadanya. Lelaki itu dingin sekali, seolah hatinya hanyalah batu. Tapi di balik sorot baja itu, ada sesuatu yang samar, sesuatu yang belum bisa ia kenali.

Malam pun turun...

Arsyi menidurkan Aidan di ranjang kecil yang sudah disiapkan. Namun bayi itu rewel, menangis tanpa henti.

“Shh… tenang sayang,” bisiknya, menimang anak itu pelan tapi tangisannya semakin keras.

Pintu kamar terbuka tiba-tiba, Rendra berdiri di ambang pintu dengan wajah tegang. “Kenapa dia menangis?”

Arsyi tertegun. “Dia… mungkin lapar, atau hanya butuh digendong.”

Rendra melangkah masuk, langkah berat. Ia menatap putranya yang menangis, lalu menoleh ke Arsyi. “Lakukan sesuatu.”

“Saya akan menyuusiinya, Tuan harap keluar.“

Rendra sedikit terkejut diusir oleh Arsyi, namun ia sadar jika wanita itu butuh privasi. Rendra menghela napas, lalu berbalik. “Pastikan dia tidak menangis seperti itu lagi malam-malam! Aku tidak suka kebisingan!”

Rendra pun berjalan ke luar kamar, dan menutup pintu.

Arsyi segera menyusui baby Aidan dengan hati-hati. Tangisan perlahan mereda, berganti suara isapan tenang.

Di ranjang, Arsyi memandangi Aidan yang tertidur pulas. Ia berbisik, “Nak… aku tidak tahu apakah rumah ini akan jadi tempat aman, atau hanya dinding asing lain yang mengurungku. Tapi untukmu… aku akan bertahan.”

Malam itu, ia terlelap dengan Aidan di pelukan.

Di kamarnya, Rendra berdiri di balkon. Memandang kota dengan mata keras, gelas wiski di tangannya bergetar sedikit.

Hanya ia yang tahu, setiap tangisan Aidan menussuuk jantungnya lebih dalam daripada yang bisa ia akui. Anak itu, adalah luka baginya.

.

.

.

Mohon dukungannya agar cerita ini berumur panjang, jangan nabung bab. Like komen, nuhun 🙏☺️

1
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
seru banget ya ceritanya dan bikin tegang bacanya
Dian Rahmawati
rendra semangat menjaga aidan,arsyi,raisya
Siti Zaid
Author..terus..semangat lagi💪💪💪
Nureliya Yajid
lanjut thor
Aditya hp/ bunda Lia
kenapa luka?
Ulla Hullasoh
seru Thor....trims ya
Ma Em
Semoga Arsyi selalu bahagia bersama Rendra cukup hdp Arsyi tersiksa saat menikah dgn Fajar , Thor jgn sampai Arsyi atau Rendra celaka karena dendam Maya mantan pembantu Rendra yg dipecat begitu juga Raisa semoga Daniel bisa melindungi nya dari tuan Erlan papanya Jery.
Zainab Ddi
author makasih Uda update ditunggu selalu kelanjutannya 🙏🏻💪🏻😍
Zainab Ddi
semoga Raisa dan ARSYI bahagia tapi harus dimusnahkanndulu keluarga Jerry
Siti Zaid
Semoga bahagia milik Arsyi dan Raisa...mereka berhak hidup tenang dan damai..dan Rendra pasti akan melindungi mereka berdua...
Tiara Bella
semangat Thor ...
Dian Rahmawati
daniel jodohnya raisa nih
Nureliya Yajid
lanjut thor
Ulla Hullasoh
Raisa sepertinya sudah sembuh cuma pura pura msh g ingat kalau Aidan anaknya
Ma Em
Hendra harus hati2 karena Maya yg diusir sekarang dendam pada Arsyi dan Hendra , semoga kejahatan Maya segera diketahui oleh Hendra , tuan Erlan sdh tau si Jery jahat karena sdh menghancurkan hdp seseorang sekarang anaknya mati malah salahkan orang lain siapa yg berbuat kejahatan pasti dia akan menerima akibatnya begitu juga Jery sekarang dia sdh dapat hukumannya .
Nie
ternyata Maya belum kapok juga,Rendra berhati2lah msh ada pengkhianat di sekitarmu
Yuliana Tunru
ya ampun makin byk musuh arsyi jg rendra smoga raisa pun msh bisa disembunyikan coba z bisa ooerasi wajah raisa agar lbh aman
Nureliya Yajid
lanjut thor
Tiara Bella
Maya cari mati dia.....lama² jg bakalan keendus sm Rendra ...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!