NovelToon NovelToon
Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Mahligai Cinta (Cinta Setelah Menikah)

Status: sedang berlangsung
Genre:CEO / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Cinta Paksa / Romansa / Pernikahan rahasia
Popularitas:3k
Nilai: 5
Nama Author: bucin fi sabilillah

Hanum Salsabila, seorang dosen cantik harus menerima kenyataan jika ia harus dijodohkan dengan seorang CEO. Ia hanya bisa pasrah dengan ketegasan Halim sang ayah yang membuatnya tidak berdaya.
Ravindra Aditama, CEO yang begitu membenci perjodohan. Ia bersumpah akan mengerjai Hanum sampai ia puas dan pergi meninggalkan negeri ini setelahnya.
Kisah cinta mereka baru saja dimulai, namun Tama harus menerima kenyataan jika Hanum lebih memilih untuk berpisah darinya.
Akankah mereka bisa mempertahankan rumah tangga atau memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bucin fi sabilillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Perjanjian?

"Saya CEO di sini, Bu. Mana berkasnya?" ucap Tama dengan malas.

Ia baru tau jika Hanum akan mengantarkan berkas, tak lama setelah ia menelpon gadis cantik itu.

Hanum segera memberikan berkas-berkas yang ia bawa dan menghela napas, ia juga tidak tau jika mahasiswanya ternyata seorang CEO.

Pantas saja dia arogan seperti itu!. Batinnya.

Tama meminta Hanum untuk duduk dan menunggu sebentar. Ia harus memeriksa dokumen itu dan menggabungkannya ke dalam satu map, karena itu adalah berkas kerja sama yang sangat penting.

Hanum mengeluarkan tablet agar dia bisa memeriksa tugas-tugas yang dikirim oleh mahasiswanya. Ia sangat bosan jika harus menunggu lama tanpa dilibatkan.

Saking fokusnya memeriksa tugas-tugas itu, bahkan Hanum tidak menyadari keberadaan Tama yang sudah duduk di dekatnya dengan jarak yang cukup dekat.

"Astaga! Kenapa Anda dekat-dekat seperti ini?" sentak Hanum terkejut.

"Ibu terlalu fokus, padahal saya sudah memanggil ibu sedari tadi," ucap Tama menggeleng dan melipat tangannya di dada.

Hanum hanya terdiam dan menyimpan tabletnya. "Apa sudah selesai?" tanya dosen cantik itu.

"Sudah. Karena ibu ada di sini, apa kita bisa berbicara sekarang?" tanya Tama.

"Ya, silahkan!" ucap Hanum sambil melihat jam tangannya.

"Jadi begini, Bu. Kita sudah sangat tidak mungkin untuk membatalkan pernikahan ini. Tapi, saya ingin mengajukan beberapa perjanjian pernikahan, bagaimana?" tanya Tama.

Hanum terkejut, ia tidak menyangka jika laki-laki ini akan mengatakan hal itu. "Perjanjian seperti apa? Jangan mentang-mentang kita dijodohkan Anda bisa bertindak sembarangan!" ucapnya tidak suka.

"Bu, kita itu tidak kenal. Saya punya kehidupan, ibu juga punya kehidupan. Jika kita menikah, kehidupan saya pasti akan terganggu. Saya hanya ingin semuanya tetap berjalan seperti biasa, seolah kita tidak menikah," ucap Tama santai.

Hanum menggeleng pelan. Walaupun dijodohkan, tapi jika ada perjanjian di antara mereka, ia sangat tidak setuju.

"Ayolah, Bu. Tidak mungkin kita langsung mencintai dalam satu bulan, bahkan satu tahun pun belum pasti," ucap Tama.

"Anda tau apa itu pernikahan? Saya tidak berani bermain dalam hubungan sakral ini! Jika anda ingin mengadakan perjanjian pernikahan, terserah. Tapi saya tidak ingin mengambil resiko setelahnya!" ucap Hanum tegas.

"Ibu berbicara seolah paham tentang pernikahan. Begini saja, saya mengajukan satu kesepakatan," ucap Tama menatap Hanum dengan lekat.

Wanita cantik itu mulai bisa menilai bagaimana pribadi Tama. "Kesepakatan apa?" tukasnya.

"Setelah menikah, kita tetap seperti biasa, tidur terpisah, lakukan kegiatan masing-masing, dan tidak boleh ikut campur satu sama lain. Kalau di depan keluarga, kita harus mesra seperti pasangan suami istri. Gimana?" ucap Tama.

"Anda atur saja. Saya malas berdebat. Hanya satu pesan saya, jangan menyesal dengan kesepakatan yang anda buat. Jika ketahuan, pasti orang tua kita akan marah, Anda harus siap dengan itu!" ucap Hanum tegas.

Tama terdiam mendengar ucapan calon istrinya itu. Ia sadar betul, jika ini sangat beresiko, namun tidak ada pilihan lain karena dia belum bisa menerima Hanum dalam hidupnya.

"Orang tua kita sudah menyiapkan rumah untuk kita tinggali setelah menikah. Aturlah sesuka hati di mana saudara akan tidur," ucap Hanum berdiri.

"Mau ke mana?" tanya Tama mengernyit.

"Saya rasa pembahasan kita sudah selesai. Saya harus pulang. Urus semuanya dengan baik, termasuk skenario yang akan saudara jalankan nanti," ucap Hanum mulai tercekat. "Permisi!" sambungnya.

Ia segera keluar dari ruangan itu tanpa menghiraukan panggilan dari Tama. Entah mengapa hatinya terasa sakit, ketika Tama mengajukan sebuah kesepakatan.

Walaupun tidak ada cinta, namun ada status yang harus ia sandang setelah ini. Penolakan Tama, seolah membuatnya merasa tidak diinginkan dan tidak pantas untuk mendampingi pria tampan itu.

Hanum segera menaiki mobil dan meninggalkan perusahaan. Dering ponsel membuatnya tersentak, entah siapa yang memanggil, ia langsung mengangkatnya.

"Sayang, ini Mommy. Apa kamu sibuk?" ucap Alifiya.

"Tidak, tante. Hanya saja aku akan pergi ke suatu tempat," ucap Hanum.

"Jangan panggil tante dong, 'kan sebentar lagi kamu akan menjadi anak Mommy," ucap Alifiya terdengar sedih.

"Maaf, Mommy. Aku hanya belum terbiasa," ucap Hanum merasa tidak enak.

"Harus dibiasakan ya. Oh iya, Sayang, nanti sore kita fitting baju ya, Tama tidak bisa sekarang," ucap Alifiya.

"Fitting baju? Apa aku bisa duluan saja, Mom? Soalnya aku akan lama nanti," ucap Hanum.

"Ah, okey Sayang. Mommy tunggu di butik ya!" ucap Alifiya begitu senang dan mematikan panggilan itu.

Hanum hanya bisa menghela nafas berkali-kali. Mobil berputar arah dan menuju ke butik yang dimaksud oleh calon mertuanya. Ia sengaja meminta seperti itu, agar tidak bertemu lagi dengan Tama.

Setelah selesai melakukan fitting baju, Hanum segera berpamitan untuk beristirahat ke apartemennya yang berada tak jauh dari sana dan meminta Pak Rijal untuk pulang setelah membelikannya beberapa persediaan makanan.

Ia berjalan dengan langkah gontai, merasa tidak sanggup lagi untuk menahan beban yang terasa sangat berat.

Ketika menutup pintu, air matanya tidak lagi bisa ia tahan. Sungguh ini terasa sangat perih. Dijodohkan dan kehadirannya ditolak secara terang-terangan membuat bebannya terasa semakin bertambah.

"Ini terlalu sakit, Tuhan! Kenapa tiba-tiba saja seperti ini?" ucap Hanum terisak.

Tubuhnya luruh ke lantai, bersimpuh sambil memukul dada yang terasa penuh dan sesak. Hampir 30 menit ia duduk di sana meratapi nasib yang akan seperti apa kedepannya.

Tuhan, jika ini memang takdir hidupku. Jangan tinggalkan aku sendiri, sungguh hanya engkau yang bisa membantuku untuk menjalani semua ini!. Batin Hanum.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!