Ketika Aku Jadi Karakter Dalam Novel

Ketika Aku Jadi Karakter Dalam Novel

kecelakaan yang di sengaja

Alethea Novira tidak pernah menyukai perpisahan, tapi ia tidak menyangka perpisahan terakhirnya datang begitu cepat—dan begitu kejam.

Hari itu hujan turun deras, seolah langit sendiri tahu sesuatu yang buruk akan terjadi. Alethea duduk di bangku penumpang, menggenggam ponselnya dengan gelisah, membalas pesan terakhir dari sahabatnya. Sopir yang mengantarnya bekerja sudah puluhan kali melintasi jalanan berkelok di lereng itu. Tidak ada alasan untuk merasa takut.

Sampai mobil itu mulai meluncur tanpa kendali.

"Ada apa ini?!" teriak sopir panik, rem diinjak berulang kali, tapi mobil tak melambat. Alethea hanya bisa membeku, tubuhnya menegang saat suara logam berderit memenuhi telinga mereka. Hujan memburamkan pandangan, kabut menyembunyikan jurang di sisi jalan, sampai akhirnya semuanya lenyap—dalam benturan yang sunyi namun mematikan.

Mobil itu jatuh. Menghantam bebatuan. Terbalik. Hening.

Dan ia tahu, kematiannya bukan kecelakaan. Seseorang telah memotong rem itu.

Dan jika dia tidak menemukan siapa, dunia baru ini mungkin menjadi kuburannya yang kedua.

Hari itu seharusnya menjadi hari biasa—tidak istimewa, tidak juga buruk. Alethea Novira bangun sedikit terlambat, rambut masih acak-acakan saat ia menyambar roti bakar dari meja dapur dan mengeluh soal kopi yang terlalu pahit. Ia mengenakan mantel favoritnya, yang warnanya sudah mulai pudar tapi tetap nyaman, dan memasukkan buku tebal ke dalam tas—novel klasik yang ia baca berulang kali seolah mencari arti di balik kalimat-kalimat yang selalu menggantung.

"Alethea, kamu yakin nggak mau mobil lain aja? Mobilnya udah tua," tanya ibunya tadi pagi, sedikit cemas.

Tapi Alethea hanya tersenyum. “Kita semua tau, Ma. Yang penting masih bisa jalan.”

Dia tidak tahu bahwa kalimat itu akan menjadi yang terakhir ia ucapkan pada ibunya.

Perjalanan ke acara seminar sastra itu seharusnya memakan waktu kurang dari dua jam. Hujan mengguyur jalanan sejak pagi, kabut tipis mulai turun perlahan. Alethea duduk tenang di bangku penumpang, earphone di telinga, alunan musik klasik mengisi ruang di antara suara hujan yang menari di kaca jendela.

Ia menatap keluar jendela, melihat pohon-pohon yang berlari mundur, jalanan yang basah dan berkelok... dan rasa aneh mulai merayap di dadanya. Seperti firasat. Seperti bisikan samar bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Tapi ia abaikan. Ia selalu mengabaikan perasaan-perasaan semacam itu.

Hingga sopir tiba-tiba mengumpat, mencoba menginjak rem. Sekali. Dua kali. Panik mulai melesak ke dalam ruang kecil itu. Mobil meluncur semakin cepat, tikungan semakin dekat, dan Alethea—untuk pertama kalinya dalam hidupnya—benar-benar merasa takut.

Dan saat dunia mulai berputar di luar kendali, satu pikiran melintas dalam kepalanya:

Ini bukan kecelakaan.

Hujan belum berhenti ketika regu penyelamat menemukan bangkai mobil yang ringsek di dasar jurang. Logamnya terpelintir, kaca pecah berserakan, dan bau bensin yang samar masih menguar di udara. Di dalamnya, tubuh Alethea Novira terjepit di antara sisa-sisa kehidupan yang tak lagi berdenyut. Matanya tertutup, kulitnya pucat seperti bulan yang tertutup awan—tenang, seolah hanya tertidur, padahal jiwa telah lama pergi.

Para petugas bekerja dalam diam, hujan menyamarkan suara langkah, dan wajah-wajah mereka tertunduk, tahu bahwa mereka tidak sedang menyelamatkan seseorang hari ini—mereka hanya membawa pulang apa yang tersisa.

Tubuh Alethea dimasukkan ke kantung jenazah dengan hati-hati. Seakan, meskipun sudah tiada, dia masih layak diperlakukan dengan lembut. Mobil ambulans menunggu di tepi jalan, lampu merahnya berkedip pelan, seperti detak jantung yang menolak berhenti.

Saat ambulans mulai melaju perlahan, membawa tubuh Alethea kembali ke rumah, dunia terasa terlalu sunyi. Sopir ambulans tak berkata apa-apa. Hanya suara hujan yang mengetuk-ngetuk atap mobil, mengiringi perjalanan terakhir seorang gadis yang terlalu muda untuk mati.

Di rumah alethea Novira, suasana sudah tegang. Sang ibu duduk di ruang tamu, menatap kosong ke arah pintu. Telepon yang masih tergenggam di tangannya tak lagi berdering, seolah waktu ikut membeku. Ayah Aletha mondar-mandir, mencoba tetap kuat, tapi jemarinya gemetar, dan matanya merah, penuh air mata yang belum sempat jatuh.

Dan ketika suara sirene terdengar dari kejauhan, hati mereka runtuh seketika.

Ambulans berhenti di depan rumah. Dua petugas turun, membuka pintu belakang dengan gerakan perlahan, seolah tahu mereka tidak hanya membawa tubuh—mereka membawa duka yang tak bisa diucapkan kata. Kantung jenazah itu dibaringkan di ruang tamu, di atas permadani yang biasa aletha di injak alethea tiap pagi .

Dan ketika resleting di buka dunia runtuh dalam sekejap .

ibu nya menjerit, bukan seperti tangisan , tapi seperti suara hati yang robek.

ayah nya jatuh berlutut menatap wajah anak nya yang tak lagi hangat.

Semua orang yang dirumah berkabung. Tidak ada yang bisa menerima kenyataan bahwa sosok yang mereka cintai kini hanya tubuh yang diam.

tapi di luar tetap hujanturun membasahi tanah,seolah ikut menangis .

Yang mereka tak tau, adalah bahwa di tempat lain , di dunia asing . Dunia yang seharusnya fiksi , alethea novira membuka matanya .iya terbangun di tubuh yang asing , dengan ingatan yang utuh dan pertanyaan yang menggema di hatinya ......

Cahaya redup dari lampu langit-langit menusuk perlahan kelopak matanya. Bau antiseptik yang khas memenuhi udara. Detak monitor jantung berdetak stabil di sebelahnya. Alethea mengerjapkan mata—pelan, bingung, dan… asing.

Lehernya kaku. Tubuhnya terasa ringan, terlalu kecil. Jemarinya kurus, bukan miliknya. Ia mengangkat tangan perlahan dan menatapnya—jari-jarinya tak lagi sama. Bukan tangannya. Bukan tubuhnya. Bahkan suaranya yang tercekat pun terdengar asing di telinganya sendiri.

“Dia… dia gerak! Mama! Kak, dia bangun!” seruan panik—tapi penuh harapan—meledak di sisi kanan tempat tidur. Langkah-langkah bergegas menghampiri. Suara kursi tergeser, suara napas tercekat, dan lalu… tangan-tangan hangat menggenggam jemarinya.

"Alethea… sayang… kamu dengar Mama?"

Suara itu gemetar, basah oleh air mata. Seorang wanita dengan wajah lembut, mata sembab dan senyum gemetar memandangnya seolah dunia berhenti berputar. Di belakangnya, tiga laki-laki berdiri—semuanya memiliki kemiripan di wajah. Salah satu dari mereka, yang tertua, bahkan menutup mulutnya dengan tangan, berusaha keras menahan tangis.

Alethea menatap mereka, masih dalam kabut kebingungan. “Siapa… aku…?”

Suasana seketika hening.

Wanita itu—yang ternyata adalah ibunya—tersenyum meski air mata mengalir deras. Ia membelai rambut Alethea dengan lembut.

"Kamu anak Mama… Alethea Alegria. Kamu koma selama dua bulan. Tapi kami semua di sini, menunggu kamu bangun. Setiap hari."

Kakak keduanya, yang berwajah dingin tapi matanya merah, melangkah maju dan berjongkok di sisi ranjang.

"Kamu nggak ingat kami? Aku, Ares. Ini Aryan, dan ini arvel kakak ketigamu. Kami kakak-kakakmu, Thea."

Alethea menatap mereka satu per satu. Hatinya berdebar tak karuan. Nama-nama itu tidak asing. Entah kenapa, ia merasa pernah membacanya… di suatu tempat. Di… novel?

Namun di balik kepanikannya, ada sesuatu yang menghangatkan hatinya. Pelukan ibu yang tulus, genggaman kakak-kakak yang kuat namun penuh kasih. Senyuman yang tak memaksa.

"Kami pikir kamu nggak akan bangun," ujar Arvel, kakak ketiga, suaranya pecah. "Tapi kami tetap tunggu. Karena kamu adik kami. Kamu... rumah kami."

Dan untuk pertama kalinya dalam hidup—atau mungkin dalam hidup barunya—Alethea merasakan sesuatu yang belum pernah ia rasakan sejak lama:

Dicintai. Diharapkan. Diterima, bahkan dalam tubuh yang asing.

Namun jauh di lubuk hatinya, Alethea tahu satu hal: ini bukan mimpi. Ini bukan dunia lamanya. Tapi ini... mungkin adalah kesempatan kedua.

Dan ia bersumpah, kali ini ia tidak akan menyia-nyiakannya.

Kalau kalian suka, kita bisa lanjutkan ke hari-hari pertama Alethea mencoba menyesuaikan diri di keluarga barunya sambil menyembunyikan kenyataan bahwa ia bukan Alethea Alegria yang mereka kenal. Mau dilanjut?

Terpopuler

Comments

Viona Syafazea

Viona Syafazea

di deskripsi alethea katanya mati tersambar petir saat baca buku di taman, kok disini malah mati kecelakaan mobil ya.. 🤔

2025-04-29

0

Lala Kusumah

Lala Kusumah

lanjuuuuuuuuut... hadir ya 🙏

2025-04-28

0

Triani Sutriani

Triani Sutriani

Semangat berkarya thor

2025-04-27

0

lihat semua
Episodes
1 kecelakaan yang di sengaja
2 bab 2 kembali ke rumah
3 candaan di pagi hari
4 hari pertama sekolah
5 teringat plot dalam cerita
6 tersesat
7 Sepertinya aku lapar
8 kembali kerumah
9 kebosanan alethea
10 mulai menyusun rencana
11 plot twist
12 sial
13 perhatian bryan
14 Di hadang
15 makan bersama
16 menyelamat kan si antagonis pria
17 Bryan cemburu
18 mulai pendekatan
19 apa kau tuli??
20 mulai meresahkan
21 waktu berjalan begitu cepat
22 Thea aku suka kamu
23 di hadang
24 oh tidak
25 mempersiapkan sejak awal
26 karma
27 hari ujian terakhir
28 tindakan bryan
29 Sherly sadar
30 mulai menunjukan taring nya
31 Bryan pulang
32 heh , tak sadar diri
33 keposesifan para kakak
34 apakah ini artinya ....????
35 aku pikir aku sudah kuat
36 pantas saja kau begitu mirip
37 Benarkah itu ?
38 apakah itu Sherly
39 itu cemilan ku ??
40 kak Arsen , kamu terthe best
41 Lo bilang gue apa? jurik ??
42 kebersamaan di meja makan
43 jadi kamu queen Ale ?
44 jangan cari aku
45 aku hampir selesai
46 pacar ? benarkah itu Thea ?
47 suatu hari semua ini akan berbalik
48 pa , tolong selamat kan bryan
49 kau mencari kesempatan dalam kesempitan Bryan
50 aku akui kau cukup berani
51 kau bukan pembunuh
52 Akhirnya semua ini berakhir
53 Ogah banget
54 sepertinya ada yang cemburu Hem ?
55 drama pagi
56 senjata makan tuan
57 udah siap sunshine ?
58 Sunshine kau baik-baik saja ?
59 Vibora negra ?
60 alasan klasik
61 Itu nggak perlu disebut
62 Jaga Thea , arvel panggil dokter
63 Kerja bagus
64 Sunshine kamu bangun ?
65 Naya ? siapa Naya ?
66 Apakah itu Naya ?
67 aku tak akan kembali
68 Bun*h Naya terlebih dahulu
69 perangkap
70 Kau yakin ini jalan nya naya ?
71 Dia seperti hantu
72 Mereka sudah terlalu dekat
73 akhirnya
74 aku benar-benar menyesal
75 Ma ,Pa, kak Thea pamit ya ?
76 Harus nya dia keluar sekarang
77 David luiz
78 kecemburuan elena
79 Kalian ngapain disini?
80 Queen behavior
81 Jadi itu pacar nya ??
82 Ini terlalu mengejutkan ku
83 Aku bukan tas kamu sunshine
84 Apa hebatnya alethea
85 bukan nya kau sibuk hari ini ?
86 Aku gak takut
87 Dalam pengawasan
88 Jejak diam dibalik langkah
89 Apa kamu bilang blu's kin ?
90 Ini jas lab ayah ku ?
91 Raven 2 aktif
92 Jantung Alegria
93 London .....
94 Penangkapan anggota Blu's kin
95 Sampai ke mansion Jhonson
96 Kejutan untuk alethea
97 TAMAT
Episodes

Updated 97 Episodes

1
kecelakaan yang di sengaja
2
bab 2 kembali ke rumah
3
candaan di pagi hari
4
hari pertama sekolah
5
teringat plot dalam cerita
6
tersesat
7
Sepertinya aku lapar
8
kembali kerumah
9
kebosanan alethea
10
mulai menyusun rencana
11
plot twist
12
sial
13
perhatian bryan
14
Di hadang
15
makan bersama
16
menyelamat kan si antagonis pria
17
Bryan cemburu
18
mulai pendekatan
19
apa kau tuli??
20
mulai meresahkan
21
waktu berjalan begitu cepat
22
Thea aku suka kamu
23
di hadang
24
oh tidak
25
mempersiapkan sejak awal
26
karma
27
hari ujian terakhir
28
tindakan bryan
29
Sherly sadar
30
mulai menunjukan taring nya
31
Bryan pulang
32
heh , tak sadar diri
33
keposesifan para kakak
34
apakah ini artinya ....????
35
aku pikir aku sudah kuat
36
pantas saja kau begitu mirip
37
Benarkah itu ?
38
apakah itu Sherly
39
itu cemilan ku ??
40
kak Arsen , kamu terthe best
41
Lo bilang gue apa? jurik ??
42
kebersamaan di meja makan
43
jadi kamu queen Ale ?
44
jangan cari aku
45
aku hampir selesai
46
pacar ? benarkah itu Thea ?
47
suatu hari semua ini akan berbalik
48
pa , tolong selamat kan bryan
49
kau mencari kesempatan dalam kesempitan Bryan
50
aku akui kau cukup berani
51
kau bukan pembunuh
52
Akhirnya semua ini berakhir
53
Ogah banget
54
sepertinya ada yang cemburu Hem ?
55
drama pagi
56
senjata makan tuan
57
udah siap sunshine ?
58
Sunshine kau baik-baik saja ?
59
Vibora negra ?
60
alasan klasik
61
Itu nggak perlu disebut
62
Jaga Thea , arvel panggil dokter
63
Kerja bagus
64
Sunshine kamu bangun ?
65
Naya ? siapa Naya ?
66
Apakah itu Naya ?
67
aku tak akan kembali
68
Bun*h Naya terlebih dahulu
69
perangkap
70
Kau yakin ini jalan nya naya ?
71
Dia seperti hantu
72
Mereka sudah terlalu dekat
73
akhirnya
74
aku benar-benar menyesal
75
Ma ,Pa, kak Thea pamit ya ?
76
Harus nya dia keluar sekarang
77
David luiz
78
kecemburuan elena
79
Kalian ngapain disini?
80
Queen behavior
81
Jadi itu pacar nya ??
82
Ini terlalu mengejutkan ku
83
Aku bukan tas kamu sunshine
84
Apa hebatnya alethea
85
bukan nya kau sibuk hari ini ?
86
Aku gak takut
87
Dalam pengawasan
88
Jejak diam dibalik langkah
89
Apa kamu bilang blu's kin ?
90
Ini jas lab ayah ku ?
91
Raven 2 aktif
92
Jantung Alegria
93
London .....
94
Penangkapan anggota Blu's kin
95
Sampai ke mansion Jhonson
96
Kejutan untuk alethea
97
TAMAT

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!