Laras Sagita, gadis kampung yang polos, lucu, dan blak-blakan, merantau ke kota untuk mengubah nasib. Di hari pertamanya melamar kerja sebagai sekretaris, ia tanpa sengaja menabrak mobil mewah milik seorang pria tampan yang ternyata adalah calon bosnya sendiri, Revan Dirgantara, CEO muda yang perfeksionis, dingin, dan sangat anti pada hal-hal "tidak teratur"—alias semua yang ada pada diri Laras.
Tak disangka, Revan justru menerima Laras bekerja—entah karena penasaran, gemas, atau stres akibat energi gadis itu. Seiring waktu, kekacauan demi kekacauan yang dibawa Laras membuat hari-hari Revan jungkir balik, dari kisah klien penting yang batal karena ulah Laras, hingga makan siang kantor yang berubah jadi ajang arisan gosip.
Namun di balik tawa, perlahan ada ketertarikan yang tumbuh. Laras yang sederhana dan jujur mulai membuka sisi lembut Revan yang selama ini terkunci rapat karena masa lalu kelamnya. Tapi tentu saja, cinta mereka tak mudah—dari mantan yang posesif,
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 2 Hasil
"Pak kok melamun, jadi apa jawabannya, di terima enggak ni, saya mau pulang" tanya Laras
"Nanti di hubungi" jawab Revan
"Sekarang saja pak apa bedanya nanti sama sekarang, apa lagi bapak bosnya jadi tidak perlu pendapat orang lain bukan, jadi ayo jawab sekarang saja" ujar Laras tidak sabar.
"Saya masih punya dua kandidat lagi jadi nanti di hubungi lagi" jawab Revan datar
"Oh gitu baiklah pak, tapi saya yakin hanya saya yang cocok jadi sekretaris bapak yang cekatan dan juga penuh semangat" ujar Laras dengan senyum yang tidak pernah luntur.
Setelah itu Laras pamit dan pergi dari perusahaan menuju kosanya.
Sedangkan Revan hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat tingkah Laras yang tidak ada duanya.
--
Di posisi Laras saat ini, ia baru saja sampai dirumah kosanya, saat baru masuk rumah terdengar suara dering telepon masuk.
Laras: "Halo... Assalamualaikum dengan Laras Sagita disini"📱
penelpon: " Halo selamat siang kami dari PT Revana Global Internusa Ingin memberi tau jika anda nona Laras Sagita mulai besok sudah bisa bekerja di perusahaan kami dengn posisi sebagai sekretaris. Di mohon kedatangan nya besok untuk mulai bekerja besok" 📱
Laras:" Beneran ini saya di terima, terima kasih saya Besok pasti datang, tapi kenapa gak dari tadi coba. Padahal saya tadi sudah bilang dengan pak Revan langsung saja tapi ya sudahlah, terima kasih Bu"
Penelpon: "Baiklah jika begitu, terima kasih di tunggu kedatangannya besok.📱
Sambungan telpon pun terputus,
"Alhamdulillah akhirnya kerja kantor juga, semangat Laras." ujar Laras menyemangati dirinya sendiri.
Keesokan harinya
Matahari baru terbit, tapi Laras sudah duduk manis di halte bus dengan sepatu hak tinggi yang baru dia beli semalam. Harganya diskon, tapi ternyata... kaku banget.
“Demi terlihat profesional, aku rela betisku tremor,” desahnya sambil menahan keseimbangan.
Setibanya di gedung kantor, Laras menatap bangunan tinggi itu seperti melihat gunung es di Titanic.
“Oke. Naik lift, kerja, pulang. Gampang.”
Tapi begitu masuk lift, dia panik.
“Loh, kok nggak turun-turun?”
Dia pencet tombol berkali-kali.
Ada suara dari belakang, “Itu karena kamu belum tekan tombol lantainya.”
Laras menoleh cepat.
Dug!
Dia nyaris mental saking kaget—Revan berdiri di belakangnya, ekspresi seperti biasa, flat dan penuh penilaian.
“Aduh, Pak Bos! Maaf! Saya kira ini lift otomatis, kayak di drama Korea.”
Revan mendesah.
“Lift aja bisa jalan. Masa otaknya enggak?” ujar Revan
“Wah, itu tadi sindiran ya, Pak? Saya catat, lho.”tanya Laras dengan menyipitkan matanya
Revan tidak menjawab. Tapi mulut Laras terus berbicara.
“Bapak tau nggak? Sepatu saya ini siksaan. Kaki saya kayak dijepit setrikaan mini. Tapi demi terlihat kece, saya tahan.” jelas Laras tanpa di tanya
Revan melirik.“Saya tidak peduli.”
“Bilang aja peduli tapi gengsi,” sahut Laras sambil nyengir.
Revan mendengus pelan.
“Saya mulai meragukan keputusan saya kemarin.”
Laras nyengir.
“Mungkin karena saya membawa energi baru, Pak.” jawab Laras
“Yang saya takutkan, kamu bawa kiamat kecil.” ujar Revan
Begitu pintu lift terbuka, Revan lalu keluar entah kemana tanpa menunggu Laras
Laras sangat kagum. Saat melihat Lantai 20 sangat berbeda—lebih sunyi, lebih mewah, dan... mencekam.
Seorang pria gagah dan elegan serta ramah, ia adalah Arga asisten pribadi Revan.
“Kamu Laras, ya? Ayo, aku antar ke mejamu.” ujar Arga ramah.
Meja Laras terletak tepat di depan ruangan Revan, bersebelahan dengan meja Arga.
“Kamu akan jadi orang pertama yang dilihat siapa pun sebelum ketemu Pak Revan. Jadi... jangan melamun di meja ya,” bisik Arga sambil tertawa kecil.
“Baik, pak. Saya cuma melamun kalau stres berat, kok.” jawab Laras
Tugas Pertama
Laras disuruh mengetik laporan jadwal Revan. Tapi—
dia salah kirim.
Yang seharusnya dikirim ke HRD, malah dia broadcast ke seluruh grup kantor dengan caption:
“Bos kita padat banget jadwalnya. Nggak ada waktu pacaran, kayaknya.”
Seketika, grup kantor meledak dengan emoji ketawa.
Satu orang kirim:
“Kak Laras, kamu berani juga.”
Lainnya:
“Wah, akhirnya ada hiburan di kantor ini.”
Revan yang saat itu di ruangannya hanya mengetik satu kata:
“RUANGAN SAYA. SEKARANG.”
Di Ruangan Revan
Laras masuk dengan langkah mantap dan muka setengah takut.
“Pak, maaf... Saya datang dengan niat damai, Saya pikir itu grup iseng. Tapi kalau Bapak mau klarifikasi status pacarannya, saya bantu juga bisa—”
Revan menatap tajam.
“Kamu tahu ini perusahaan besar, kan?”
“Tahu banget. Tapi kayaknya Tuhan tahu saya dikirim ke sini biar kantor ini nggak kaku-kaku amat.” jawab Laras cepat
Revan terdiam. Lalu mengembuskan napas panjang.
Revan menatapnya lama.
“Kamu tahu, kantor ini bukan panggung stand-up comedy.”
“Tapi kadang-kadang, Pak, tawa itu bisa menyelamatkan hari.” jawab Laras cepat
“Kamu pikir hari saya terselamatkan?” tanya Revan
“Hmm… belum. Tapi saya usahakan tiap jamnya.” jawab Laras
Revan memijat pelipis.
“Laras, kamu seperti... notifikasi grup WhatsApp. Ramai, tidak penting, tapi tidak bisa dihapus.”
Laras nyengir, duduk tanpa diundang.
“Tapi saya kan bikin semua orang senang, Pak. Termasuk HRD tuh, sampe ketawa katanya.”jawab Laras
“Kamu tahu gak... saya udah pernah pecat tiga sekretaris sebelumnya?”tanya Revan
“Tahu, Pak. Tapi saya nggak akan kena. Saya punya jurus...” jawab Laras
“Apa?” tanya Revan penasaran
“Doa ibu dan pesona kampung.” jawab Laras
“Kamu ini... bikin kepala saya migrain. Tapi entah kenapa... saya pengin tahu apa lagi yang akan kamu rusak besok.” ujar Revan kesal
Laras tersenyum lebar. “Berarti saya resmi Jadi sekretaris andalan, ya?”
Revan hanya memejamkan mata sebentar.
“Keluar sebelum saya ubah keputusan itu.” ujar Revan kesal
Laras dengan cepat keluar dari ruangan sambil menari kecil.
“Yes! Hari pertama sukses... walau nyaris dipecat!”
...----------------...
Menjelang pulang,
Revan mendapati Laras duduk sendirian di pantry, makan bekalnya: nasi goreng teri dan kerupuk udang.
“Kamu nggak pulang?” tanya Revan heran
“Ngirit, Pak. Makan malamnya disini aja biar hemat ongkos warteg.” jawab Laras sekenanya.
Revan menatapnya lama.
“Teri dan kerupuk?”
“Ini makanan para pejuang, Pak. Sederhana tapi mengenyangkan. Dan... nggak meledak kayak microwave tadi.” jawab Laras
Revan nyaris tertawa, tapi cepat-cepat menahan diri.
“Besok... jangan broadcast apapun ke grup.” perintah Revan
“Siap, Pak. Tapi kalau saya nemu meme lucu, boleh share ke Arga aja ya?” tanya Laras
“Laras…”Seru Revan pelan
“Iya, iya. Pulang sekarang. Tapi boleh saya bilang satu hal?” tanya Laras
“Cepat.” jawab Revan kesal
“Hari pertama saya... menyenangkan banget. Terima kasih sudah nggak langsung pecat saya.” jelas Laras dengan senyumnya
Revan menatapnya.
Dan untuk pertama kalinya...
...senyum tipis muncul di wajah sang bos galak itu.
Bersambung
🌹🌹🌹🌹🌹