Panglima perang Lei Guiying menyusun rencana menyusup menjadi pengantin wanita agar dapat melumpuhkan musuhnya. Namun siapa sangka aliansi pernikahan yang seharusnya menuju negara Menghua. Justru tertukar dan harus menikah di negara Dingxi sebagai Nona Muda pertama dari kediaman Menteri yang ada di negara Menghua.
Lei Guiying menikah menjadi selir pangeran kesembilan. Begitu banyak intrik dan sekema besar terus terikat. Membuat gadis itu harus terus bertahan menjadi seorang pengantin aliansi dari negara lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sri Wulandari, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Alasan yang sudah tidak bisa di gunakan
Lei Guiying masih tetap tidak bergeming. Tatapannya masih sedingin pedang yang ia bawa.
Deerarrr...
Langkah kuda terdengar kuat mendekati kediaman. Pangeran kesembilan Shui Long Yin langsung melompat dari atas kudanya. Dia berjalan mendekat menghadang tepat di depan istrinya. "Seorang gadis muda tidak baik memegang senjata," ujar tenang pria itu mengambil alih pedang dari tangan istrinya.
Ssrriiingg...
Pedang di lempar tepat pada sarung pedang yang masih ada di tangan pengawal kediaman. Pangeran kesembilan Shui Long Yin mengaitkan kedua tangannya di belakang punggungnya. Tatapannya langsung berubah semakin dingin. "Kamu yakin ingin masuk mengeledah kediaman ku?"
Ketua utama Mahkamah Agung langsung terdiam. Tindakannya sudah tidak bisa di lakukan lagi. "Kembali," teriaknya kuat. Dia bersama semua pasukan yang ia bawa berjalan pergi meninggalkan kediaman Pangeran kesembilan.
Pangeran kesembilan Shui Long Yin membalikkan tubuhnya. Dia menatap gadis cantik di depannya. "Kamu cukup berani," ujarnya dengan sindiran halus. Seringaian tipis juga terlihat jelas di wajahnya. Pria itu berjalan pergi meninggalkan istrinya yang masih ada di depan pintu masuk utama.
Lei Guiying melirik santai. Dia tidak pernah memperdulikan apa yang di lakukan atau di katakan suaminya. Gadis itu masuk bersama pelayannya. Dia kembali duduk di bangku panjang yang ada di taman depan kamarnya. Tubuhnya di sandarkan dengan kedua kaki di luruskan. Angin pagi menerpanya pelan membelai tubuhnya. Gaun yang ia kenakan bahkan menyentuh tanah.
"Selir Li," Bibi Sui memberikan hormatnya. Begitu juga dengan pelayan wanita yang baru saja datang dari jauh. "Dia akan menjadi pelayan pribadi anda."
Lei Guiying mengangkat tubuhnya agar dapat duduk lebih santai. "Dia?"
"Dia keponakan jauh saya. Baru saja datang untuk langsung memberikan salam." Bibi Sui sedikit menarik wanita yang ada di belakangnya agar bisa lebih mendekat.
"Selir Li," ujar pelayan wanita itu memberikan hormatnya.
Gadis itu tersenyum hangat, "Nama kamu siapa?"
"Orang-orang biasanya memanggilku Nona kelima. Karena saya anak kelima dari lima bersaudara," jelas pelayan wanita itu.
"Apa bisa saya memanggil mu dengan nama Zue er? Agar lebih mempermudah saat saya memanggilmu." Lei Guiying menunggu jawaban dari pihak lain.
"Zue er?" Pelayan wanita itu terlihat sangat senang. "Saya bersedia. Saya suka nama ini."
Lei Guiying juga ikut tersenyum.
"Selir Li, malam ini ada pesta perayaan di istana. Semua selir dari negara Menghua di minta ikut serta. Untuk memperkuat ikatan persaudaraan di antara kedua negara," ujar Bibi Sui. "Untuk kali ini anda tidak bisa menggunakan alasan sakit lagi." Pelayan wanita itu sedikit menekankan.
Gadis itu bangkit dari tempat duduknya. Dia berjalan menuju kearah pohon besar di ujung kanan taman. Kedua tangannya di kaitkan di belakang punggungnya. 'Kehidupan istri kediaman benar-benar sangat membosankan.' Gumamnya dalam hati. Angin menerpa dirinya lebih kuat. Membuat rambut yang tidak ikut terikat berkibar searah tiupan angin. "Pangeran kesembilan juga akan datang?" Menatap kearah salah satu ruangan yang masih tertutup rapat.
"Saya kurang tahu. Selir Li, saya akan menyiapkan gaun dan perhiasan yang sesuai untuk anda." Bibi Sui berjalan pergi menuju kamar Selir Li.
Pelayan Zue er membungkukkan tubuhnya tidak berani mengangkat wajahnya.
Lei Guiying merenggangkan tubuhnya. Sudah dua bulan dia harus berlatih secara diam-diam di malam hari. Tubuhnya sudah sangat kaku karena pelatih semakin sedikit di lakukan. "Zue er..." gadis itu menatap tenang.
"Selir Li, saya akan mendengarkan perintah anda." Wajahnya masih menatap kearah bawah.
Senyuman tipis terlintas di wajah Lei Guiying. "Zue er, lihat kearah kedua mataku."
Pelayan Zue er mencoba untuk mengangkat wajahnya perlahan. Dia hanya menatap beberapa detik saja kearah pancaran mata jernih di depannya. "Selir Li, apa saya melakukan kesalahanan?" Keringat membasahi kedua tangannya.
Lei Guiying berjalan lebih dekat. Dia menegakkan pundak pelayan Zue er. "Jangan membungkukkan tubuh mu terlalu kebawah. Berdiri tegap, tatap mata ku."
Pelayan Zue er melakukan seperti yang di katakan Selir Li.
"Zue er, jangan menganggap dirimu sangat rendah. Kamu dan aku tidak ada perbedaan. Hanya setatus yang membedakan. Tetaplah selalu berjalan tegap dan yakin dengan dirimu sendiri. Semua orang tidak bisa merendahkan dirimu dengan mudah. Jika kamu tidak melakukan kesalahanan jangan pernah mengakuinya. Dirimu ada dalam kendalimu. Orang lain tidak memiliki hak untuk itu." Lei Guiying menepuk pundak pelayan barunya dengan kekuatan yang sangat ringan.
Perkataan Selir Li membuat pandangan berbeda dari pelayan Zue er. Dia yang dulunya pernah menjadi pelayan di kediaman pejabat sebagai pelayan pribadi seorang Nona muda. Tidak penuh sekalipun mendapatkan perlakuan hangat atau perkataan yang pantas. "Selir Li, saya mengerti."
"Bukankah kamu baru sampai?" tanya Lei Guiying.
"Benar. Saya baru saja sampai."
"Kamu sudah makan?"
Pelayan Zue er terkejut mendengar pertanyaan selanjutnya. Dia menggelengkan kepalanya dengan senyuman malu. Perutnya sudah sangat lapar karena uang simpanannya telah habis di perjalanan. Setelah mendapatkan kabar dari Bibi Sui. Wanita itu langsung melakukan perjalanan tanpa henti. Dan dia telah menahan rasa laparnya selama empat hari terakhir dengan roti kering yang keras.
"Ikuti aku," Lei Guiying berjalan menuju kearah halaman belakang di ikuti pelayan Zue er. Gadis itu mengarah ke dapur. Saat dia masuk semua orang langsung menghentikan aktivitas mereka.
"Selir Li," ujar serentak semua pelayan laki-laki yang ada di ruangan dapur.
Lei Guiying menatap santai, "Tolong bawakan beberapa makanan kearah tempat istirahat yang ada di depan sana."
"Baik."
Gadis itu keluar dari dalam ruangan dapur setelah memberikan perintah. Dia duduk di tempat istirahat para pelayan yang berada di depan ruangan dapur. Pelayan Zue er masih diam tepat di belakangnya.
Dua pelayan laki-laki membawa empat lauk dengan satu mangkuk nasi yang masih panas. Mereka meletakkan semua lauk dan nasi keatas meja. "Selir Li, silakan." Dua pelayan itu berjalan kembali ke arah dapur.
"Zue er, apa kamu terbiasa makan dengan berdiri?" Gadis itu melirik kearah pelayan wanita di belakangnya.
"Tidak."
"Jika begitu cepatlah duduk. Jangan sampai nasi menjadi dingin," ujar Lei Guiying sembari merapikan gaun yang ia kenakan.
Pelayan Zue er menatap tidak enak. Dia masih merasa takut namun tetap memberanikan diri untuk duduk. Dia makan dengan perasaan yang masih gugup.
Lei Guiying tersenyum senang melihat wanita di depannya dapat menikmati makanan yang telah di siapkan.
Dari dalam ruangan dapur semua pelayan menatap dengan senyuman hangat mereka. Setiap orang yang ada di kediaman Pangeran kesembilan telah merasakan kebaikan hati Selir Li. Bahkan jam kerja mereka semakin di persingkat. Dan setiap orang memiliki waktu libur satu hari setiap satu minggu sekali. Uang bulanan juga menjadi lebih meningkat.