PENDEKAR Mabuk memiliki nama asli Suto Wijaya Kusuma dan dia adalah seorang pendekar pembela kebenaran dan menumpas kejahatan. Perjalanan nya dalam petualangannya itu banyak menghadapi tantangan dan rintangan yang sering kali membuat nyawa nya terancam. Namun pendekar gagah dan tampan itu selalu punya solusi dalam menghadapi permasalahan tersebut.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ikko Suwais, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PART 28
IA Pun berseru dengan penuh keberanian dan keyakinan akan mencapai kemenangan dalam pertarungan itu.
"Dengan orang lain kau boleh banggakan jurusmu tadi.Tapi di depanku, jurusmu hanya merupakan pukulan tanpa arti. Kau lihat saja, aku tak jatuh dan tak merasa sakit. Tak ada bagian tubuhku yang terbakar oleh pukulanmu tadi, Nanggala. Kau telah kalah satu langkah denganku!"
"Kita buktikan saja siapa yang tumbang dan mengaku kalah atau memilih mati!" ujar Nanggala sambil melangkah ke samping dan mulai mencabut pedangnya. Sraaang...! Jerami Ayu masih belum mau mencabut pedang, walau la pun menyelipkannya di pinggang kiri.
Nanggala tiba-tiba melesat dengan tubuh berputar cepat dalam keadaan tegak lurus. Weeerrss...! Jerami Ayu ingin diterjang dengan gerakan memutar sangat cepat Itu, hingga ke mana arah sabetan pedang Nanggala tak dapat dillhat oleh siapa pun.
Namun perempuan cantik berbibir mesum itu segera cabut pedangnya dan menebas di sekeliling tubuhnya dengan kecepatan tinggi. Gerakan pedang itu pun sulit dilihat oleh lawannya. Triing, trrang...!
Kedua pedang itu beradu dalam kecepatan tinggi hingga tak terlihat seperti apa jurus yang dipakai mereka. Yang bisa dilihat hanya percikan bunga apl pada saat pedang mereka saling beradu.
Wut, wut, wes...!
Wut, wut, wut, wut, wuung...!
Pertarungan jurus pedang sama-sama mempunyai kekuatan yang sukar dipatahkan dan pertahanan yang sukar ditembus. Pendekar Mabuk menggeram jengkel karena la tak bisa melihat jurus-jurus yang mereka pakai karena mereka selalu menggunakan gerakan cepat, sepertinya serabutan dan tidak mempunyai aturan gerak.
Cras...!
"Aauw..!" pekik Nanggala. Tiba-tiba Jeraml Ayu lakukan gerak tipuan yang membuat Nanggala terkecoh, akibatnya lengan kirinya tersabet pedang si Jerami Ayu. Lengan kiri itu koyak, darah mengalir deras dari luka memanjang nyaris sampai siku belakang itu. Jubah si Nanggala yang tanpa lengan membuat luka tersebut dapat dilihat dari temnpat Suto Sinting bersembunyi. Nanggala segera melompat satu kali dan mene-
baskan pedangnya ke kiri bagai Ingin memenggal leher Jerami Ayu. Tapi perempuan itu berhasil hindari pedang itu dengan menarik diri ke belakang, kemudian meliukkan tubuh dengan merunduk ketika pedang itu berkelebat kembali ke arah semula.
"Hiaaah... Nanggala memutar tubuh dan kakinya melayang cepat dalam tendangan putar.
Plakkk..! Tendangan kaki itu berhasil ditangkis Jerami Ayu. Tapi pedang Nanggala segera dihujamkan ke dada perempuan tersebut.
Suuutt...!
Jerami Ayu bergerak lincah hindari datangnya pedang dengan geser ke kiri, lalu kakinya menyentak dengan tendangan samping. Wuutt... Plakk! Nanggala menangkis dengan kibasan tangan. Tahu-tahu tubuh Nanggala melambung naik dan
bersalto hingga lewati atas kepala Jerami Ayu. Pedang pun berkelebat disabetkan dengan cepat, dan pada saat itulah Jerami Ayu terlambat menghindar.
Craas...!
"Aaahk...!" Jerami Ayu segera lompat ke depan dan berguling ke tanah satu kali. Wuus...! Jleeg...! Dalam sekejap la sudah berdiri tegang kembali. Jerami Ayu melirik ke pundak kirinya yang robek karena tebasan pedang Nanggala. Tapi agaknya luka itu tak terlalu parah. Jerami Ayu masih bisa menahan rasa sakit, bahkan masih bisa bergerak dengan kelincahan yang sama seperti tadi.
Wes, wes...!
Kali ini la tebaskan pedang untuk menakut-nakuti serangan Nanggala. Pemuda tampan itu hanya sunggingkan senyum sambil bergerak ke samping perlahan-lahan.
"Sudah kubilang, kau tak akan mampu tumbangkan diriku, Jerami Ayu! Sebaiknya lekaslah pergi sebelum nafsu membunuhku semakin besar!"
"Tak puas hatiku jika belum tundukkan dirimu dan menjadikan kau sebagai pelayan cintaku, Nanggala!"
"Carilah pemuda lain, Jerami! Aku tak akan bersedia melayani gairahmu!"
"Akan kubuat menjadi bersedia dengan pedangku ini! Hiaaat...!"
Wees... trang, trang, tring, trang...!
Pendekar Mabuk tarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya bagai membuang rasa kesal di hati. la pun menggerutu pelan di balik semak itu.
"Sialan! Rupanya mereka bertarung hanya untuk masalah cumbuan! Jerami Ayu tampaknya bernafsu sekali untuk tundukkan Nanggala supaya Nanggala mau melayani gairahnya. Ah, urusan seperti itu saja sampai harus cabut pedang adu tenaga dalam segala?! Uuh... dasar perempuan rakus! Sebaiknya kutinggalkan saja pertarungan ini! Aku tak mau kehilangan buronanku semakín jauh." Pendekar Mabuk pun segera pergi dari tempat itu. Namun beberapa langkah sebelum ia menjauh,
ia sempat mendengar suara Jerami Ayu berteriak
keras-keras.
"Jangan ikut campur urusanku! Aku tak punya
urusan denganmu!" Suto Sinting hentikan langkah, kerutkan dahi.
Namun tak kembali memandang ke pertarungan. Pendekar Mabuk hanya menyimak suara itu dengan
rasa curiga.
"Sepertinya ada yang datang?!" gumam hati Suto. Lalu, ia mendengar suara Jerami Ayu berseru dengan berang.
"Bukan! Dia bukan Pendekar Mabuk! Heii...!"
"Aahhk...I" suara Nanggala terdengar memekik pendek, kemudian lenyap. Jahanam kauuu...!l" maki Jerami Ayu.
"Ada yang tak beres! Aku harus kembali ke sana!" ujar Suto membatin, lalu ia pun berkelebat kembali ke tempat semula. Mengintai dari balik daun-daun ilalang.
"Hahh...?!" hati Suto memekik kaget, matanya membelalak tegang.
Jerami Ayu tergeletak bagai habis diterjang sesuatu yang membuatnya sekarat. Mulutnya mengeluarkan darah dengan wajah memar. Tapi pemuda tampan berjubah merah saga itu tidak kelihatan. Pendekar Mabuk mencari dengan pandangan matanya, lalu menemukan setumpuk abu dan arang hitam
yang masih kepulkan asap.
"Edan! Apa yang terjadi di sana?! Apakah abu yang masih mengepulkan asap itu adalah Nanggala?!"
Pendekar Mabuk berkelebat keluar dari balik semak ilalang. Ziaap...I Dalam sekejap ia sudah berada di dekat Jerami Ayu yang napasnya tersendat-sendat dengan darah mengalir dari lubang hidung juga itu.
"Ooh...?! Itu pedang si Nanggala?!" gumam hati Pendekar Mabuk dengan tegang.
"Agaknya pedang Itu terlepas dari tangan Nanggala saat terjadi sesuatu. Dan... dan tumpukan abu dan arang hitam Itu
sepertinya adalah tubuh Nanggala yang terbakar hangus?! Ooh... celaka! Pasti si bayangan aneh Itu lewat sini dan menyangka Nanggala adalah diriku?! Gila! Ke mana perginya orang Itu tadi?!" Pendekar Mabuk mulai memandang sekeliling
dengan hati berdebar-debar.
la tak melihat seseorang berlari di sekitar tempat Itu. Bahkan la sempat mencari di sekeliling tempat itu dengan gerakan cepat. Namun akhirnya la kembali ke tempat abu dan arang tersebut.
"Jerami Ayu harus kusembuhkan darl lukanya supaya bisa memberikan keterangan padaku!" gumam Suto dalam hatinya. Maka la pun segera menolong Jerami Ayu dengan meminumkan tuaknya perlahan-lahan.
☺🙏💪
mampir yaaa