NovelToon NovelToon
Rumah Iblis Bersemayam

Rumah Iblis Bersemayam

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Spiritual / Rumahhantu / Matabatin / Iblis
Popularitas:1.9k
Nilai: 5
Nama Author: Rijal Nisa

Sebuah rumah besar nan megah berdiri kokoh di tengah pedesaan yang jauh dari perkotaan. Rumah yang terlihat megah itu sebenarnya menyimpan banyak misteri. Rumah yang dikira biasa, nyatanya malah dihuni oleh ribuan makhluk halus.
Tidak ada yang tahu tentang misteri rumah megah itu, hingga satu keluarga pindah ke rumah tersebut. Lalu, mampukah mereka keluar dengan selamat dari rumah tempat Iblis bersemayam itu? Ikuti perjalanan mistis Bachtiar Purnomo bersama keluarganya!k

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rijal Nisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 4

"Kenapa lagi, Bu?" tanya ki Seto.

"Lihat, Pak! Lihat ini!"

"Darah..."

"Sebelumnya di rumah kita tidak pernah terjadi hal seperti ini, tapi kenapa hari ini semua seolah akan kembali menjadi mimpi buruk?"

"Bu, sudahlah. Jangan berpikir yang macam-macam lagi, aku yakin ini semua terjadi karena kamu ingin ikut campur dalam urusan keluarga mereka. Kita tinggalkan saja dapur dalam keadaan seperti ini, palingan nanti juga hilang sendiri. Ayo masuk ke kamar, kamu sebaiknya istirahat," suruh ki Seto, beliau membimbing istrinya masuk ke kamar. Namun pandangan ki Seto tetap tertuju ke arah jejak kaki dan tetesan darah itu, saat mereka pergi, perlahan-lahan darah itu menghilang dengan sendirinya.

Di kediamannya yang megah dan mewah, pak Bachtiar sedang mengecek beberapa tanaman di belakang rumahnya. Semua tumbuh subur, lelaki itu tersenyum senang.

Anggun datang dan menghampiri suaminya sambil membawa dua gelas sirup dingin dan satu toples cemilan.

"Tumbuh subur semua ya, Pa." Anggun meletakkan nampan itu di atas gazebo.

"Syukur banget ya, Ma. Semua tumbuh subur, sebentar lagi sudah bisa dipanen."

"Iya, Pa," jawab Anggun. Wanita itu berkeliling sambil mengawasi semua sayuran yang ada di kebun mereka. Tiba-tiba terdengar suara seseorang minta tolong, suara itu berasal balik pohon bambu di dekat sebuah gubuk kecil di sana.

"Tolong!"

"Tolong saya!"

Suaranya terdengar begitu menyeramkan, lirih bahkan membuat sekujur tubuh merinding. Anggun menoleh ke arah suaminya, Bachtiar terlihat tenang-tenang saja, mungkin hanya Anggun yang mendengar suara makhluk gaib itu.

"Pa, kamu dengar sesuatu, nggak?" tanya Anggun.

"Sesuatu seperti apa, Ma?"

"Suara orang minta tolong."

"Enggak tuh, salah dengar kali."

"Setan enggak sih, Pa? Tapi masa iya ada setan siang-siang gini," ucap Anggun. Dia sendiri tidak percaya sebenarnya akan hal-hal mistis seperti itu. Dia memang tidak percaya, tapi pak Bachtiar lebih tidak percaya lagi, itu sebabnya beliau tidak pernah menghiraukan saat Sisi mengatakan keluhannya terhadap rumah yang mereka tempati sekarang.

"Nah, itu kamu sendiri enggak yakin. Ma, ini udah jaman modern, setan juga sudah pada ngikut model, emang mereka kurang kerjaan apa ngusilin kamu siang bolong gini?"

"Ngikut model apaan, Pa? Emang mereka main film?" tanya Anggun. Jujur saja, pertanyaannya itu bukan ngelawak, dia sedang menahan rasa takutnya.

"Terserah kamu deh, Ma. Anggap aja itu setan lagi bosen, gak tahu mau ngapain. Jadinya mereka mau ngajak kamu ngobrol," gurau Bachtiar.

"Ikh, Papa malah bercanda, aku serius loh."

-----

-----

Bella sudah pulang dari sekolahnya, dia mencampakkan tas sekolahnya begitu saja ke atas sofa ruang tengah. Memutar pandangan ke sekeliling ruangan yang tampak sepi, Bella mulai bergidik ngeri sendiri.

"Rumah kalau sepi gini, walaupun siang tapi ngeri juga ya," ucap Bella sambil menggidikkan bahunya.

Dari arah menuju dapur tercium aroma masakan yang begitu enak, membuat cacing-cacing di perut Bella melompat-lompat kegirangan.

"Jadi laper, keknya mama masak enak ni. Ke dapur dulu ah." Bella berjalan menuju dapur.

Setibanya di dapur, Bella hanya bisa mematung melihat aktivitas mamanya. Saat itu Anggun sedang menggoreng ceker ayam.

"Ceker ayam? Sejak kapan mama suka ceker? Bukannya mama takut sama ceker ayam?" batin Bella mulai bertanya-tanya.

"Ma, itu ceker ya?" tanya Bella sekedar basa basi.

"Iya," jawab Anggun singkat.

"Tumben, biasanya Mama takut goreng begituan," lanjut Bella.

Dia memutar arah dan membuka kulkas, tangannya diulurkan untuk mengambil air mineral di dalam lemari pendingin itu.

"Hahaha... Papa kalau ngomong yang benar aja!" suara tawa dan obrolan sang mama terdengar dari luar. Bella baru sadar kalau ternyata pintu belakang rumahnya saat itu terbuka lebar, di belakang ada suara mamanya yang sudah pasti sedang mengobrol dengan papanya. Sekarang dia juga sedang bicara dengan mamanya, di dapur.

Bella menoleh perlahan-lahan ke belakang, ingin memastikan lagi kalau yang saat ini bersamanya memang sang mama.

Mengejutkan! Yang tadi dilihatnya adalah ceker ayam, kini berubah, wajan itu penuh dengan jari-jari tangan dan darah.

Perut Bella serasa diaduk-aduk dari dalam, dia gemetar di tempatnya.

"Kau juga akan mati Bella! Aaaaa---" makhluk itu menjerit tepat di depan wajahnya.

"Tidakkkk!!!"

Bella histeris, dan ternyata...

"Bella! Bell, bangun, Bell!"

"Kak Sisi!"

"Ish, kamu ngapain sih jerat jerit gitu? Budek tahu dengarnya!" kesal Sisi.

"Aku mimpi buruk, Kak."

"Tuh, lihat jam! Tidur dari siang sampe sore begini, ya jelas lah kamu mimpi buruk." Sisi memelototi Bella sambil berkacak pinggang.

"Kak, bisa nggak sih enggak usah judes-judes gitu sama adik sendiri?"

"Banyak omong kamu, udah sana ganti baju! Jangan lupa mandi, udah sore," ucap Sisi mengingatkan. Gadis itu kembali menuju dapur, dia ingin membantu mamanya membuat makanan untuk makan malam.

"Kak, kenapa enggak ngebangunin aku tadi siang, kan aku laper."

"Huh, dari tadi aku dan mama bolak balik bangunin kamu, kamunya aja yang tidur kayak kebo," cicit Sisi.

Rasanya saat ini Bella tidak punya tenaga sama sekali untuk melangkah, mimpi tadi benar-benar terasa nyata.

"Menurut aku itu nyata, aku tidak mungkin mimpi. Aku jelas-jelas ngedengar suara mama dan papa di luar, terus makhluk di depanku itu, dia juga--- Akh! Kenapa hidup kami seperti ini Tuhan!" Bella menghempaskan kembali tubuhnya di atas sofa.

"Bell, sana mandi dulu!" suruh mamanya.

"Iya, Ma." Bella melihat sekilas bayangan mamanya yang berlalu begitu saja.

Tidak berselang lama, Anggun datang lagi menghampiri Bella. "Ya ampun, anak gadis mama. Udah sore gini masih aja rebahan sama seragam sekolahnya, cepat mandi, Bella!"

Kedatangan mamanya untuk yang kedua kalinya sontak membuat Bella bangun cepat-cepat. Bukan karena takut, melainkan karena ada sedikit keanehan di sana.

Barusan saja mamanya datang dan menegurnya, mamanya memakai piyama bermotif bunga, sedangkan saat ini mamanya sedang berdiri di depannya dengan memakai celemek lengkap dengan sendok di tangannya.

"Mama!" raut wajah Bella berubah pucat.

"Kenapa kamu jadi pucat gitu?"

"Ma, tadi bukannya mama pakai piyama?"

"Ya ampun, Bell. Makanya bangun, mandi! Biar mata dan pikiran kamu juga jernih!" Anggun segera menarik lengan Bella supaya cepat-cepat beranjak dari duduk santainya saat ini.

----

----

"Bella, kamu ngapain sendirian di kamar? Ke bawah, yuk! Gabung sama mama dan papa," ucap Sisi mengajak Bella keluar dari kamarnya.

"Bella lagi enggak mood, Kak."

"Bell, kamu nggak takut sendirian di kamar?" tanya Sisi dengan pandangan menelisik seisi ruangan.

"Jangan mulai deh, Kak."

"Jujur aja, kamu juga takut kan?"

"Kak, tadi sore aku mimpi buruk, dan mimpinya itu benar-benar buruk."

"Udah deh, aku enggak percaya hal begituan," ucap Sisi, meremehkan kejadian horor yang dialami adiknya.

"Kak, kamu kok enggak percaya banget sama aku?" Bella kesal karena Sisi tidak mau mendengarkan ceritanya.

"Gimana perasaan kamu? Kamu marah kan? Begitu juga aku, ini yang aku rasakan saat kamu dan mama tidak percaya sama omongan aku. Kalian bahkan tidak percaya kalau aku tidak keluar malam itu, seharusnya dari awal-awal kita sadar, rumah ini tidak hanya ada kita sebagai manusia di sini. Mereka yang tak terlihat keberadaannya dengan mata telanjang kita, sebenarnya setiap saat ada dan memperhatikan kita, mereka ada disekeliling kita, Bella," ucap Sisi. Ucapannya membuat Bella merinding dan ketakutan. Bella langsung mendekat dan memeluk kakaknya, dia bahkan tidak mau jauh-jauh dari Sisi.

Kini aura di kamar Bella terasa asing, mencekam, dan membuat merinding.

1
Aksara L
Luar biasa
Aksara L
Biasa
Kakak Author
lanjut .. bagus banget ceritanya .../Pray/mampir ketempat aku dong /Ok/
🎧✏📖: semangat, kalo boleh baca ya judul baru 🤭
🥑⃟Riana~: iya kk
total 4 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!