Ipar Tapi Maut Bagiku

Mas Chris melakukan banyak tes hingga membuat laki0laki itu jengkel dan bosan. Ia tidak berhenti mengeluh dan terus menerus mengungkapkan penyesalannya karena menyetujui permintaanku.

Namun untuk sementara, dokter hanya menyarankan ku untuk melakukan USG Transvaginal. KArena untuk saat ini, kecurigaan terbesar masalah kami ada pada Mas Chris.

Serangkaian tes kesuburan untuk Mas Chris sudah hampir tuntas. Kini, aku pun terbaring di ranjang untuk melakukan USG dengan memasukkan alat ke dalam organ vitalku.

"Ah, ini sedang terjadi penebalan dinding rahim," ucap Dokter. Ia menggerakkan alat yang masuk ke dalam rahimku secara hati-hati.

"Apa artinya itu, Dok?" tanyaku penasaran.

"Penebalan dinding rahim ini terjadi karena meningkatnya hormon progesteron. Itu adalah hormon yang berfungsi untuk mempersiapkan kehamilan. Kondisi ini juga bisa menjadi tanda-tanda awal kehamilan," jelas Dokter.

DEG!!

Bagai petir menyambar di siang bolong. Kakiku hampir jatuh dari penyangga karena terkejut. Mas Chris pun langsung bangkit dari kursi tempat ia duduk saat mendengar kalimat itu.

Laki-laki itu pasti sangat terkejut. Bagaimana bisa aku hamil juka kami bahkan sudah tidak berhubungan selama berbulan-bulan lamanya.

Aku pun mendadak gemetar. Jika benar aku hamil, artinya ini adalah anak dari .....

"Apa istri saya benar-benar hamil, Dok?" tanya Mas Chris. Wajahnya panik, napasnya naik turun.

"Tidak, ini belum pasti," jawab Dokter. "Kemungkinan kedua penyebab dinding rahim menebal adalah tanda akan datangnya menstruasi," jelasnya.

Aku menghela napas lega. Hampir saja jantungku terloncat dari kerongkongan.

Meskipun ada dua hal kemungkinan, namun tak ayal hal itu masih membuatku sangat kepikiran. Bagaimana jika aku benarbenar hamil?

Ah, aku pasti sudah gila!

Usai semua pemeriksaan selesai, Dokter mengatakan bahwa hasil pemeriksaan padaku cukup baik. Aku tidak mengalami masalah pada menstruasi, bahkan sel telur milikku juga cukup banyak dan kondisi baik. Kemungkinan kehamilan yang bisa terjadi lebih dari sembilan puluh persen. Itu artinya aku dalam keadaan sehat dan subur.

Sementara itu, Dokter melihat beberapa masalah terjadi pada kesuburan Mas Chris. Salah satunya adalah azoospermia, dimana jumlah sp3rm4 yang di produksi jumlahnya sangat sedikit. Hingga kemungkinan terjadinya kehamilan padaku sangat tipis.

Terlebih, Mas Chris positif mengalami 3j4kvl4s1 dini. Juka bukan karena bantuan obat kuat , ia benar-benar lemah dan tidak berdaya.

Mendengar penjelasn Dokter, rasanya aku ingin tertawa terpingkal-pingkal. Aku tidak tahan ingin menertawakan kebodohannya karena memilih untuk berselingkuh dibandingkan untuk mencari solusi bersamaku.

Andai saja dia tidak meninggalkanku, mungkin aku akan tetap menerima segala kekurangannya dan berusaha mencari jalan keluar agar kami tetap bisa memiliki momongan.

Namun saat ini, mengetahui bahwa ia menderita justru membuatku bahagia.

Seharusnya dia mencintaiku dengan benar, agar kami saling melengkapi kekurangan masing-masing. Dia tidak pernah bersyukur memiliki diriku yang tidak pernah memprotes berapapun uang belanja yang ia berikan, ataupun mengeluh karena kegiatan ranjang yang tak pernah memuaskan.

Namun nyatanya kesabaranku sia-sia.

"Kamu nggak perlu ngomongin ini sama Bapak dan Ibuku,' ucap Mas Chris sebelum kami tiba di depan pintu ruangan perawatan Bapak mertuaku.

"Kenapa? Kamu malu?" tanyaku. Aku tersenyum miring. Dalam hai aku berteriak girang.

"Mereka harus tahu yang sebenarnya. Aku nggak mau di salahkan karena nggak bisa punya anak. Karena sebenarnya yang salah itu kamu, Mas!" seruku. Puas hatiku mengatakannya.

"Andai saja kamu nggak selingkuh, aku pasti akan berusaha bantu kamu buat sembuh. Kita bisa cari solusi bersama dan berusaha sama-sama. Tapi sekarang, aku nggak mau susah! Silahkan kamu puas-puasin enak-enak sama Mbak Lisa. Toh, kalian nggak akan bahagia!"

"Terus kamu gimana? Kamu nggak serius kan, lagi hamil? Jawab jujur, Ketty!" Mas Chris Menatapku tajam. Kedua bola matanya membulat lebar hampir keluar dari tempatnya.

Aku mundur beberapa langkah, berusaha keras menguasai ketakutan yang mendadak menyerangku.