jadi laki laki harus bisa membuktikan kepada dirinya sendiri kalo ia bisa sukses, sekarang kamu harus buktikan kalo kamu gak mati tanpa dia, kamu gak gila tanpa dia, dan kamu gak kelaparan tanpa dia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon jenos, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28
"Hah?"
"Eh iya-iya, Alvin lagi nguli tapi kali ini tempatnya katanya lumayan jauh makanya saya minta Guntur sama saya aja." jawab Maya membuat Dita mengangguk paham.
"Pantas saja aku tungguin gak ada-ada di rumahnya. Berapa hari Bu ngulinya?" Lanjut Dita.
"Kurang lebih tiga hari sih kayaknya
soalnya katanya dia Senin kuliah." jawab Maya.
"Iya sih Bu."
"Ini buat acara mahasiswa baru juga kah proposal ini?" tanya Maya yang dibalas anggukan oleh Dita.
"Iya Bu ini buat acara mereka minggu depan, kayak seminar awal gitu Bu tapi kami butuh dana." jawab Dita.
"Iya-iya nanti saya omongin sama suami
saya ya."
"Iya Bu, Bu... Aku boleh kan disini dulu masih kangen banget sama anak kecil ini." pinta Dita membuat Maya terkekeh.
"Boleh lah datang aja kesini gak apa-apa kalo kamu mau ketemu Guntur, karena Guntur saya yang yang jagain kalo Alvin kuliah atau kerja." jawab Maya membuat Dita semangat.
"Siap Bu."
"Eh ... tadi udah mau tidur kok gak jadi sih sayang?" ucap Dita begitu menunduk melihat Guntur yang tampak asik memainkan ujung jilbabnya.
"Ini anak paling baik budi, jarang nangis alhamdulillah pokoknya gemesin banget." timpal Maya sambil menguyel-uyel pipi Guntur.
"Ma..."
"Apa lagi mau roti apa mau buah?" tanya Maya karena Guntur menadahkan tangannya seolah-olah meminta.
"Udah bisa minta ya anak Bunda ini masyaallah, ini Bunda punya roti buat Guntur." lanjut Dita lalu merogoh tasnya mengambil
roti lalu memberikannya pada Guntur.
Lama Dita di kantor Burhan hingga ia tidak sadar hari sudah mau magrib.
"Bu, aku sepertinya pamit pulang dulu ya bisa-bisa bablas nanti disini kalo ngeladenin anak kecil ini terus." pamit Dita yang dibalas anggukan oleh Maya.
"Hati-hati ya, besok datang lagi aja kalo emang masih kangen sama ini bocah." ucap Maya membuat Dita terkekeh lalu
mengangguk.
"Bunda pulang ya sayang..." ucap Dita sambil mencium kening Guntur yang sudah terlelap setelah itu ia menyalami tanga Maya.
"Hati-hati ya."
"Iya Bu."
Dita pulang dengan perasaan senang rindunya pada Guntur sudah terbayar.
"Assalamualaikum."
"Walaikumsalam, dari mana aja kamu Dita
malam begini baru pulang?
Deg!
Dita langsung menoleh kaget mendengar Suara yang tidak asing baginya.
"Mama."
"Kenapa? Alasan apa lagi yang mau kamu bilang? Jangan bilang selama Mama dan Papa keluar kota kamu seperti ini terus?" cecar
Mamanya membuat Dita menghela nafas panjang.
"Mama pulang kapan?"
"Gak usah mengalihkan pembicaraan Dita, dari mana aja kamu? Kamu ini masih anak gadis Dita!" tegas Mamanya membuat Dita diam sejenak.
"Dita abis pulang rapat BEM Ma, biasa minggu depan mau ada acara." jawab Dita.
"Rapat BEM- rapat BEM skripsi kamu bagaimana?" tegas Mama membuat Dita lagi- lagi hanya bisa menahan kesal.
"Mama bisa gak jangan kayak gini, aku baru nyampe di omongin baik-baik bisa gak Ma?" ujar Dita.
"Gak bisa! Kamu dari tiga bulan kemaren Mama perhatiin gak ada niatan mau lulus malas-malasan terus.
Organisasi itu gak bisa selamanya jadi
bagian hidup kamu, kamu punya masa depan menikah punya anak, kamu ini perempuan!" omel Mamanya membuat Dita tanpa sadar menangis.
"Gak usah nangis Dita! Mama gak butuh air mata kamu."
"Ma... Ada apa sih ribut-ribut terus," ucap Papa tiba-tiba dari belakang lembu Dita menoleh.
"Ini lihat anak Papa ini makin hari makin kelewatan." lanjut Mama membuat Dita langsung berlari ke atas mengunci dirinya di kamar.
"Ma... bisa gak jangan marahin Dita terus, dia itu perempuan dan butuh proses pelan- pelan untuk berubah, gak gini caranya." ujar Papa membuat Mama langsung melipat kedua tangannya.
"Inilah Papa! Papa selalu saja sok bijak dan baik di depan anak, lihat inilah hasilnya karena Papa terlalu baik.
Dia bahkan tidak memikirkan skripsinya, Mama gak mau tahu dia harus sudah menikah Sebelum usia 27 tahun.
Mama gak mau dia jadi perawan tua cuma gara-gara organisasi!" kesal Mama berapi-api membuat Papa terdiam sejenak.
"Iya Ma nanti kita obrolin baik-baik jangan marah-marah terus, nanti Mama sakit lagi." ujar Papa membuat Mama mengatur nafasnya.
"Udah ayo kita istirahat, biarkan Dita istirahat dulu." ajak Papa lalu membawa istrinya ke kamarnya.
Disisi lain Dita baru saja selesai sholat menenangkan dirinya, dari SMA hingga sekarang ia memang tidak pernah akur dengan Mamanya karena selalu berbeda pendapat.
Sekarang Dita sedang merebahkan tubuhnya di ranjang sambil memejamkan matanya.
'Setiap orang punya masalah masing- masing saat kamu masalahnya di internal keluarga, ada yang lebih parah dari kamu seperti Alvin.' ucap Dita dalam hati lalu ia kembali membuka matanya.
Ia meraih ponselnya lalu mencoba menghubungi Alvin, namun hasilnya nihil Alvin tidak menjawab telpon darinya.
[AL] Dita mengirimkan pesan berharap Alvin membalas pesannya, tapi lagi-lagi Dita hanya bisa menghela nafas panjang.
'Lagi sibuk banget kayaknya sampe buka ponsel aja gak sempet.' gumamnya lalu kembali meletakkan ponselnya di meja rias kemudian ia meredupkan lampu.
***
Tiga hari kemudian Dita benar-benar sibuk mempersiapkan acara untuk minggu depan, hingga ia tidak bisa menjenguk Guntur selama dua hari kemarin.
"Dit proposal yang di perusahaan kemaren gimana?" tanya Erik membuat Dita yang sedang membantu bendahara menghitung pengeluaran langsung menoleh lalu menepuk jidatnya.
"O iya lupa lagi belum sempat mampir kemaren, nanti deh sekalian aku kesana." ujar Dita yang dibalas anggukan oleh Erik.
"Jangan lama-lama ya langsung rekap aja nanti biar gak ada yang ketinggalan." suruh Erik.
"Iya."
Sore hari Dita menuju kantor Burhan
untuk mengetahui kejelasan proposal yang sudah ia berikan.
Sebelum turun dari mobil Dita membenarkan jilbabnya sebentar lalu ia turun dari mobil.
"Mau ketemu siapa Mbak?" tanya Doni.
"Eh Pak, saya mau ketemu Pak Burhan lagi? Sudah ada kah?" tanya Dita.
"Oh sudah-sudah Bu baru aja sampe tadi jam 1 siang." jawab Doni.
"Izin ke atas ya."
"Iya silahkan Mbak, udah ada obrolan kan sebelumnya?" tanya Doni memastikan yang dibalas anggukan oleh Dita.
"Sudah barusan saya chat istri Pak
Burhan." lanjut Dita.
"Baik, silahkan Mbak naik aja."
Dita naik ke atas tidak lupa oleh-oleh di tangannya untuk Guntur.
Tok! Tok! Tok!
"Masuk."
"Permisi." ucap Dita sopan lalu ia
membuka pintu.
"Iya silahkan duduk." ucap Burhan mempersilahkan Dita duduk.
"Ma-ma... Ma..." tiba-tiba Guntur heboh
sendiri begitu melihat Dita, yang tadinya ia sudah lelah berjalan di dalam sepeda bayinya.
Sekarang Guntur bangkit lagi mendekati Dita membuat Dita tersenyum lebar lalu merentangkan kedua tangannya.
Alvin yang berada di balik lemari membereskan berkas-berkas langsung bingung kenapa anaknya begitu heboh, belum sempat ia menoleh tiba-tiba...
"Sayang Bunda ..." panggil Dita dengan gemasnya membuat Guntur tertawa riang.
Deg!
terimakasih udah setia menunggu update nya.....
dan tolong bantu like dan komen agar mimin semangat untuk update episode selanjutnya