yang Xian dan Zhong yao adalah 2 saudara beda ayah namun 1 ibu,.
kisah ini bermula dari bai hua yg transmigrasi ke tubuh Zhong yao dan mendapati ia masuk ke sebuah game, namun sialnya game telah berakhir, xiao yu pemeran utama wanita adalah ibunya dan adipati Xun adalah ayahnya,,.
ini mengesalkan ia pernah membaca sedikit bocoran di game love 2 dia adalah penjahat utama, ini tidak adil sama sekali
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aludra geza alliif, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
topeng Giok pengantin
Setelah berjam-jam menelusuri gudang dan pelabuhan, mereka akhirnya memutuskan untuk beristirahat. Penginapan yang disediakan pejabat lokal cukup layak, tapi tentu saja—menurut standar Zhong Yao—itu jauh dari “bisa ditoleransi”.
“Kasurnya keras seperti papan nisan,” keluhnya sambil mengelus punggung yang belum sempat menyentuh kain sutra seharian. “Aku bisa patah tulang tidur di sini…”
Alih-alih tidur di kamar, Zhong Yao justru keluar ke beranda, duduk di atas bangku kayu dan entah kenapa malah tertidur dalam posisi tertekuk seperti udang kedinginan. Kepalanya miring ke tiang, satu tangan menggenggam kipas, dan mulutnya sedikit terbuka.
Lu Yu keluar beberapa saat kemudian, hendak memeriksa situasi. Ia terpaku melihat pemandangan itu.
“…Bodoh.” gumamnya pelan, tapi ada sedikit nada lembut dalam suara itu. Ia mendekat, melepaskan jubah luarnya, lalu memakaikannya ke tubuh Zhong Yao yang mulai kedinginan.
“Tidur di sembarang tempat... padahal katanya punya standar tinggi.”
Zhong Yao menggumam tidak jelas dalam tidur. “...emas... jangan curi Giokku…”
Lu Yu menahan senyum, lalu tanpa banyak bicara, mengangkat tubuh kurus tinggi itu dan membawanya masuk ke dalam kamar yang lebih hangat.
Namun belum sempat ia keluar lagi, terdengar ketukan keras di pintu penginapan. Seorang penjaga kota berlari terburu-buru sambil terengah.
“Tuan Lu Yu! Ada kasus pembunuhan malam ini di rumah keluarga Mu! Korbannya... adalah pengantin wanita, dan... dan wajahnya...”
“Wajahnya kenapa?” tanya Lu Yu cepat.
Penjaga itu menelan ludah. “Dia mengenakan... topeng Giok.”
Suasana menjadi dingin.
Zhong Yao, yang setengah sadar mendengar kata "topeng Giok", membuka satu mata.
“...pembunuhan? Topeng Giok?” gumamnya. “Eh, kenapa yang seru-seru selalu muncul saat aku tidur?”
Lu Yu segera mengambil mantel dan pedangnya.
“Bangun. Kita punya kasus baru.”
Zhong Yao berdiri sambil menguap lebar.
“Boleh aku minta susu hangat dulu? Tidak? Ya sudahlah. Ayo kita lihat siapa yang membunuh pengantin cantik dengan cosplay Giok ini…”
Dan malam pun dimulai, dengan jejak darah yang mengarah ke rahasia yang lebih dalam dari sekadar perhiasan curian.
Ketika mereka sampai di tempat kejadian, suasana mencekam. Rumah keluarga pengantin dipenuhi isak tangis, dan warga yang penasaran berkerumun di luar dengan bisik-bisik dan wajah tegang.
Zhong Yao masuk paling belakang, masih mengunyah manisan kering yang ia selipkan di lengan bajunya. Tapi ketika melihat sosok sang pengantin wanita tergeletak kaku di ranjang pernikahan—ia membeku.
Topeng giok berkilau pucat di bawah cahaya lentera. Dan seketika, seperti petir menyambar, pandangannya kabur... kenangan lama meledak di benaknya.
Seseorang sedang tertawa. Seorang wanita. Wajahnya tertutup topeng yang sama—topeng giok itu. Tapi matanya... matanya menatap langsung ke arahnya dari balik kabut waktu.
“Yao-er,” suara dingin dan tajam menggema di pikirannya. “Bersihkan kekotoran ini dari rumah kita.”
Ayahnya berdiri di sana, dingin dan penuh amarah, dan wanita bertopeng itu—seorang pelacur, katanya—didorong keluar rumah. Zhong Yao kecil, waktu itu hanya menonton dari kejauhan. Tidak mengerti. Hanya merasa... sakit. Sendiri. Dan sekarang, kenangan itu menghantamnya seperti palu.
Zhong Yao terhuyung. Lu Yu segera memegang lengannya.
“Kau tidak apa-apa?” tanyanya pelan.
Zhong Yao hanya mengangguk. “Aku... aku rasa aku pernah melihat topeng ini sebelumnya…”
Mayat wanita itu ditusuk berkali-kali, luka-lukanya tajam dan berulang. Bukan pembunuhan biasa—ini terlihat seperti kemarahan... atau kecemburuan. Gaun merahnya koyak di sisi pinggang, dan di dadanya, ukiran giok kecil tergenggam erat.
Sementara itu, di sudut ruangan, sang pengantin pria meraung pilu. Ia mencengkeram rambutnya dan menghantamkan kepalanya ke lantai.
“Kenapa... kenapa dia...?! Kami hanya ingin bahagia!!” tangisnya memilukan, sampai tubuhnya terguncang hebat.
Zhong Yao menatapnya kosong, lalu perlahan mendekat dan memungut pecahan giok yang berserakan di dekat tubuh wanita itu.
“Topeng ini bukan biasa. Ini bukan sekadar hiasan pernikahan...” gumamnya pelan. “Ini semacam simbol... sesuatu yang lebih gelap.”
Lu Yu meliriknya tajam. “Kau ingat sesuatu?”
Zhong Yao menggenggam pecahan itu erat, nadanya berubah.
“Aku... aku tidak yakin,” katanya dengan suara berat. “Tapi rasanya seperti... bayangan yang belum selesai... sesuatu dari masa lalu Zhong Yao—yang belum selesai di dunia ini.”