Bukan kita menginginkan lahir ke dunia ini. Bukan kita yang meminta untuk memiliki keadaan seperti ini.
Sudah bertahan begitu lama dan mencoba terus untuk bangkit dan pada kenyataannya semua tidak berpihak kepada kita?
Aira yang harus menjalani kehidupannya, drama dalam hidup yang sangat banyak terjadi dan sering bertanya siapa sebenarnya produser atas dirinya yang menciptakan skenario yang begitu menakutkan ini.
Lemah dan dan sangat membutuhkan tempat, membutuhkan seseorang yang memeluk dan menguatkannya?
Bagaimana Aira mampu menjalani semua ini? bagaimana Aira bisa bertahan dan apakah dia tidak akan menyerah?
Lalu apakah pria yang berada di dekatnya datang kepadanya adalah pria yang tulus yang dia inginkan?
Mari ikutin novelnya.
Jangan lupa follow akun Ig saya Ainuncefenis dan dapatkan kabar yang banyak akun Instagram saya.
Terima kasih.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ainuncepenis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 25 Terjadi Masalah.
"Aira!" langkahnya terhenti ketika mendengar suara panggilan itu yang membuatnya menoleh ke belakang dan ternyata itu adalah Arfandi yang berjalan menghampirinya dengan membawa paper bag berwarna hitam.
"Ada apa?" tanya Aira.
"Nih!" Arfandi memberikan paper bag tersebut kepada Aira.
"Apa ini?" tanya Aira.
Arfandi yang tidak menjawab membuat Aira langsung melihat dan ternyata itu merupakan dress berwarna navy. Aira kembali mengangkat kepala melihat Arfandi seolah mempertanyakan apa maksudnya.
"Kamu harus datang dan aku akan menjemputmu jam 08.00 malam," ucap Arfandi.
"Lalu apa perlu memberikanku dress seperti ini?" tanyanya.
"Karena aku ingin kamu datang," jawab Arfandi dengan sesingkat mungkin.
"Hey, jangan menolak dan jangan protes. Siap-siaplah!" ucap Arfandi yang melihat Aira sejak tadi hanya diam saja.
"Baiklah!" ucap Aira.
"Jika memang aku sangat dibutuhkan untuk datang dan sepertinya acaranya kamu tidak akan berlangsung tanpa kehadiranku. Maka aku akan datang," ucap Aira yang membuat Arfandi tersenyum yang tumben sekali gadis di depannya ini tidak banyak protes.
"Baiklah! kalau begitu jangan membuatku menunggu nanti malam," sahut Arfandi.
"Aku tidak menyuruhmu untuk menjemput ku dan terserah ku mau cepat bersiap atau lama," sahut Aira.
"Tapi kamu paling tidak bisa membuat orang menunggu kamu," ucap Arfandi.
Aira tidak merespon lagi.
"Baiklah! Kalau begitu aku pergi dulu!" ucap Arfandi yang langsung pergi membuat Aira menganggukkan kepala.
"Aneh sekali! Apa iya dia harus memberikan ku dress," gumam Aira menghela nafas. Tetapi tampak tersenyum di ujung bibirnya.
****
Karena merasa tidak enak menolak permintaan Arfandi yang ternyata mau tidak mau Aira harus mengikuti acara ulang tahun Perusahaan.
Aira yang sudah siap-siap di dalam kamar dengan dress yang di belikan Arfandi padanya yang ternyata memang sangat cocok di tubuh kecilnya, Dress navy dengan lengan yang berada di bahunya itu yang memperlihatkan bagian dadanya.
Untuk mengisi kekosongan di bagian lehernya Aira juga menambahkan kalung sebagai aksesoris agar tidak terlalu polos, Aira juga tidak lupa memakai anting dan sementara rambutnya hanya dibiarkan digerai dengan diikat di bagian tengah sedikit.
Malam ini Aira begitu sangat cantik sekali yang tampil feminim dan sangat manis.
Aira melihat ke jendela di saat merasa ada mobil yang baru tiba. Aira tersenyum yang ternyata dugaannya benar jika Arfandi sudah datang.
Tidak ingin menunggu lama-lama yang membuat Aira mengambil ponselnya dan juga tasnya dan langsung bergegas untuk pergi.
Arfandi mematikan mesin mobilnya dan tiba-tiba membuka laci dan ternyata mengambil kotak kecil yang membuka kotak itu yang ternyata berisi cincin. Arfandi tersenyum penuh arti yang terlihat wajahnya begitu sangat bahagia.
Mendengar suara langkah kaki yang terdengar di anak tangga yang membuat Arfandi menoleh dan ternyata Aira sudah berlari begitu sangat kencang bahkan tidak peduli bahwa dia sedang memakai heels.
Arfandi kembali memasukkan cincin itu ke dalam laci mobilnya, lalu membuka sabuk pengamannya dan keluar dari mobil.
"Semangat sekali yang ingin pergi. Apa karena aku menjemputmu?" tanya Arfandi.
Aira mendengarnya mengerutkan dahi.
"Sama sekali tidak!" jawabnya dengan ketus.
Arfandi sejenak melihat penampilan wanita cantik di depannya itu dari bawah sampai atas.
"Ada apa?" tanya Aira ketika Arfandi hanya bengong saja.
"Tidak apa-apa," jawab Arfandi.
"Apa aku cantik!" Aira yang sangat percaya diri yang ingin mendengarkan jawaban Arfandi.
"Hmmmmm," jawabnya dengan deheman.
Aira mendekatkan dirinya pada Arfandi.
"Hey, katakan dengan jelas aku cantik apa tidak atau jangan-jangan aku tidak cantik?" tanyanya yang sangat ingin sekali jawaban bahkan terdengar sangat memaksa.
Arfandi cukup sulit menghadapi Aira malam ini, terlihat sedikit agresif dan bahkan wajahnya yang mendongak begitu sangat dekat membuatnya menjadi gugup dan bahkan tidak berani menatap Aira.
"Malah bengong,"
"Iya cantik," jawab Arfandi terdengar begitu bergetar.
"Kalau menjawab itu lihat orangnya bukan malah lihat kesana kemari," ucap Aira yang sepertinya sengaja menggoda Arfandi.
Sampai akhirnya Arfandi kembali melihat wajah wanita yang sejak tadi membuat jantungnya ingin lepas dari tempatnya.
"Bagaimana tidak cantik dengan dress yang kamu belikan sangat cocok untukku. Kamu sepertinya sering sekali memberikan wanita dress, atau jangan-jangan ini bekas orang lain lagi," ucapnya asal bicara yang tidak dipedulikan Arfandi dan hanya fokus pada wajah cantik yang sangat sayang sekali jika harus di abaikan.
"Ayo kita berangkat!" ajak Arfandi yang membuat Aira menganggukkan kepala.
Arfandi membukakan pintu mobil yang benar-benar sangat manis memperlakukan Aira.
Mereka berdua yang berada di dalam mobil yang sedang melaju dengan kecepatan santai.
Sesekali Arfandi menoleh ke arah Aira yang jari-jari pandang pada gadis cantik di sampingnya itu. Namun Aira hanya fokus melihat ke depan.
"Aku pikir kamu akan membuatku menunggu," ucap Arfandi basa-basi agar tidak terlalu hening di dalam mobil.
"Aku tidak mungkin membuat bos besar di perusahaan harus menunggu karyawan magang," jawabnya.
"Tetapi kalaupun harus menunggu, maka itu tidak masalah yang terpenting kamu tetap ikut dalam acara ulang tahun Perusahaan," jawab Arfandi.
"Iya. Karena acaranya tidak akan berlangsung tanpa kehadiranku," ucapnya dengan menyombongkan diri yang melihat ke arah Arfandi.
"Benar bukan?" tanya Aira.
"Iyaaaa, benar," jawab Arfandi yang terdengar tidak ikhlas.
Ting.
Aira yang tiba-tiba mendapatkan notif pesan yang langsung membuka ponselnya. Tadinya tersenyum dan tiba-tiba wajahnya datar.
"Ada apa Aira?" tanya Arfandi yang ternyata melihat perubahan mimik wajah Aira.
"Oh, tidak apa-apa," jawab Aira kembali tersenyum, tetapi terlihat terpaksa seperti ada sesuatu yang mengganggu pikirannya.
Aira juga memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.
Dratt-drattt-drattt.
Terdengar suara ponsel Aira membuat Aira kembali melihat panggilan masuk dan ternyata Aira tidak mengangkatnya dan kembali memasukkan ke dalam tasnya.
Suara telepon itu cukup berisik yang membuat Arfandi beberapa kali menoleh ke Aira.
"Kamu tidak ingin mengangkatnya?" tanya Arfandi.
"Nanti saja," jawabnya dengan tersenyum yang sepertinya memang tidak tertarik.
"Begitukah!" jawab Arfandi.
Akhirnya mereka berdua sampai di Parkiran Perusahaan. Aira dan Arfandi yang sama-sama keluar dari mobil. Arfandi yang kembali memperhatikan Aira dan terlihat Aira tampak tidak tenang, gelisah, resah dan banyak sekali yang dia pikirkan.
"Aira kamu benar tidak apa-apa?" tanya Arfandi lagi.
"Iya, aku tidak apa-apa sama sekali. Aku baik-baik saja," jawab Aira yang berusaha tenang tetapi dari nada suaranya terdengar begitu sangat bergetar.
"Kamu yakin baik-baik saja?" tanya Arfandi lagi.
Aira yang kembali menganggukkan kepala.
"Ya. Sudah kalau begitu kita langsung masuk saja!" ajak Arfandi.
Aira mengangguk kembali. Aira yang tampak membuang nafas berat perlahan kedepan. Perasaannya yang benar-benar sangat tidak tenang.
Acara Perusahaan pasti tamu-tamu yang datang rekan-rekan bisnis Arfandi dan juga pasti orang-orang kantor.
"Hmmm, Arfandi, aku sebaiknya mencari Nana. Aku merasa tidak enak jika orang-orang kantor melihat kita berduaan seperti ini," ucap Aira.
"Kamu kenapa lagi harus memikirkan orang lain. Sudahlah ayo ikut denganku. Itu Mama dan Papa!" ajak Arfandi yang memang tidak peduli bagaimana tanggapan orang lain dengan segala rasa penasaran mereka.
"Aira!" saat mereka berdua melangkah tiba-tiba Nana memanggil Aira dan melambaikan tangannya.
"Nanti saja aku menemui Tante Sulastri, aku mau pergi dulu," ucap Aira yang berlalu dari hadapan Arfandi.
"Kenapa lagi sih dia?" gumam Arfandi yang merasa ada yang mulai merasa ada yang tidak beres dengan Aira.
Bersambung...
semoga sj afandi mau membantu mia
insyaallah aku mampir baca novel barumu thor
itu arfandi ada apa ya ga keluar dari kantornya apa dia sibuk di dlm apa sakit, bikin penasaran aj
jarang2 kan aira bisa sedekat itu sama arfandi biasanya dia selalu menjauh...
tapi arfandi lebih menyukai aira,,,
setelah ini aira bisa tegas dalam berbicara apalagi lawannya si natalie... dan jangan terlalu insecure ... semua butuh proses