CEO perusahaan literasi ternama, Hyung menjual dirinya di situs online sebagai pacar sewaan hanya karena GABUT. Tak disangka yg membelinya adalah karyawati perusahaannya sendiri. Ia terjebak satu atap berminggu-minggu lamanya. Benih-benih asmara pun muncul tanpa tahu jika ia adalah bosnya. Namun, saat benih itu tumbuh, sang karyawati, Saras malah memutuskannya secara sepihak. Ia tak terima dan terpaksa membongkar jati dirinya.
"Kau keterlaluan, Saras. Kau memperlakukanku semena-mena tanpa menimbang kembali perasaanku. Lihat saja! Kau akan datang padaku secara terpaksa ataupun patuh. Camkan itu!"
Ia pun ingin membalas terhadap apa yang pernah Saras lakukan padanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gaharu Wood, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KABAR
"Saras belum tahu, Bu, kapan bisa pulang. Mungkin akhir tahun ini. Ibu sabar ya. Perjalanan dari kota ke desa tidaklah dekat. Apalagi Saras belum mempunyai kendaraan di sini. Nanti jika sudah mendapat libur panjang, Saras pulang ke desa. Saras sayang Ibu."
Dan begitulah yang Hyung dengar dari balik pintu. Hyung pun mengintip wajah Saras yang terlihat semringah saat menerima telepon dari ibunya. Ia menutup pintunya kembali. Hyung terdiam di depan pintu seraya tersenyum. Saat itu juga ia teringat dengan perkataan neneknya.
"Nenek yakin suatu saat kau akan menemukan seorang wanita yang bisa menyayangimu apa adanya. Yang mau menerima kekuranganmu dan mensyukuri kelebihanmu. Carilah wanita yang penyayang terhadap keluarganya. Terutama ibunya. Karena jika dia sayang ibu, maka dia bisa menyayangimu dan juga anak-anakmu. Terlebih dia menyayangi keluargamu dan juga kedua orang tuamu."
Hyung termenung. Ia memikirkan kembali sifat Saras yang ternyata sesuai kriterianya. Ia merasa lampu hijau itu sudah menyala. Hyung ingin lebih mengenal Saras.
Nenek, apakah dia yang nenek maksudkan?
Akhirnya setelah dua minggu lebih tinggal seatap, Hyung perlahan-lahan mengetahui bagaimana sikap Saras yang sebenarnya. Jika Saras adalah tipikal wanita penyayang terhadap orang tuanya. Hyung pun menarik napas panjang sambil melihat langit-langit ruangan. Ia tersenyum senang. Ia akhirnya menemukan apa yang neneknya harapkan.
Aku sudah menemukan wanita itu sekarang, Nek.
Ia lantas meletakkan plastik belanjaannya ke atas meja. Hyung pun segera menyiapkan makan malam. Dengan hati yang senang, dengan hati yang gembira. Hyung telah menemukan sosok wanita idamannya. Seperti apa yang neneknya katakan.
Esok harinya...
Hari ini adalah Hari Kamis. Hyung pun mengerjakan aktivitas hariannya di rumah Saras. Tapi tak berapa lama sebuah dering telepon menyadarkannya. Hyung pun segera mengangkat telepon itu dari ponsel selular biasa. Dan ternyata Saki lah yang meneleponnya.
"Halo?" Hyung segera menjawabnya.
Saki, orang kepercayaan ayah Hyung terdengar berbicara dari seberang. Ia mengabarkan sebuah berita kepada Hyung. Hyung pun mengerti apa yang harus dilakukannya.
"Baik. Nanti aku ke sana." Hyung pun segera mengakhiri sambungan teleponnya.
Hyung terdiam sejenak di ruang makan. Ia tampak memikirkan kabar yang Saki sampaikan.
Ayah datang. Bagaimana ini?
Ia tampak kepikiran. Haruskah meninggalkan Saras atau tidak. Karena nyatanya ia masih terikat perjanjian.
Saras, ayahku sedang berada dalam perjalanan ke negara ini. Aku tidak bisa sering-sering berada di sini. Apakah tidak apa kutinggalkan kau sendiri?
Dan ternyata kabar itu adalah berita tentang keberangkatan ayah Hyung menuju negeri ini. Hyung pun tidak bisa tinggal lama di rumah Saras karena khawatir dicurigai. Ia jadi harus berpikir ulang di tengah perjanjian yang mengikatnya. Hyung harus mengambil keputusan segera.
Sore harinya...
Pukul sebelas siang Hyung sudah sampai di apartemennya. Ia pun bertemu dengan Saki lalu berbicara banyak tentang sang ayah. Kabarnya sang ayah hanya datang sendiri ke negeri ini. Tapi Saki belum mengetahui tujuan pastinya. Ayah Hyung tidak memberitahukannya. Dan kini Hyung tengah bersiap-siap menjemput ayahnya.
"Tuan Muda, mobil sudah siap. Kita bisa berangkat sekarang."
Saki datang lalu memberi tahu Hyung. Hyung pun mengangguk lalu beranjak berdiri. Ia bersama Saki akan menjemput ayahnya sore ini.
Saras, aku harus menjemput ayahku dulu. Maaf, mungkin beberapa hari ini aku harus meninggalkanmu.
Dan akhirnya Hyung dan Saki berangkat ke bandara. Tentunya dengan hati Hyung yang masih tertinggal di sana. Di kontrakan Saras seorang.
Ibu kota, pukul 17.17 waktu sekitarnya...
Langit sore mengantarkan Hyung yang menjemput ayahnya di bandara ibukota. Terlihat Saki yang memberi hormat kepada ayah Hyung dengan membungkukkan sedikit badannya. Pengawal sang ayah pun segera menjaga sang tuan dari bahaya tak terduga. Sedang Hyung sendiri tampak malas-malasan membawakan koper ayahnya. Tapi mau tak mau hal itu harus dilakukannya.
"Bagaimana kabarmu di sini?" tanya sang ayah kepada Hyung.
"Kabarku baik, Yah." Keempatnya berjalan bersama menuju parkiran bandara.
Cuaca sore ini tampak cerah. Semburat merah juga sudah terlukis di angkasa. Petang pun tak lama lagi akan tiba. Mereka kemudian memasuki mobil bersama.
"Hah ... perjalanan yang jauh." Sang ayah duduk di belakang mobil bersama Hyung.
"Ibu tidak ikut, Yah?" tanya Hyung kepada ayahnya.
Mobil mulai melaju, sesaat setelah mereka masuk ke dalam mobil.
"Ibu masih sibuk di kantor pusat. Kemungkinan tiga atau empat minggu lagi baru ke sini. Ayah sendiri tidak bisa berlama-lama," cetus sang ayah.
Tiga, empat minggu lagi? Ternyata ibu masih lama ke sini. Tapi tak apa. Aku jadi punya banyak waktu untuk terus melakukan penyamaran.
"Hyung."
"Ya, Yah?"
"Kau punya waktu satu minggu untuk mempelajari semuanya. Jangan banyak bersantai," pinta sang ayah.
Hyung mengangguk. Ia menganggap mudah hal yang akan dipelajarinya. Perjalanan pun diteruskan hingga sampai ke dekat kantor cabang. Saki kemudian menanyakan kepada bosnya.
"Tuan, Anda ingin mampir sebentar?" tanya Saki kepada ayah Hyung saat sebentar lagi akan sampai di gedung kantor.
Saat itu juga Hyung menelan ludahnya. Ia khawatir sang ayah ingin mampir dan memperkenalkan dirinya kepada karyawan perusahaan. Yang mana Saras juga berada di sana.
Jangan. Ini tidak boleh terjadi. Aku masih ingin menyamar.
Hyung pun mulai risih mendengar pertanyaan yang diajukan ke ayahnya. Ia berharap sang ayah melewatkan kantornya. Keringat dingin itu pun mulai bermunculan di dahinya. Manakala tinggal dua ratus meter lagi mendekati kantor sang ayah.
Jangan mampir. Tolong ....
Hyung berdoa sebisanya. Hingga akhirnya...
"Nanti saja. Ada hal yang lebih penting."
Dan akhirnya sang ayah menjawabnya. Saat itu juga Hyung bisa bernapas lega. Penyamarannya bisa terjaga. Ia pun merasa senang seketika.
Sesampainya di apartemen...
Menjelang malam Hyung beserta ayahnya sudah sampai di apartemen. Sang pengawal dan Saki juga ikut masuk ke dalam. Yang mana sang ayah meminta Saki menghidangkan teh hijau untuknya. Saki kemudian membuatkan secangkir teh hijau untuk ayah Hyung. Sedang Hyung beserta pengawal ayahnya disajikan minuman kaleng oleh Saki sebagai pelepas dahaga. Keempatnya kemudian duduk di sofa.
"Ada temuan selama satu tahun terakhir ini, Tuan Saki?" tanya ayah Hyung kepada Saki.
"Tidak ada, Tuan. Untuk audit pembiayaan perusahaan masih aman," jawab pria berjas hitam itu.
Ayah Hyung mengangguk. "Bram, tolong keluarkan semua dokumen dari dalam koper." Ayah Hyung meminta kepada pengawalnya untuk mengambilkan dokumen.
"Baik, Tuan." Pengawal sang ayah pun lekas pergi mengambilkannya.
"Lalu bagaimana dengan temuan pelanggaran lewat CCTV?" tanya ayah Hyung lagi.
Saki terdiam sejenak. "Ada beberapa karyawan yang pulang sebelum jam kantor berakhir. Tapi setelah kutanyakan kepada manajer mereka, karyawan yang bersangkutan ternyata mempunyai keperluan mendesak pada hari itu. Sehingga pulang kerja lebih awal." Saki menceritakan.
"Banyak?" tanya Ayah Hyung lagi sambil mengambil cangkir tehnya dari atas meja.
...Ayah Hyung...
Kaget ya karena dia tamvan 😁