NovelToon NovelToon
Garis Takdir (Raya)

Garis Takdir (Raya)

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Nikah Kontrak / Mengubah Takdir / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga)
Popularitas:2.5k
Nilai: 5
Nama Author: BYNK

••GARIS TAKDIR RAYA••

Kehidupan Raya Calista Maharani penuh luka. Dibesarkan dalam kemiskinan, dia menghadapi kebencian keluarga, penghinaan teman, dan pengkhianatan cinta. Namun, nasibnya berubah saat Liu, seorang wanita terpandang, menjodohkannya dengan sang putra, Raden Ryan Andriano Eza Sudradjat.

Harapan Raya untuk bahagia sirna ketika Ryan menolak kehadirannya. Kehidupan sebagai nyonya muda keluarga Sudradjat justru membawa lebih banyak cobaan. Dengan sifat Ryan yang keras dan pemarah, Raya seringkali dihadapkan pada pilihan sulit: bertahan atau menyerah.

Sanggupkah Raya menemukan kebahagiaan di tengah badai takdir yang tak kunjung reda?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BYNK, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 4: Maafkan Aku

"Udahlah, cukup! Gue bosen!!"

Suara Arka menggema di sana , penuh dengan kebosanan. Setelah semua yang Raya alami bersama para kakak kelasnya itu, akhirnya bully-an yang ia terima berakhir. Entah apa yang telah Raya lakukan hingga mereka melakukannya padanya. Padahal, dia tidak pernah mencari masalah sama sekali.

"Gue juga bosen!!" sahut seorang pria yang ikut-ikutan membuli Raya, Arif. Wajahnya yang biasa santai kini terlihat jenuh.

"Huh, sama gue juga! Kenapa sih cewek bodoh ini gak pernah ngelawan? Gila, setakut itu ya sama kita?" celetuk seorang wanita yang ada di circle mereka, namanya Anna, dengan nada kasar.

"Apa salahku, Kak? Kalau aku ada salah, tolong maafkan aku. Aku nggak tau dimana letak kesalahanku, tapi tolong maafkan aku. Aku udah nggak kuat..." ujar Raya dengan suara lemah, matanya yang memerah mencoba untuk menahan air mata. Dia sudah pasrah, tak ada lagi yang bisa dilakukan.

"Ahhh... dasar cewek bego!" umpatan keras terdengar dari pria yang sejak tadi cuma nonton, tidak ikut campur. Dia menatap Raya dengan jijik.

"Kenapa, Ar?" tanya Anna, yang mendengar sahabatnya mengumpat.

"Jangan ganggu cewek bodoh ini lagi, percuma buang-buang waktu aja. Mending kita cari orang lain buat diajak bersenang-senang," jawab Arka, dengan nada datar sambil melirik Raya yang masih terduduk lemas di lantai kasar, roof top tersebut.

"Eh, Arka, kenapa lo tiba-tiba ngomong kayak gitu? Biasanya lo nggak pernah kayak gini sama kita. Dia tuh cukup menarik buat jadi mainan kita, kenapa tiba-tiba lo jadi kayak gini? Lo nggak bisa seenaknya lepasin dia cuma karena lo nggak suka!" protes wanita itu, yang jelas tidak terima dengan keputusan Arka.

"Disini gue yang jadi ketua. Apa yang udah gue putusin, mau atau nggak, kalian harus terima!" Arka berkata dengan tegas, matanya melotot ke arah Anna dan yang lainnya.

"Alasannya apa, bro? Lo ketua, gue tau, tapi ini nggak kayak lo biasanya. Kita selalu ngikutin prinsip kita: yang udah kita targetin, ya harus selesai. Tapi kenapa lo tiba-tiba jadi lembek kayak gini?" tanya Arif, merasa bingung dengan perubahan sikap Arka yang tiba-tiba berubah 180 derajat.

"Dia bukan mainan yang cocok, Arif," { Arka menjawab dengan nada agak jengkel } "Kita butuh kesenangan, bukan cewek lembek kayak dia. Cari aja mahasiswa lain yang bisa kita jadikan mainan, tapi bukan dia," tambah Arka sambil menunjuk Raya yang masih terkulai di lantai.

"Jangan gitu juga! Kita harus nyelesain ini, bro. Nggak bisa gitu aja!" sahut Arif, yang mulai tidak terima dengan keputusan Arka.

"Bisa nggak sih kalian denger dan hargai keputusan gue?! Bisa nggak?!" Arka mulai kesal, suara tingginya makin jelas terdengar. Dia bahkan dia tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba jadi ingin berhenti dengan semua ini. Dulu dia tidak pernah peduli pada siapa pun, tapi sekarang... entah kenapa dia jadi ingin berhenti , ada rasa iba yang tiba-tiba muncul dalam hati nya.

"Ok, fine, Ar," {Anna akhirnya mengalah, meskipun wajahnya masih terlihat tidak puas} "Tapi gimana kalau dia ngelaporin ini ke pihak kampus? Apa lo nggak mikirin risiko buat keluarga kita? Selama ini, kita nggak pernah ketahuan sama siapa pun, karena kita beresin semua yang udah kita mainin. Tapi dia? Lo malah bebaskan dia dalam kondisi kayak gini! Lo nggak mikir panjang, Ar?!" teriak Anna, suara marahnya makin nyaring.

"Siapa bilang gue bakal lepasin dia gitu aja?" ujar Arka, yang langsung membuat semua orang di sana bingung dengan ucapannya.

"Maksud lo apa sih, Ar? Tadi lo sendiri yang bilang kalau kita harus lepasin cewek itu, dan sekarang lo bilang nggak bakal lepasin dia?!" ujar Arif, yang juga dibuat nggak mengerti.

"Maksud gue, kita lepasin dia, stop nyiksa dia, tapi bukan berarti kita harus biarin dia buka mulut ke orang lain," ujar Arka tegas.

"Maksud lo apa? Kita bikin dia bisu gitu?" tanya Citra, yang sedari tadi hanya diam dan memperhatikan perdebatan teman-temannya.

"Jangan berbelit-belit, Ar." Sambung citra, kesal dengan ucapan Arka yang terkesan sangat berbelit belit.

"Jadikan dia bagian dari kita. Biarin dia jadi pelayan di antara kita. Kalau kita lakukan itu, rahasia kita aman, dan kita punya pelayan baru tanpa harus bayar," ujar Arka, sambil melirik sekilas ke arah Raya yang masih terduduk lemas di lantai.

"Pelayan? Tapi apa lo yakin dia bisa tutup mulut?" tanya Arif, masih berdiri dan menentang ucapan Arka.

"Gue sendiri yang akan bunuh dia kalau sampai berani main-main sama kita," jawab Arka dengan nada serius, membuat suasana semakin mencekam.

"Hemm... gue setuju kalau gitu sama usulannya Arka," {ujar Anna yang akhirnya menimpali} "Itung-itung cari orang yang bisa disuruh-suruh, plus kita bisa awasi dia supaya nggak macam-macam." Lanjut Anna.

"Ok lah, gue setuju. Anggap aja kita beruntung, karena sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui," ujar Arif, yang tadinya ngotot, akhirnya diam juga setelah mendengar usulan itu.

"Oke, gue juga setuju," ujar Citra, yang sedari tadi diam, akhirnya memberikan persetujuannya juga. Arka tersenyum tipis, hampir tak terlihat. Dia langsung berkata dengan nada dingin, menghadap ke arah Raya.

"Lo denger?! Mulai sekarang, lo budak kita, dan lo harus patuh pada tuan dan nyonya lo. Sekali aja lo melakukan kesalahan, akibatnya mungkin nggak bakal lo bayangin," ujar Arka dengan suara datar, namun penuh ancaman.

Raya hanya mengangguk pasrah, tak mengucapkan sepatah kata pun. Semua yang dia rasakan sekarang hanya rasa sakit yang menyeluruh di tubuhnya, ditambah lagi tenggorokannya terasa seperti tercekat. Dia merasa sangat beruntung karena masih diberikan kesempatan, meskipun dia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya ke depannya.

"Lo boleh pergi, dan ingat, jangan macam-macam. Pulang sekolah, temui kita di belakang kampus. Kita nggak terima alasan keterlambatan," ujar Arka lagi dengan nada dingin.

Raya sekali lagi hanya bisa mengangguk, mengiyakan apa yang baru saja dikatakan oleh Arka. Seluruh tubuhnya terasa lemas dan sakit, langkahnya terseok-seok saat ia beranjak dari tempat itu. Dengan susah payah, dia meninggalkan atap bangunan kampus, berusaha menahan air mata yang ingin tumpah, meskipun setiap langkahnya terasa seperti beban yang semakin berat.

Raya langsung berjalan menuju toilet untuk merapikan penampilannya. Dia sudah yakin kalau kelasnya sudah dimulai. Karena ulah para kakak tingkatnya itu, dia harus terlambat, padahal dari pagi dia sudah berusaha datang lebih awal demi kelas yang sangat dia harapkan ini. Namun, semua itu harus gagal karena mereka.

"Yatuhan..." ungkap Raya, merasa sangat sedih dengan keadaannya sekarang. Penampilannya berantakan tak karuan, dengan sudut bibir yang terluka akibat tamparan para kakak kelasnya. Padahal, tadi pagi, dia juga sudah menerima tamparan dari sang ibu. Seolah-olah dunia belum puas menghukumnya, kini dia kembali mendapat cobaan, bahkan tanpa tahu apa kesalahan yang telah dia perbuat.

"Sekarang aku harus bagaimana? Bajuku sudah kotor seperti ini, penampilanku juga tidak jelas. Dan yang paling penting, aku pasti sudah terlambat untuk masuk kelas. Ini sudah siang..." ujar Raya lirih, sambil menatap pantulan wajahnya di cermin wastafel di hadapannya. Begitu menyedihkan, begitulah gambaran tentang kondisi Raya saat ini.

"Tunggu dulu, ganti baju lo dan ikut sama gue!!" tiba-tiba, suara Arka terdengar di belakang Raya. Raya yang mendengarnya langsung berbalik.

"Ka...mu..." ujar Raya, terkejut melihat pria yang ada di belakangnya.

"Jangan banyak bicara, cepat ganti baju," ujar Arka, sembari melemparkan sebuah paper bag ke arah Raya. Raya dengan sigap menangkap paper bag tersebut, lalu kembali menatap Arka.

"Turunkan pandangan lo dari gue," ujar Arka dingin.

"Ya, maafkan aku, Kak," ujar Raya, yang langsung berlalu pergi ke dalam toilet untuk mengganti pakaian dengan yang diberikan Arka.

Entah apa yang membuat hati Arka tiba-tiba tergerak untuk membantu Raya. Sejak pertama kali melihat wajah Raya yang terkulai lemas, dia merasa iba, seolah-olah dia sedang melihat seseorang yang pernah dia kenal, padahal mereka tidak pernah bertemu sebelumnya.

Itulah sebabnya, saat pertama kali melihat Raya, dia sempat terdiam sejenak. Setelah itu, dia memutuskan untuk membantu Raya dengan alasan menjadikannya sebagai pelayan mereka. Padahal, sebelumnya mereka tidak pernah melepaskan orang yang sudah mereka bully, kecuali orang itu meninggal dunia atau terluka parah. Namun, hal itu tidak berlaku untuk Raya, yang menyebabkan perdebatan di antara teman-temannya. Terdengar seperti pembunuhan berencana, bukan? Tapi begitulah kenyataannya.

Beruntungnya, semuanya sudah diatasi, dan kini semuanya baik-baik saja.

Beberapa menit kemudian, Raya keluar dengan penampilan yang sudah sedikit lebih rapi daripada sebelumnya. Arka yang melihatnya sedikit terkejut. Penampilan Raya terlihat begitu menawan dengan pakaian sederhana yang dia berikan.

"Cantik..." gumam Arka pelan.

"Hah...?" ujar Raya, yang ingin memastikan apa yang baru saja dia dengar. Arka yang mendengar hal itu langsung mengalihkan pembicaraan, takut jika Raya akan mendengar apa yang dia ucapkan barusan.

"Cepet bersihin muka lo, jangan banyak bicara!!" ujar Arka dingin.

Raya tanpa menunggu ucapan Arka selanjutnya langsung mencuci wajahnya. Sesekali, dia meringis saat air itu menyentuh luka di wajahnya. Namun, jika dibandingkan dengan penderitaannya, luka itu seakan tidak terasa apa-apa. Oleh karena itu, dia tidak melawan saat diperlakukan sekejam itu oleh para kakak tingkatnya.

"Sudah, Kak," ujar Raya, sembari menatap Arka yang diam mematung, menatapnya.

"Kak..." ujar Raya lagi, yang kali ini berhasil membuat Arka tersadar.

"Lama sekali... Ayo, ikuti gue, lo mau masuk kelas kan?" ujar Arka yang tiba-tiba menuntun tangan Raya menuju ruang kelasnya. Tak ada yang Raya ucapkan selama perjalanan menuju kelas. Tiga menit kemudian, mereka sampai di ruang kelas Raya.

"Lo ingat... Jangan ngelakuin hal bodoh. Lo bisa masuk tanpa hambatan hari ini karena gue. Gue udah urus semuanya. Kalau lo mau baik-baik saja, ikuti perintah kami. Kalau lo berani macam-macam, gue nggak segan-segan buat bunuh lo seperti yang lain. LO PAHAM MAKSUD GUE?!" ujar Arka, dengan penekanan di setiap kata.

"Iya..." ujar Raya, mengangguk mengiyakan ucapan kakak tingkatnya itu.

"Yaudah, lo masuk sana. Ingat, pulang sekolah di belakang kampus," ujar Arka, sebelum berlalu pergi meninggalkan Raya di ambang pintu.

Raya masuk sesuai perintah Arka, dan benar saja, dosen yang biasanya kasar padanya tiba-tiba malah tersenyum ramah saat melihatnya datang kesiangan.

"Maaf, Pak, saya terlambat," ujar Raya sambil menunduk.

Hal yang tidak lazim terjadi biasanya, malah terjadi hari ini. Dosen yang biasanya akan mengomel dan mengumpatnya dengan kata-kata kasar, kali ini hanya tersenyum sambil berkata.

"Tidak apa-apa. Duduklah, kamu sudah tertinggal setengah penjelasan saya."

Setelah mendapat persetujuan dari dosen tersebut, Raya langsung mengambil tempat duduk di kursinya, dan mulai mendengarkan dengan teliti penjelasan dari dosennya. Dia tahu semua yang terjadi pasti sudah diatur oleh Arka, karena dia tahu pria itu punya koneksi.

1
Nunu Izshmahary ula
padahal cuma bohongan, tapi posesif banget 😅
Nunu Izshmahary ula
emang gak kebayang sih se desperate apa kalau jadi Raya, wahhh🥹🙈
Nunu Izshmahary ula
keluarga Raya gaada yg bener 🤧 orang tua yang seharusnya jadi pelindung pertama untuk seorang anak, malah menjadi orang pertama yang memberikan lukaಥ⁠‿⁠ಥ
Nunu Izshmahary ula
raya bego apa gimana sihh 😭 bikin gregetan deh .. lawan aja padahal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!