NovelToon NovelToon
Cinta Yang Tak Terduga By Leo Nuna

Cinta Yang Tak Terduga By Leo Nuna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Cintapertama / Romansa Fantasi / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Bad Boy / Idola sekolah
Popularitas:7.6k
Nilai: 5
Nama Author: Leo.Nuna_

Neo terbiasa hidup dalam kekacauan.
Berantem, balapan liar, tawuran semuanya seperti rutinitas yang sulit ia hentikan. Bukan karena dia menikmatinya, tapi karena itu satu-satunya cara untuk melampiaskan amarah yang selalu membara di dalam dirinya. Dia tahu dirinya hancur, dan yang lebih parahnya lagi, dia tidak peduli.

Setidaknya, itulah yang dia pikirkan sebelum seorang gadis bernama Sienna Ivy masuk ke hidupnya.

Bagi Neo, Sienna adalah kekacauan yang berbeda. Sebuah kekacauan yang membuatnya ingin berubah.
Dan kini, dia harus menghadapi kenyataan bahwa dirinya akan dikirim ke Swiss jauh dari Sienna, jauh dari satu-satunya alasan yang masih membuatnya merasa hidup.

Sienna tidak terima. "Biar aku yang atur strateginya. Kamu nggak boleh pergi, Neo!"

Neo hanya bisa tersenyum kecil melihat gadis itu begitu gigih memperjuangkannya.

Tapi, bisakah mereka benar-benar melawan takdir?
Yuk, kawal Neo-Siennaꉂ(ˊᗜˋ*)♡
Update tiap jam 14.59 WIB

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Leo.Nuna_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CYTT(Part 34) Kala Malam Menyembuhkan Luka

Happy Reading (⁠。⁠•̀⁠ᴗ⁠-⁠)⁠✧

⋇⋆✦⋆⋇

Tanpa terasa, waktu terus bergulir. Malam pun datang, menghiasi langit dengan taburan bintang dan sinar bulan yang menembus kaca jendela sebuah gedung pencakar langit di pusat kota.

Di dalamnya, dua pria tampak masih sibuk. Mereka adalah Neo dan Noah. Kini, mengunjungi perusahaan telah menjadi rutinitas baru bagi Neo. Meskipun usianya masih terbilang muda, ia mulai membuktikan bahwa dirinya mampu menangani tanggung jawab besar itu—tentu dengan Noah yang setia mendampingi di setiap langkahnya.

“Ini dokumen terakhir, Tuan Muda,” ucap Noah sambil menyerahkan sebuah map berwarna hitam pada Neo, yang baru saja menyelesaikan tumpukan berkas sebelumnya.

Neo menerima map itu, lalu menghela napas pelan sejenak sebelum bertanya, “Apa ada kabar dari perawat yang kamu tugaskan tadi?”

“Sudah, Tuan Muda,” jawab Noah tenang. “Perawat mengatakan bahwa Nona Sienna sudah kembali tertidur.”

Jawaban itu membuat tangan Neo terhenti sejenak. Pandangannya mengarah keluar jendela, menatap bulan yang tergantung tenang di langit malam. Ada sesuatu dalam tatapan matanya—sebuah kelegaan yang samar, bercampur kekhawatiran yang belum hilang sepenuhnya.

Neo merasa sedikit lega mengetahui kondisi Sienna mulai membaik. Namun, rasa khawatir masih menggelayuti hatinya. Sejak siang, Sienna belum memberikan balasan atas pesan yang ia kirim—dan juga belum menanggapi tentang rumor yang beredar di sekolah pagi tadi.

Untuk saat ini, Neo memilih memberi ruang. Ia tak ingin bersikap egois, apalagi di tengah kondisi Sienna yang masih belum sepenuhnya pulih. Meski begitu, sepanjang hari ini, pikirannya tetap tidak tenang. Fokusnya mudah buyar, beberapa pekerjaannya bahkan sempat keliru karena pikirannya terus melayang.

Setelah menyelesaikan berkas terakhirnya, Neo menatap Noah yang tengah memeriksa beberapa dokumen di sisi ruangan.

“Apa aku sudah bisa pulang sekarang?” tanyanya, suaranya terdengar letih.

Noah menghentikan aktivitasnya sejenak, lalu mengangguk ringan. “Tentu. Apa saya perlu mengantar Tuan Muda?” tawarnya sopan.

Neo menggeleng sambil merapikan barang-barangnya. “Tidak perlu. Aku akan pulang sendiri. Dan mungkin malam ini… aku akan menginap di apartemen Sienna.”

Noah hanya membalas dengan anggukan penuh pengertian. “Baiklah kalau begitu. Selamat beristirahat, Tuan Muda. Hati-hati di jalan. Jika ada yang dibutuhkan, silakan hubungi saya kapan pun.”

Neo tak menjawab, hanya mengangguk kecil sebelum melangkah keluar dari ruangan, meninggalkan gedung dengan langkah cepat.

Setelah menempuh perjalanan hampir tiga puluh menit, akhirnya Neo tiba di apartemen Sienna. Beruntung, ia sudah memiliki akses masuk, sehingga dengan mudah ia menyelinap tanpa perlu mengetuk pintu atau menunggu izin.

Begitu memasuki apartemen, suasana hangat langsung menyambutnya. Cahaya temaram dari lampu ruang tengah memberikan nuansa tenang di tengah malam yang sunyi. Dengan langkah hati-hati, Neo berjalan menuju kamar Sienna.

Saat membuka pintu perlahan, pandangannya langsung tertuju pada sosok Sienna yang tertidur lelap di atas ranjang. Wajahnya terlihat damai, meski tubuhnya masih tampak lemah. Tak jauh dari sana, perawat yang ditugaskan Neo tampak terbangun, menyadari kehadiran seseorang.

“Tuan…” bisiknya pelan.

“Shhh…” potong Neo, memberi isyarat agar tak mengeluarkan suara.

Mengerti maksudnya, sang perawat segera bangkit dan meninggalkan ruangan, memberikan keduanya ruang tanpa gangguan.

Setelah perawat pergi, Neo kembali melangkah mendekat. Di tangannya, ia menggenggam sebuket bunga yang sengaja dibeli sepulang dari perusahaan tadi—sebuah simbol kecil dari perasaan bersalah dan rindu yang ia pendam sejak pagi.

Pelan-pelan, ia meletakkan bunga itu di meja samping tempat tidur, lalu duduk di tepi ranjang, menatap wajah Sienna yang tampak damai dalam tidurnya.

“Selamat beristirahat, dan maaf… Aku tahu hari ini aku sudah membuatmu marah dan kecewa karena sikapku di sekolah,” bisik Neo lembut. “Aku siap menerima apapun hukumannya nanti. Tapi sekarang, tolong cepat sembuh, sayang.”

Ia lalu menunduk dan mengecup lembut puncak kepala Sienna—sebuah ungkapan tulus yang ingin ia sampaikan, bahkan jika hanya dalam diam.

Hening menemani malam itu. Hanya suara napas tenang Sienna yang terdengar, menjadi satu-satunya hal yang menenangkan kegelisahan Neo.

Tanpa terasa, malam itu Neo akhirnya tertidur di samping Sienna. Tangan mereka saling menggenggam erat—seolah dalam tidur pun, Neo tak ingin melepaskannya.

Tak lama setelah Neo terlelap, Sienna justru menunjukkan tanda-tanda akan terbangun. Kelopak matanya bergerak pelan, napasnya mulai dalam.

Begitu matanya terbuka sepenuhnya, ia merasakan sesuatu yang berbeda. Saat menoleh, pandangannya langsung disambut oleh sosok Neo yang tengah tertidur di sisinya.

Sienna terkejut sejenak, tapi kejutannya segera berubah menjadi kehangatan yang sulit diungkapkan dengan kata-kata. Ia menunduk sedikit, menatap tangan Neo yang menggenggam erat tangannya—bahkan dalam tidur, ia tetap menjaganya.

“Seharusnya aku tidak meragukannya…” batin Sienna, menatap wajah Neo dengan lembut.

Pelan-pelan, ia mengubah posisinya menjadi menghadap Neo. Tangannya menyentuh lembut jemari Neo, membalas genggaman itu dengan lebih hangat.

“Terima kasih… dan maaf. Selamat tidur, sayang,” bisik Sienna lirih, sebelum kembali memejamkan mata dan melanjutkan tidurnya dalam keheningan yang menenangkan.

Dan malam pun berlalu. Cahaya matahari menyusup malu-malu melalui tirai jendela. Sienna menjadi orang pertama yang terbangun. Senyuman kecil terbit di wajahnya saat mendapati Neo masih ada di sisinya, tertidur dengan tenang seperti anak kecil yang sedang bermimpi indah.

Dengan perlahan, Sienna mencoba bangkit dari ranjang. Tapi gerakannya, sekecil apa pun itu, cukup untuk mengusik tidur Neo.

“Eungh…” Neo mengerang pelan.

Matanya perlahan terbuka, dan dalam diam, keduanya saling bertatapan. Tak ada kata yang langsung terucap—hanya tatapan penuh makna yang seolah menjadi jembatan untuk segala rasa yang belum sempat tersampaikan semalam.

Untuk sesaat, suasana di antara mereka terasa canggung. Tak ada yang bicara, hanya saling menatap dalam diam. Namun keheningan itu tak berlangsung lama. Sienna yang lebih dulu memecah suasana.

“Ada yang sakit?” tanyanya pelan.

Neo mengerutkan alis, belum sepenuhnya memahami arah pertanyaan itu. Ia baru saja terbangun, pikirannya masih setengah sadar. Sakit? Bukankah di sini Sienna yang sedang sakit? Bukankah seharusnya dia yang menanyakan itu pada Sienna, bukan sebaliknya?

Seolah bisa membaca kebingungan Neo, Sienna menambahkan, “Aku nggak salah nanya kok. Emang badan kamu nggak sakit duduk sambil tidur?”

Neo langsung meringis, menyadari rasa pegal yang menjalar dari punggungnya. “Ya… sedikit,” jawabnya jujur.

Sienna tersenyum kecil, lalu berkata ringan, “Ya udah, anggap aja itu hukuman kecil dari aku… karena kamu nggak berusaha ngebujuk aku kemarin.”

Neo mengerjap pelan, masih mencoba mencerna ucapan Sienna. Hukuman? Membujuk? Apa maksudnya?

Tatapan mereka kembali bertemu, kali ini diselimuti pertanyaan yang berbeda. Tapi di sudut bibir Sienna, terukir senyum yang menandakan bahwa badai perlahan mulai reda.

»»——⍟——««

Hallo semua✨

Sebelum makasih udh mampir🐾

Buat yg suka cerita aku mohon dukungannya ya, biar aku semangat updatenya💐

Dan jangan lupa follow akun ig aku @nuna.leo_ atau akun tiktok aku @im.bambigirls. Karena disana aku bakal post visual dan beberapa cuplikan.

Oke see you semua!(⁠◠⁠‿⁠◕⁠)

1
Nina BJ
nah...hayo kaw neo pilih yg mna,mumet kn lo 🙄
Saryanti Yahya
karya yg cukup bagus, lanjut thor, semangat
Leo Nuna: Makasih Kak😻
total 1 replies
Suluk Pudin99
Semoga sya jga sperti cinta mereka ,tak terduga.Sampai ke pelaminan,Amin Allahumma istajib dua,na ya Robb🤲🏻🤲🏻
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!