NovelToon NovelToon
AIRILIA

AIRILIA

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Duniahiburan / Mengubah Takdir / Identitas Tersembunyi
Popularitas:3.1k
Nilai: 5
Nama Author: Irla26

Airilia hidup dalam keterbatasan bersama ibunya, Sumi, yang bekerja sebagai buruh cuci. Ayahnya meninggal sejak ia berusia satu minggu. Ia memiliki kakak bernama Aluna, seorang mahasiswa di Banjar.

Suatu hari, Airilia terkejut mengetahui ibunya menderita kanker darah. Bingung mencari uang untuk biaya pengobatan, ia pergi ke Banjar menemui Aluna. Namun, bukannya membantu, Aluna justru mengungkap rahasia mengejutkan—Airilia bukan adik kandungnya.

"Kamu anak dari perempuan yang merebut ayahku!" ujar Aluna dingin.

Ia menuntut Airilia membiayai pengobatan Sumi sebagai balas budi, meninggalkan Airilia dalam keterpurukan dan kebingungan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irla26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4. Sumi Sakit

Sudah hampir setengah jam Renata berada di dalam kamar kos Aluna. Ia mulai kesal karena Aluna terlalu lama bersiap-siap.

"Lama banget sih kamu dandannya? Pegel nih aku nungguin dari tadi," keluh Renata sambil melipat tangan di dada.

"Pegel apaan? Toh, kamu cuma duduk sambil lihat aku," jawab Aluna santai.

Renata memutar bola matanya, malas meladeni jawaban Aluna. Ia kemudian mengambil ponselnya yang sejak tadi terus berbunyi. Betapa kagetnya ia ketika melihat jam di layar ponsel sudah menunjukkan pukul 20.00.

"Astaga… udah jam delapan malam! Luna, cepat dong! Kamu enggak lihat jam berapa sekarang? Udah setengah jam aku nungguin kamu dandan!"

"Iya, iya. Yuk, berangkat. Aku sudah selesai."

Setelah sampai di Café Kenangan, Renata menarik tangan Aluna dan memilih tempat duduk dekat jendela. Aluna terkesima dengan dekorasi kafe yang begitu estetik dan nyaman.

Tak lama kemudian, seorang waitress datang menghampiri mereka.

"Mau pesan apa?" tanyanya ramah.

"Luna, kamu mau pesan apa?" tanya Renata sambil menyerahkan daftar menu kepada Aluna.

"Aku pesan matcha latte dan carbonara," jawab Aluna.

"Mbak, saya pesan matcha latte dua, carbonara satu, pasta satu, dan potato wedges satu," kata Renata kepada waitress yang mencatat pesanan mereka dengan senyum.

"Banyak banget pesanan kamu?" tanya Aluna heran.

"Aku lapar gara-gara nungguin kamu," sahut Renata sambil melipat tangan di meja.

Aluna nyengir, merasa bersalah karena telah membuat sahabatnya menunggu lama.

---

Sepulang dari Café Kenangan, Aluna merebahkan diri di atas kasurnya. Baru saja ia ingin memejamkan mata, ponselnya bergetar. Saat diperiksa, ternyata ada notifikasi dari bank.

"Saldo masuk: Rp500.000,00."

Aluna mengernyitkan dahi.

"Tumben banget Ibu cuma kirim lima ratus ribu. Biasanya tujuh ratus atau delapan ratus ribu."

Ia terdiam beberapa saat, berpikir. Namun, lamunannya buyar saat ponselnya kembali berbunyi. Nama Asih tertera di layar.

"Luna, gimana? Uangnya udah masuk atau belum?" suara Asih terdengar di seberang telepon.

"Udah, Bibi. Tapi tumben, ya? Biasanya Ibu kirim lebih banyak."

"Ya, saya enggak tahu. Mungkin cucian ibumu lagi sepi. Lagipula, kamu tahu kan kalau Airilia bentar lagi mau lulus dan butuh banyak biaya?" ujar Asih.

Aluna mengangguk, meskipun Asih tak bisa melihatnya. Ia setuju dengan pendapat itu.

"Ingat perjanjian kita?" Asih mengingatkan sesuatu kepada Aluna.

"Ingat kok. Besok aku beli kuota. Sekarang udah malam, aku mau istirahat. Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam," sahut Asih sebelum menutup telepon.

---

Di tempat lain, Yuni yang kebetulan melihat ibunya baru saja menutup telepon menjadi penasaran.

"Ibu telepon siapa malam-malam begini?" tanyanya.

"Ayahmu, Yun. Katanya mau kirim uang untuk biaya sekolahmu," jawab Asih santai.

Yuni mengangguk, meski sebenarnya ia tak begitu percaya.

"Yuni, tolong buatkan Ibu kopi hitam," pinta Asih.

Tanpa banyak tanya, Yuni segera pergi ke dapur untuk membuat kopi.

Sementara itu, Asih tersenyum puas.

"Yes! Hari ini aku dapat uang Rp20.000 plus kuota gratis. Memang enak kalau bisa bohongin orang," batinnya sambil terkekeh.

Tanpa sadar, Yuni sudah kembali dan berdiri di hadapannya.

"Ibu, ibu kenapa senyum-senyum sendiri? Ibu enggak sakit jiwa, kan?" tanyanya curiga.

Asih terlonjak kaget.

"Sembarangan kamu ngomong! Ibu senyum karena ayahmu mau kirim uang, itu saja!" ujar Asih agak kesal.

Yuni menyerahkan kopi kepada ibunya.

"Bu, ini kopinya. Yuni masuk kamar dulu, ya," katanya.

Asih mengangguk, kemudian menyesap kopinya sambil menonton televisi. Namun, Yuni yang melangkah pergi masih merasa ada yang janggal.

"Enggak biasanya Ibu senyum begitu hanya karena Ayah kirim uang," batinnya penuh curiga.

---

Sementara itu, di dalam kamar rumah sederhana mereka, Airilia panik melihat ibunya, Sumi, demam tinggi. Ia mondar-mandir mengambil air hangat untuk mengompres kening ibunya.

"Bu, aku udah beliin obat. Diminum, ya?"

Sumi mengangguk lemah. Dengan tangan gemetar, ia mengambil satu butir obat dan menelannya dengan air putih.

"Lia… Ibu mau ketemu Aluna. Suruh kakakmu pulang," pinta Sumi dengan suara lirih.

"Besok, Bu. Nanti aku telepon Kak Luna. Sekarang Ibu istirahat dulu, ya," bujuk Airilia.

Namun, Sumi menggeleng lemah.

"Ibu mau Aluna sekarang, Lia…"

Mata Airilia memanas. Ia menggenggam tangan ibunya yang terasa panas, menahan tangis.

"Bu, ini sudah jam sembilan malam. Kak Luna pasti sudah tidur. Sekarang Ibu tidur dulu, ya? Biar aku temani," katanya lembut.

Sumi mengangguk pasrah. Ia menggenggam tangan Airilia erat.

"Ibu beruntung memiliki kamu, Lia… Walaupun kamu bukan anak kandungku," batinnya, matanya berkaca-kaca.

Airilia tak tahu apa yang dipikirkan ibunya. Ia hanya membaringkan tubuh di samping Sumi dan memeluknya dengan erat.

---

Tanpa terasa, jam sudah menunjukkan pukul 04.00 pagi. Airilia terbangun dan segera memeriksa keadaan Sumi.

"Alhamdulillah… Demam Ibu sudah turun," bisiknya lega.

Setelah memastikan kondisi ibunya membaik, Airilia keluar dari kamar, membawa baskom bekas kompresan, dan meletakkannya di wastafel. Ia mencuci muka, lalu mulai mengerjakan pekerjaan rumah yang belum diselesaikan ibunya.

Bersambung...

1
rania
Kasihan Dinda, peluk jauh🥺🥺
R-man
cerita nya menarik !!
Maximilian Jenius
Wah, gak sabar nunggu kelanjutan ceritanya, thor! 😍
Madison UwU
Menyentuh
indah 110
Tolong update cepat, jangan biarkan aku mati penasaran 😩
Farldetenc: Ada karya menarik nih, IT’S MY DEVIAN, sudah End 😵 by farldetenc
Izin yaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!