Kehadiran sosok wanita cantik yang memasuki sebuah rumah mewah, tiba-tiba berubah menjadi teror yang sangat mengerikan bagi penghuninya dan beberapa pria yang tiba-tiba saja mati mengenaskan.
Sosok wanita cantik itu datang dengan membawa dendam kesumat pada pria tampan yang menghuni rumah mewah tersebut.
Siapakah sosok tersebut, ikuti kisah selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Siti H, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesal
Mahardika tak dapat untuk memejamkan matanya kembali. Ia takut untuk mimpi buruk itu akan datang lagi.
Hingga pagi menjelang, ia masih bertahan untuk tidak tidur, meskipun sebenarnya ia sangat mengantuk.
Ayu Sutini. Wanita yang saat ini mendampingi hidupnya, beranjak dari ranjang dan menuju lantai satu untuk pergi ke dapur dan memasak.
Memiliki rumah yang sangat indah dan juga mewah adalah impiannya, maka dari itu, ia memilih hidup bersama kekasih hatinya.
Dengan menggunakan gaun tidur diatas lutut, ia turun menapaki anak tangga.
Saat ia masih berada dianak tangga terakhir, ia mendengar seseorang yang sedang memasak dengan suara nyaring dari sudip besi dan juga teflon yang saling beradu.
Rasa penasaran membuatnya untuk mempercepat langkahnya melihat siapa yang sedang memasak sarapan.
Ia tak pernah memberikan kunci cadangan pada bibi yang bekerja dirumah itu. Lalu bagaimana caranya ia bisa masuk?
Setibanya didepan pintu penghubung. Ia melihat seorang wanita berkulit putih pucat dengan rambut panjang lurus bergelombang sepinggang sedang memasak sesuatu.
Ayu Sutini menatap dengan perasaan campur aduk. Sebab jika dilihat dari perawakannya, wanita itu tentunya masih sangat muda.
Suasana seketika berubah menjadi dingin dan sangat mencekam. Secara tiba-tiba, lampu didapur berkedip-kedip tanpa sebab.
Gemuruh didada wanita cantik itu terdengar jelas ditelinganya. Ia merasa jika Mahardika telah mengkhianatinya dan membawa masuk wanita lain ke rumah ini, sedangkan pria itu pernah bersumpah jika hanya dirinya saja yang ada didalam hidupnya.
"Siapa, Kau?" tanya Sutini dengan sangat hati-hati. Gejolak amarah berkumpul didalam dadanya dan siap menyerang sang wanita asing yang sudah berani memasuki rumahnya.
Sosok itu menghentikan pekerjaannya. Ia berdiri mematung. Lalu perlahan memutar tubuhnya dan menatap Sutini dengan tatapan yang sangat dingin.
Rambut panjang terutrai yang hampir menutupi wajahnya, serta pakaiannya yang merupakan gaun berwarna hitam legam terlihat menjuntai dilantai menutupi kakinya.
Suasana berubah sangat berbeda. Aura negatif begitu kuat terasa dan seolah sedang mengunci wanita yang bernama Ayu Sutini.
Wanita merasakan tubuhnya gemetar saat sosok asing itu menatapnya tanpa berkedip.
"Siapa, Kau! Mengapa lancang memasuki rumahku!" hardik Sutini yang sudah tidak dapat lagi menahan amarahnya.
Sosok itu tersenyum menyeringai, memperlihatkan barisan giginya yang putih meruncing, dan saat bersamaan, Mahardika datang dari arah belakang sembari menyentuh pundaknya.
"Dia Dayanti, sepupu akang, maaf, belum sempat memberitahumu," pria itu menjelaskan.
"Hah!" sontak saja Sutini membeliakkan kedua matanya. Bagaimana tidak, nama wanita itu sama dengan seseorang yang pernah ada dikehidupan sang suami.
Akan tetapi, wajah wanita itu tidak sama sekali ada kemiripannya, ia mencoba menduga jika hanya sebuah nama yang mirip itu biasa. Sebab ada banyak nama yang menjadi referensi yang sama diberbagai tempat.
"Apa benar dia sepupumu?" tanya Sutini dengan penuh selidik. Ia ingin mencari jawaban dari pria yang berdiri dihadapannya.
Mahardika mengangguk untuk membenarkan pertanyaan sang istri yang menaruh curiga padanya.
Ayu Sutini memasang wajah masam. Sungguh, ia tak ingin ada orang lain didalam rumah ini, kecuali mereka berdua.
Ia menepis pundak suaminya, lalu beranjak dari dapur dengan perasaan yang kesal.
Mahardika hanya menatap sang istri dengan datar, kemudian berbalik melihat wanita yang sedang memasak sarapan tersebut.
Pria itu memindai tubuh sang wanita yang menurutnya sangat begitu menarik. Setiap lekukannya terpahat sempurna.
Pinggangnya yang ramping dengan pinggul membentuk sebuah gitar dan ditambah bokong yang terlihat menonjol, membuat pria itu berfantasi kotor dipagi ini.
Tanpa ia sadari, sesuatu bergerak berdiri dari balik celananya, saat membayangkan wanita yang menarik perhatiannya.
Ia bahkan harus berbohong pada Sutini, demi melenggangkan niatnya.
Wanita berwajah pucat itu telah selesai memasak dan membuat dua porsi nasi goreng dengan isian sosis dan telur orak-arik serta beberapa bakso.
Tampilannya menggoda selera, ditambah lagi dengan sosok yang memasaknya seorang wanita cantik dengan daya pikat yang begitu sempurna.
Tanpa berbicara, ia menghidangkan dua gelas teh manis hangat dan membuat pria itu semakin tak sabar untuk menik-mati hidangannya.
"Kamu tidak makan?" tanya Mahardika dengan sangat lembut, bahkan ia dapat seramah itu pada wanita asing yang baru saja malam tadi dikenalnya.
Wanita itu menggelengkan kepalanya, dan hanya menatap datar pada hidangan tersebut.
Mahardika yang sudah tidak sabar, segera menyantap sarapannya. Ia begitu lahap, sehingga tidak menyadari jika butiran nasi berwarna kecoklatan itu adalah gerombolan belatung yang sedang berjentik ria. Sedangkan bakso yang yang menjadi toppingnya merupakan bola mata yang membusuk dan air teh manis itu merupakan darah segar.
Wanita misterius itu mengulas senyum dingin dan terlihat sangat bahagia.
Setelah menghabiskan sarapannya. Mahardika beranjak bangkit dari duduknya. Lalu menghampiri Dayanti yang saat ini mengeluarkan aroma Mawar.
Sepertinya ia tak dapat menahan hasratnya yang sedari tadi menggebu saat menyadari jika tamunya itu terlihat begitu sangat menawan.
Pria itu menatap sang wanita dengan begitu lekat. Ia celingukan dan berharap jika Sutini tidak datang ke dapur.
Ia menyentuh pundak sang wanita. Terasa dingin, namun tidak ada penolakan, sehingga ia berani berbuat lebih jauh.
Apalagi saat ini posisi Dayanti adalah orang yang menumpang dirumahnya, maka ia harus patuh jika masih ingin tetap tinggal.
"Siapa orangtuamu? Mungkin aku bisa melamarmu," bisik sang pria dengan kata manis yang begitu indah.
Sang wanita hanya terdiam dan tidak merespon apa yang diucapkan oleh pria tersebut.
Sikap Dayanti membuat Mahardika semakin gemas. Ditambah lagi aroma tubuh sang wanita mengeluarkan aroma Mawar membuat sang pria semakin bergairah.
Tanpa dapat dicegah, Mahardika mendekap wanita tersebut dan memberikan kecupan bertubi-tubi dileher jenjang Dayani.
Tanpa.ia sadari, kedua bola mata itu menghitam legam dan cairan pekat keluar dari sudut matanya.
Sesaat Mahardika menghentikan cumbuannya. Tiba-tiba saja mengendus aroma bangkai, dan ujung hidungnya bergerak-gerak mencari sumber bau tersebut.
Ia melepaskan dekapannya, lalu menuju lemari kompor dan membuka pintunya.
Ia berjongkok dan memeriksa kondisi isinya, tetapi tidak ada yang ia temukan.
"Cari apa, Kang?" tanya Sutini dengan wajah masih masam.
"Hah!" kamu ngagetin saja, Dik!" Mahardika tersentak kaget.
Sesaat ia mengedarkan pandangannya mencari sosok Dayanti yang sudah tidak ada lagi diruang dapur.
"Kemana Dayanti?" tanyanya.
Seketika Sutini semakin kesal. "Siapa sih, Dia? Benar sepupumu atau selingkuhanmu!"
Mahardika tersentak kaget dan ia terdiam seketika. "Dasar, jadi perempuan kok cemburuan banget!" omel pria itu dengan kesal didalam hatinya dan beranjak meninggalkan dapur karena tak ingin mendengar ocehan sang istri.
Sutini merasakan jika pria itu terlihat berubah sejak kehadiran wanita asing tersebut.
Ruangan yang tertutup tanpa pencahayaan tentunya