Dinda,Arin,Dimas,Dani dan Wiira berencana mengisi liburan setelah ujian akhir sekolah,mereka berencana pergi ke naik ke gunung ciremai.
Fadilah dan Farhan teman teman Dani yang mendengarnya ikut bergabung,mereka adalah seorang mahasiswa salah satu perguruan tinggi dikota Jakarta sedang liburan ditempatnya Dani.
Mereka tak menyangka liburan mereka jadi bencada dan mengakibatkan kematian.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon JK Amelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Arin sakit
Siang itu setelah satu hari keberangkatan Dinda,kakeknya datang dari Bandung.
"Assalamu alaikum,"pak Santoso kakeknya Dinda meletakan tas baju dilantai ruang tamu,ia langsung masuk kekamar Dinda,"kemana tuh anak,apa dia sedang main yah,pak Santoso lansung menuju warung anaknya disebelah rumah.
"Loh Yanti,Dinda mana?"pak Santoso masuk kewarung,terlihat Bu Yanti sedang melayani seorang pembeli.
"Loh Bapak,kok Bapak mau pulang tidak ngomong dulu?"setelah pembeli itu pergi,ia menghampiri Bapaknya.
"Dinda mana?"Pak Santoso bertanya,ia terlihat mulai khawatir ketika tidak melihat Dinda.
"Kan naik gunung pak,dia nungguin Bapak telepon,tapi Bapak enggak telepon-telepon,dia pikir Bapak merestuinyai,"ujar Bu yanti dengan nada heran.
"Atagfirloh,apa Rina tidak ngasi kabar?"tiba-tiba wajah pak Santoso menjadi tegang,"pantas aku bermimpi tidak enak,"ujar pak Santoso lagi sambil kembali masuk kerumah,dia duduk diruang tamu sambil termenung.
"Memang kenapa pak?"Bu Yanti mulai panik,ia yakin ada yang tidak beres.
"Aku sudah menyuruh Rina menelponmu agar Dinda jangan berangkat,perasaanku tidak enak,aku pikir Rina sudah menelponmu dan Dinda tidak jadi pergi,Rina,Rina kenapa kamu lakukan ini."
"Memang kenapa pak?"Yanti semakin panik,ia belum pernah melihat wajah Bapaknya setegang ini.
"Tadi malam aku bermimpi buruk,Dinda datang sambil menangis ketakutan,dia meminta tolong padaku,tapi aku tidak dapat melihat jelas,ada aura hitam menutupinya,dimana dia campingnya,kita harus menjemputnya sekarang juga!!
"Di Ciremai pak,ia akan mendaki lewat jalur palutungan katanya."
"Apa dia sudah menghubungimu?"pak Santoso melihat ke arah Yanti anaknya.
Yanti mengeleng lemah,airmatanya mulai menetes kecemasan melandanya.
"Kita berangkat sekarang saja mumpung masih siang,kita minta tolong pak Sugi untuk meminjamkan mobilnya,kita harus bisa membawanya pulang,"ujar pak Santoso.
Bu Yanti segera menutup warungnya,sedangkan pak Santoso pergi ketempat pak Sugi untuk meminjam mobilnya.
Pak Santoso datang dengan mobil bak,Bu Yanti pun segera naik,mereka lansung menuju kaki gunung ciremai,menjelang sore mereka sampai di pos pendaftaran para pendaki.
"Kamu tunggu disini,biar bapak yang kesana,"pak Santoso menuju tempat pendaftaran,terlihat ia berbincang dan ada sedikit ketengangan,terlihat petugas melihat data berkali-kali dan menelpon.
Pak Santoso dengan wajah cemas dan kecewa kembali ke mobil,ia menyuruh bu Yanti segera masuk.
"Bagaimana pak,apa kita bisa membawanya pulang?"ucap Bu Yanti melihat ekspresi Bapaknya.
"Dia tidak ada disini,dan mereka juga sudah berkordinasi dengan jalur pendakian yang lain,tapi mereka tidak terdaftar dijalur yang lainnya juga,berarti dia tidak naik gunung ini."
"Terus bagaimana sekarang pak?"
"Kita pulang,kamu tahu nomor teman-temannya,coba kamu hubungi mereka,ada pak,tapi nomornya dirumah semua,"ujar Bu Yanti.
Sepanjang jalan pulang mereka diam,pikiran mereka dilanda kecemasan,sehabis magrib mereka baru sampai rumah,setelah mengantarkan mobil pak Sugi,pak Santoso menghampiri anaknya,Bu Yanti yang termenung didepan pesawat telepon.
"Bagaiman apa mereka bisa dihubungi,"pak Santoso duduk didepannya.
"Tidak ada yang aktif pak,huhuhu....,Dinda dimana pak?"bu Yanti mulai menangis panik,meremas tangannya.
"Lebih baik kita sholat dulu,Bapak akan coba memanggil sukmanya dan mencari keberadaannya,mudah-mudahan dia bisa memberitahu keberadaannya,pergilah sholat,minta perlindungan yang diatas,agar Dinda selalu dilindungi dan aman,"ujar pak Santoso lalu ia pergi masuk kamar membawa tas baju yang tadi dia simpan asal.
Begitupun dengan Bu yanti,ia segera mengambil air wudhu dan menuaikan sholat magrib.
Terlihat dikamar pak Santoso setelah menuaikan sholat magrib ia menganti lampu ke yang lebih redup,kemudian dia mengambil tasbih dan duduk bersila,berzikir melafadzkan asma Allah,setelah beberapa saat,terlihat ada bayangan putih keluar dari kepalanya,melesat kedepan.
Bayangan itu melesat seperti menembus batas tempat dan waktu,terlihat bayangan itu menyeruak masuk dalam kabut hitam pekat,berjalan menyusuri setiap tempat,tapi hanya kegelapan yang ada,ia mencari disetiap sudut,dipangilnya nama Dinda berkali-kali tapi ia belum mendengar suara sahutan dan keberadaannya.
Tiba-tiba dari balik kabut hitam ada yang menghalangi langkahnya,sebuah tangan menghantam dan mendorong sosok putih yang mencari Dinda.
"Akhhhh..."
Sosok putih itu terpental dan masuk kembali kedalam tubuh pak Santoso,pak Santoso yang sedang duduk bersila terjungkal dan memuntahkan darah segar ia pingsan tak sadarkan diri.
"Pakkkkk,"bu Yanti sedari tadi sudah ada dikamar Bapaknya panik,ia segera mengangkat tubuh Bapaknya ketempat tidur,walaupun dengan bersusah payah ia bisa merebahkan tubuh Bapaknya naik ketempat tidur,Bu Yanti mengelap darah disekitar mulut dan Baju pak Santoso.
Setelah beberapa saat,pak Santoso mulai membuka matanya,"ambilkan aku minum Yanti!"
Bu Yanti segera mengambil air putih dan memberikan pada pak Santoso.
"Malam ini juga Bapak mau menemui kyai Safi'i,aku tidak bisa mencari dan memanggilnya,ada kekuatan hitam yang menutupinya,kekuatan itu sangat besar dan sepertinya dia sedang mengincar Dinda."
"Tapi bagaiman kita akan kesana keadaan Bapak saja sedang lemah,apa tidak sebaiknya kita kesana besok pagi pak?"ujar bu Yanti,walaupun hatinya cemas memikirkan keadaan Dinda tapi ia juga tidak tega melihat keadaan Bapaknya yang lemah harus pergi ketempat Kyai Safi'i yang jaraknya lumayan jauh.
"Kalau begitu,coba kamu telpon Angga,dia cucu pak kyai,sampaikan aku sakit,butuh pertolongannya secepatnya,sana telpon sekarang juga biar dia cepat kesini,kita tidak punya banyak waktu."
"Baik pak,"jantungnya serasa mau copot mendengar ucapan Bapaknya,Bu Yanti segera menelpon Angga cucu kyai Safi'i sambil berderai airmata.
Sementara ditengah hutan,tampak Dinda sedang mengompres dahi Arin dengan handuk kecil,mata Arin tiba-tiba melotot,hitamnya naik tinggal putihnya saja.
"Arin sadar,Rin,"Dinda ketakutan begitu melihat mata Arin berubah.
Wira panik berusaha menyadarkan Arin,ditepuk-tepuknya pipi Arin,tiba-tiba Arin terbangun dan matanya melotot ke arah Dinda dan yang lainnya.
"Pergi dari sini,pergi sekarang juga kalau kalian tidak ingin mati disini."
Dinda ketakutan begitupun dengan Wira dan Dimas,mereka mencoba memcoba menyadarkan Arin.
Tapi Arin malah berontak ia kemudian menatap Dinda,"aku sudah peringatkan kamu,pergi tinggalkan tempat ini segera,pergiiii...,"mata Arin menatap marah pada Dinda.
"Arin sadar Rin,kita akan membawamu pulang,"ujar Wira sambil menangis.
"Aku bukan Arin,aku sudah peringatkan kalian jauhi tempat ini,pergi sebelum terlambat,"Arin tetap menyuruh mereka pergi,ia mulai mengamuk melempar semua barang.
Tak berapa lama,Dani masuk bersama Farhan,ketika Farhan masuk Arin langsung mengkerut kepojok tenda ketakutan,dia duduk sambil menatap wajah Farhan,tubuhnya mengigil.
"Pergilah,mahluk jahanam,aku tidak takut padamu,"Arin menunjuk kearah Farhan.
Farhan menatap tajam ke mata Arin,"kamu harus pergi dari sini atau kamu akan aku bakar,dan ingat jangan campuri urusanku,"ujar Farhan sambil terus menatap Arin yang semakin ketakutan.
"Ampun,jangan sakiti aku,"Arin menyembunyikan wajahnya dilutut,setelah itu ia terkulai lemas.
"Dia sudah pergi,"kalau kita memaksa pulang sekarang,aku tidak akan melarang kalian,tapi kalau malam hari kita akan susah mencari jalan keluar dari hutan ini,"ujar Farhan.
Semua orang terdiam,sementara tubuh Arin sedang ditopang Dinda,panas tubuhnya belum juga turun ia masih belum sadarkan diri setelah kerasukan.
Sambil memeluk Arin,Dinda terus berdoa dan dibisikan ketelinga Arin,pikiran Dinda terus berputar,sosok yang masuk ketubuh Arin tidak menyerang mereka,malah menyuruh mereka cepat meninggalkan tempat ini,"ada apa ini?"Dinda terus membatin sambil terus membaca doa ditelinga Aron.
"Jadi sekarang bagaiman,Arin benar-benar sakit,kita harus membawanya kerumah sakit,"ujar Dinda.
"Baiklah kita pergi,kita buat tandu dari sarung untuk membawanya,"ujar Farhan.
Akhirnya setelah disepakati bersama mereka akan keluar,tapi hanya membawa yang dibutuhkan,karena keadaan Arin yang harus ditandu dan pekatnya hutan yang susah ditembus.
kembali jadi ke aslinya kakek peot
dr awal aku juga udah curiga sama Dimas...
tengah malam puncak ritual
Dinda di buat telanjang
di depan pemuja setan ?
kabur ketangkep mulu
banyak jiwa Gentayangan
biarpun minim bekal nya
kakek dan Dinda butuh pertolongan secepatnya.
good luck Dani
mudah-mudahan dukunnya hebat aja ini ya ... kekuatan hitam dilawan kekuatan hitam juga... takutnya Dani nih malah meninggoy gimana....
perempuan itu
pemuja setann , sulit sekali di lawan
hutan mnjd angker karna banyak penganut iblis yang bebas melakukan ritual disana
bersekutu dgn ibliss
gaya nya sombong pula ,
tapi ngga tegas ,
pulang saja ,
ibu sama kakeknya juga blm kasih ijin ,