MATA BATIN

Awalnya kami tersesat di hutan bambu itu dan tidak bisa menemukan jalan keluar dan kami pun bertemu dengan seorang kakek tua yang baik hati dan juga ramah.

Ia berkata " Tuan dan Nyonya sedang apa anda berdua di dalam hutan bambu yang gelap ini...?" sambil bertanya kepada kami.

Aku pun berkata " Maaf kek kami tersesat dan tidak bisa menemukan jalan keluar. Sudah dua jam kami mencari jalan keluar tapi tidak berhasil." sambil menjelaskan semuanya kepada kakek itu.

Sang Kakek pun berkata " Memangnya kalian tinggal di mana...?" sambil kembali bertanya kepada kami.

Aku pun berkata " Kami berasal dari kota kek...karna jalanan macet jadi kami mengambil jalan pintas melewati hutan bambu ini namun bukanya sampai lebih cepat malah kami berdua tersesat." sambil menjelaskan semuanya kepada kakek itu.

Sang Kakek pun berkata " begini saja bagaimana jika kalian menginap di rumah kakek saja malam ini di sini tidak baik untuk kalian. Jangan sampai warga desa memfitnah kalian dengan pikiran negatif mereka sendiri." sambil menasihati kami.

Aku pun berkata " terima kasih banyak kek..." sambil menerima bantuannya.

Sang Kakek pun berkata " Mari ikut kakek ke desa nak." sambil meminta kami untuk mengikutinya ke desa terpencil itu.

Andre pun berkata " Hei...Queen kau yakin kakek ini orang yang baik...?" sambil terlihat hawatir.

Aku pun berkata " Aku yakin kenapa tidak jelas - jelas dia ingin membantu kita untuk keluar dari hutan bambu yang mengerikan ini apa kau ingin tidur di sini malam ini." sambil menasihatinya.

Andre pun berkata " Tidak..."

Aku pun berkata " Ya...sudah ikuti dia saja..." sambil memaksanya untuk mengikuti kami.

Sang Kakek pun berkata " Apakah kalian sepasang kekasih Nona...?" sambil bertanya kepada ku.

Aku pun berkata " Oh...tidak...kami hanya teman sekantor saja tapi ku lihat Nona bukan orang biasa kenapa Nona bisa ada di tempat yang menyeramkan ini...?" sambil bertanya kepada ku.

Aku berkata " Kami hanya tersesat kek..." sambil menjawabnya dengan singkat.

Lalu Andre pun berkata " Maaf kek bolehkah aku bertanya sesuatu kepada kakek...?" sambil memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu kepadanya mengenai arwah penasaran yang baru saja meneror kami.

Sang Kakek pun berkata " Tentu silahkan tuan bertanya kepada saya apa yang menganggu ketenangan tuan." sambil memberikannya izin untuk bicara.

Andre pun berkata " Kek...apa kah kau pernah bertemu dengan arwah seorang gadis yang gentayangan di hutan bambu ini...? Dia bilang dia di bunuh oleh penduduk desa dan disiksa sebelum kematiannya...?" sambil bertanya dengan lantang kepada kakek itu.

Sang Kakek pun berkata " Apa yang anda maksud adalah arwah Ningsih yang selalu mengenakan gaun putih dengan bercak darah dan celurit yang selalu berada di tangannya...?" sambil menanyakan itu kepada andre.

Andre pun berkata " Ya...sepertinya memang dia. Kakek mengenalnya...?" sambil bertanya kembali kepada kakek itu.

Sang Kakek pun berkata " Aku mengenalnya tapi lebih baik kita bicara saja di rumah ku nanti. jangan sampai warga desa mendengarnya lagi. Itu akan membawa malapetaka bagi kalian. Kalian akan di curigai oleh mereka." sambil menjelaskannya kepada sahabat ku andre.

Aku pun tertarik dengan ucapan sang kakek itu. Aku pun berkata " Jadi kita tidak boleh membicarakannya di sini...?" sambil memberanikan diri untuk melemparkan pertanyaan kepada kakek itu.

Sang Kakek pun berkata " tidak boleh...jika kalian ingin lebih tahu banyak tentangnya aku bersedia menceritakan kisahnya kepada kali saat kita sampai di rumah nanti tapi kalian tidak boleh mengatakan semua ini di hadapan penduduk desa. Karna mereka sangat membencinya." sambil menjelaskan semuanya kepada kami.

Aku pun berkata " Baiklah kami mengerti..." akhirnya aku dan andre pun menginap di rumah kakek itu dan beristirahat di sana selama beberapa hari sampai kami membersihkan namanya dari segala macam tuduhan yang tidak benar itu.