Pertemuan singkat yang tak disengaja itu yang akhirnya menyatukan Nabilla dan Erik, tanpa rencana apa pun dalam pikiran Nabilla tentang pernikahan namun tiba-tiba saja lelaki asing itu mengajaknya menikah.
Lamaran yang tak pernah dibayangkan, tanpa keramaian apapun, semua serba tiba-tiba namun membawa kebahagiaan.
Pertemuan menyebalkan itu telah membuat Nabilla dan Erik terikat seumur hidup, bahagia hanya itulah yang mereka rasakan.
Merangkai kisah rumah tangga yang bahagia meski selalu ada saja masalah, Erik dan Nabilla menciptakan kisah bahagianya sendiri di tengah gangguan menyebalkan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vismimood_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bukan Ulang Tahun Biasa
"Aku cantik kan?" Tanya Tyas.
"Iya, kamu gak usah make-up juga udah wow."
"Kamu kali kalau itu."
Dua sahabat tengah bergelut dengan banyaknya jenis makeup dimeja rias Nabilla, sudah jelas jika makeup itu milik Tyas. Mereka sedang mempercantik diri untuk lamaran Tyas, Nabilla sebenarnya tidak yakin karena keadaan saat ini terlalu aneh.
Tyas hendak lamaran namun justru sibuk di rumah Nabilla, bahkan tidak ada orang tua Tyas bersama mereka. Tyas mengaku jika orang tuanya tidak setuju dengan hubungan mereka, sehingga Tyas rela mengurus semuanya sendiri.
"Yas, kamu yakin dengan ini. Kamu tahu kan pernikahan itu gak boleh main-main, bukan apa-apa aku cuma gak mau kalau kamu menyesal nantinya."
"Ini baru tunangan Billa, aku yakin orang tua aku akan suka nantinya."
Nabilla hanya tersenyum singkat, bahkan sampai hari ini pun Nabilla belum bertemu dengan orang tua Tyas. Sudah tiga hari Tyas tidur di rumahnya, sahabatnya itu beralasan karena sedang konflik dengan keluarnya dan mungkin gara-gara lamaran hari ini.
Keduanya langsung memakai dress cantik setelah menghias wajahnya, kini mereka tampak begitu sempurna. Makeup Tyas memang lebih menonjol dari pada Nabilla, karena Nabilla hanya memakai bedak tipis dan tambahan blush on sedikit.
"Kamu mau pakai itu?" Tanya Tyas.
"Iya, kenapa memangnya?"
"Tidak, tanya saja."
Nabilla tersenyum, entah kenapa sahabatnya itu tampak menggeleng melihatnya, memang apa yang salah. Baju Nabilla sudah bagus kan sama-sama dress pendek selutut, bedanya memang milik Nabilla bertangan sedikit sedangkan Tyas tidak ada lengan sama sekali.
"Pergi sekarang?"
"Terserah, kamu yang punya acara."
"Baiklah, berangkat."
Tyas menggandeng Nabilla keluar kamar dan keluar rumah, Nabilla tersenyum karena ternyata sudah ada mobil yang menunggu. Sepertinya memang Tyas akan bahagia bersama dengan Daniel, lelaki itu sepertinya cukup mengistimewakan Tyas bahkan meski tanpa restu.
Keduanya masuk dan langsung dibawa pergi menuju lokasi, sepanjang jalan Nabilla melihat Tyas yang tampak gelisah. Seperti apa rasanya hubungan tanpa restu, sebahagia apa pun Tyas dengan lamaran ini pasti tetap saja hati kecilnya merasakan sedih.
"Tyas, kamu grogi ya?"
"Aku takut acaranya gagal, aku sama Daniel mengurusnya berdua saja."
"Tujuan kalian baik, Tuhan pasti akan bantu."
"Semoga saja ya."
Nabilla tersenyum seraya mengangguk, ia juga menggenggam tangan Tyas mungkin bisa sedikit mengurangi takutnya. Bagaimana pun Tyas harus bahagia hari ini dan semoga saja ada keajaiban yang akan mendatangkan orang tua Tyas, mereka berusaha ikut bahagia bersama putri mereka.
Panjang perjalanan mereka sampai di salah satu Hotel, Tyas dan Nabilla langsung disambut oleh satu orang penjaga. Tempatnya sedikit ramai, namun semakin lama mereka berjalan suasana menjadi hening perlahan.
"Silahkan."
"Terimakasih Pak." Sahut Nabilla.
Lelaki itu lantas pergi meninggalkan keduanya, Tyas sempat melirik Nabilla dan menunjukan wajahnya yang panik. Sesaat Nabilla menahan langkah mereka untuk masuk, Tyas harus tenang dulu diluar agar sampai ke dalam tidak menimbulkan hal yang tak diinginkan.
"I'm ok." Ucap Tyas.
"Baiklah."
Nabilla membuka pintu itu, namun lihatlah ruangannya begitu gelap dan mereka tidak bisa lihat apa pun. Perlahan kaki keduanya masuk dalam kegelapan itu, seketika pintu tertutup dan mengejutkan keduanya.
"Ini benar kan Yas?" Tanya Nabilla yang mulai panik.
Tyas bisa merasakan genggaman tangan Nabilla yang semakin kuat di tangannya, hingga akhirnya Nabilla menarik Tyas untuk berhenti. Nabilla mulai berpikir jika ini pasti terjadi kesalahan, lelaki tadi mungkin salah mengantarkan mereka.
"Ayo balik!" Ucap Nabilla seraya menarik Tyas putar balik.
"Bil-" pekik Tyas
Cling....
"Surprise!"
Lampu seketika menyala terang bersamaan dengan teriakan kompak orang disana, lagi Nabilla dibuat terkejut oleh mereka. Nabilla melihat gerombolan Daniel ada disana, bersama dengan sepasang orang tua.
Nabilla melirik Tyas yang tampak biasa saja, bahkan setelah melihat Daniel. Tyas menoleh dan tersenyum, dengan sengaja ia melepaskan genggaman Nabilla dan mundur ke barisan bersama mereka semua.
"Happy Birthday Nabilla," Sorak mereka kompak bersamaan dengan jatuhnya serpihan kertas warna warni menimpa tubuh Nabilla.
Nabilla tak bergeming, tak percaya dengan keadaan saat ini, ketiga kalinya Nabilla dibuat terkejut oleh poster besar yang terurai di belakangnya. Itu adalah gambar Erik yang sedang memegang bunga, Nabilla melihat mereka semua ternyata memang tidak ada Erik diantara mereka.
"Nabilla, will you merry me?"
Nabilla memutar tubuhnya mencari sumber suara, dari mana suara itu dan dimana Erik. Lampu mendadak redup digantikan oleh cahaya proyektor di dinding sana.
"Nabilla."
Entah apa semua ini, Nabilla jadi seperti orang bego yang hanya planga plongo melihat semuanya. Dan sekarang Nabilla melihat kedua orang tuanya divideo sana, Nabilla bahkan lupa jika hari ini adalah hari ulang tahunnya.
"Selamat ulang tahun Anak Ibu, usia kamu sudah 23 tahun sekarang. Semoga semakin sukses, semakin cantik, jadi orang yang lebih beruntung dalam segala hal." Doa sang Ibu.
"Amin, jangan pernah lupakan yang maha kuasa. Semakin dewasa hidup kamu akan semakin banyak cobaan, Nabilla harus kuat dan selalu memilih jalan terbaik. Bapak sama Ibu bangga dengan Nabilla yang sekarang." Tambah sang Bapak.
Nabilla menunduk kala air matanya tak kuasa dibendung, apa ini kejutan, bagaimana bisa Tyas siapkan semua ini sedangkan sepanjang hari ia habiskan bersama Nabilla. Secara tiba-tiba ada dua tangan yang merangkul pundak Nabilla, tentu saja segera Nabilla menoleh dan mendapati seorang wanita cantik berumur yang tersenyum padanya.
"Hallo cewek jutek!"
Nabilla kembali melihat layar itu dan kini sosok Erik justru ada ditengah orang tua Nabilla, mata Nabilla memicing tak percaya dengan itu semua.
"Kamu tidak percaya padaku pada malam itu, ya aku memang tidak memiliki ekpresi serius untuk dipercaya. Tapi lihatlah sekarang, setelah kamu menolak ku, justru kedua orang tua mu menerima ku."
Erik memeluk orang tua Nabilla bergantian, sebenarnya apa ini semua, kenapa ini tidak sesuai dengan perkataan Tyas. Kenapa justru Erik yang banyak bicara sedangkan Daniel hanya diam saja disana, lagi kenapa Tyas juga tak berbuat apa-apa.
"Aku tidak mendapatkan penolakan apa pun dari kedua orang tuamu, dan seharusnya kamu juga tidak mendapatkan penolakan apa pun dari orang tua ku."
Nabilla melihat wanita disebelah kirinya, dan kini datang seorang lelaki berdiri di sebelah kanannya. Apa mereka-
"Aku sudah jelaskan semuanya pada mereka, dan mereka setuju. Ah jadi wanita jutek, kali ini kamu harus menerima ku, karena aku sudah meminta mu pada orang tuamu dan orang tua ku akan meminta padamu langsung."
Nabilla kembali melirik lelaki disampingnya, lelaki itu terlihat mengeluarkan kotak kecil berwarna merah. Nabilla sempat melirik Tyas dan mereka semua, Tyas hanya tersenyum seraya mengangguk.
"Nabilla, saya sebagai Papa dari Erik. Malam ini dengan tulus, meminta kamu untuk menjadi istri dari Putra saya dan juga menjadi menantu dari saya dan Istri saya."
Nabilla melihat isi kotak itu tampak sebuah cincin dengan permata mungil berwarna ungu, tangis Nabilla semakin sesak saja sekarang. Ini bukan lamaran untuk Tyas, ini adalah lamaran untuk dirinya sendiri dari Erik.
Lelaki itu menghilang sejak malam itu, malam dimana Nabilla menolaknya tanpa basa-basi. Dan sekarang apa yang sudah dilakukannya, Erik menjadikan Nabilla seperti orang paling bodoh.
"Billa." Panggil Tyas.
Tyas akhirnya mendekat dan menunjukan layar ponselnya, disana sudah tersambung panggilannya dengan Erik. Lelaki itu masih bersama orang tuanya sekarang, pantas saja ia tidak ada diruangan ini bersama mereka semua.
"Kamu sudah dapatkan cincinnya?" Tanya Erik.
Tak ada jawaban, Nabilla hanya berusaha mengontrol dirinya saja. Farhan yang tak lain Papa dari Erik kembali menyodorkan cincin di kotak itu, Nabilla tetap tak bergeming karena tak tahu harus bagaimana.
"Tidak masalah Nabilla, kamu masih percaya pada Ibu dan Bapak?" Tanya Rosi di layar ponsel sana.
"Kamu akan bahagia." Sahut Arya.
Nabilla menutup wajahnya, ini terlalu mendadak, Nabilla tidak siapkan diri untuk semua ini. Ini kado ulang tahunnya, apa ini kado terindah untuknya, Tyas berhasil menipunya malam ini.
"Aku akan kembali, sampai jumpa besok." Pungkas Erik yang menutup sambungannya begitu saja.
"Nabilla." Panggil Farhan.
Terima.... Terima.... Terima....
Itulah sorakan kompak dari mereka semua, Nabilla bisa mendengarnya meski tidak melihatnya. Tyas mengusap lengan Nabilla, dan memintanya untuk menerima juga.
"Tidak apa-apa, aku yang akan bertanggung jawab." Tegas Tyas tanpa ragu.
Farhan mengulurkan tangannya meminta tangan Nabilla, keadaan ini mendadak membuat jantung Nabilla memburu. Lamaran bahkan pernikahan belum jadi mimpi Nabilla sampai saat ini, tapi siapa lelaki itu sampai berani melakukan ini untuknya.
"Billa." Ucap Tyas.
Nabilla mengulurkan tangannya dan membiarkan Farhan memasangkan cincinnya, Sejak kecil Nabilla hanya akan mendengar perkataan orang tuanya, apa pun yang menurut mereka baik pasti akan Nabilla turuti sekali pun tidak suka, karena hasil akhir Nabilla selalu merasa beruntung menjadi anak penurut.