NovelToon NovelToon
Cinta Terakhir Untuk Hito

Cinta Terakhir Untuk Hito

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Kisah cinta masa kecil / Idola sekolah
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Ana_nanresje

Namanya Rahayu yasmina tapi dia lebih suka dipanggil Raya. usianya baru 17 tahun. dia gadis yang baik, periang lucu dan imut. matanya bulat hidungnya tak seberapa mancung tapi tidak juga pesek yah lumayan masih bisa dicubit. mimpinya untuk pulang ketanah air akhirnya terwujud setelah menanti kurang lebih selama 5 tahun. dia rindu tanah kelahirannya dan diapun rindu sosok manusia yang selalu membuatnya menangis. dan hari ini dia kembali, dia akan membuat kisah yang sudah terlewatkan selama 5 tahun ini, tentunya bersama orang yang selalu dia rindukan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ana_nanresje, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

8_Liburan

Haciwww

Raya mengusap hidungnya yang ingusan lalu menerima obat yang Hito berikan padanya " Badan kaya krupuk kena air aja so soan main air, dasar anak mami." Cibir Hito sembari melirik Raya. Gadis itu tidak memperdulikannya, Justru dia lebih memilih untuk menikmati sup yang baru saja dibuatkan oleh Mbok Jum.

Sepulang dari sekolah tiba tiba tubuh Raya demam, hidungnya memerah dengan badan yang menggigil. Karena harus menjaga Raya, Hito tidak bisa keluar bersama teman temannya. Sang mama tercinta sudah tau jika Raya sakit dari Mbok Jum, sehingga mengancam akan memotong uang jajannya jika meninggalkan Raya yang sedang sakit.

Shit. Yang anak mamanya itu Raya apa Hito?

" Rese lo cung," Ucap Raya. Tangannya menyendok sup itu kedalam mulutnya " nggak asik, ngapain sih lo ngadu ke nyokap kalo gue dihukum sama pak kumis? Berasa paling bener aja lo. Lo juga tadi bolos dari kelas kan?"

Hito menyimpan ponselnya lalu menopang dagu dengan kedua tangannya. Matanya menatap lurus kedepan, menatap objek yang masih asik menikmati Sup buatan Mbok Jum " Baru juga dikasih obat udah manjur aja tuh efeknya. Lo udah sembuh? Kan udah bisa ngomel."

" Nggak lucu!" Ucap Raya semakin kesal.

" Gue nggak lagi ngelucu,"

" Bodo lah, males gue debat sama Lo."

" Lo yang mulai." Sahut Hito tak mau disalahkan " Besok kalo masih sakit jangan ikut liburan, dirumah aja sama Mbo Jum."

" Nggak bisa," Tolak Raya cepat " Kata Gita, semua siswa harus ikut."

" Tapi lo masih sakit dodol."

" Nggak, Pokoknya gue mau ikut. Sekalian jalan jalan, Kan lumayan otak gue butuh penyegar mumet liat muka lo lagi lo lagi."

" Terus ngapain lo balik ke indonesia kalo nggak mau liat muka gue huh?"

" It...ituu.. gue... guee.... "

" Guee guee apa? Udah pokoknya lo besok jangan ikut." Tegas Hito membuat Raya semakin merengut " Ini demi kebaikan lo. Iya aja kalo lo sehat mah, kan sekarang lo lagi sakit Ndutt."

" Tapi gue pengen ikut." Cicitnya. Tangannya mengaduk ngaduk sup yang masih tersisa di mangkuknya, rasanya Raya kehilangan seleranya.

" Nanti pelulusan juga lo bisa ikut. Liburan ini rutinitas tahunan SMA GARUDA. Harusnya bulan lalu kami liburan, tapi karena ada problem di undur jadi bulan ini. Lo istirahat dirumah aja di temenin Mbok Jum, yah?" Melihat wajah Raya yang berubah menjadi murung Hito hanya bisa mengesah pelan. Mengingat sikapnya yang selalu kasar pada gadis di hadapannya Hito merasa bersalah selain itu diapun merasa  dejavu dengan situasi ini.

" Yaudah liat besok aja besok, kalo kondisi lo baikan lo boleh ikut." Bibir Raya tersenyum tipis, matanya berbinar dengan kebahagiaan yang terpancar jelas dari matanya.

" Serius?" Hito mengangguk membuat Raya yakin jika ini bukan Mimpi atau halu " Tapi lo harus sehat, kkey?" Raya mengangguk mantap dengan senyum yang masih merekah di bibirnya.

" Yaudah lo istirahat. Gue mau keluar sebentar,"

" Udah malem, ngapain lo keluar?" Raya mengurungkan niatnya untuk bangkit dari kursi.

" Mau beli barang buat besok. Lo tidur, istirahat yang cukup. Jangan masuk kuping kanan keluar kuping kiri. Dengerin omongan gue!"

" Iya bawel. Gue cuma nanya. Hati hati Lo, jangan ngebut ngebut bawa motornya." Setelah memastikan Raya masuk kedalam kamarnya, Hito segera mengambil jaketnya lalu bergegas keluar menemui Ciko dan Rian. Mereka sudah menunggunya sedari tadi, meskipun terlambat setidaknya dia datang dari pada tidak sama sekali.

Hito tidak berbohong. Dia memang membeli barang barang yang akan dia butuhkan untuk besok malam. Mereka akan liburan ke bandung dalam rangka penaikan kelas kemarin. Setelah bermain sebentar dengan Ciko dan Rian, Hito kembali kerumahnya pertengahan malam. Dia menyimpan barang belanjaannya lalu menghampiri kamar Raya yang bersebelahan dengan kamarnya.

Langkahnya sangat pelan takut mengganggu sang empu kamar. Tangannya menyelipkan helaian hitam milik Raya kebelakang telinganya, lalu menyentuh kening Raya memastikan kondisinya. Demamnya sudah turun, wajah Raya pun sudah tak sepucat tadi. Gadis itu tertidur dengan pulas bahkan dengkuran halus keluar dari mulutnya.

" Masih lama?" Suara Hito terdengar dari balik Pintu. Raya menoleh sesaat lalu kembali memasukkan barang barangnya kedalam ransel dengan gerakan cepat dia tidak mau membuat pria itu menunggu.

" Udah, ayo." Ajaknya pada Hito.

" Ini, jangan lupa diminum obatnya." Hito menyerahkan kotak P3K lengkap dengan obat obatan yang Raya butuhkan selama di bandung nanti " Gue nggak bisa ngawasin lo setiap detik. Pertama kelas kita beda dan kegiatannyapun pasti beda. Kedua kita juga beda Bis, Lo duduk bareng temen jadi jadian lo itu."

" Gita. Namanya gita!" Ucap Raya memberitahu.

" Yah itu. Ketiga, ini kali pertama lo liburan di indonesia tanpa pengawasan orang tua. Pastiin ponsel lo selalu aktif dan langsung hubungin gue kalo ada apa apa, ngerti?"

Raya mengangguk. Lalu memasukkan kotak P3K itu kedalam ranselnya " Makasih Lo udah perhatian sama gue. Nggak nyangka lo bisa seperhatian ini sama gue, Gue seneng liatnya."

" Lo seneng, Gue kesusahan ini semua karena para orang tua."

" Omongan lo pedes, kaya netizen!" Raya berlalu meninggalkan Hito. Perkataan Hito kembali menampar ulu hati Raya, selain kepala batu Hito juga punya mulut yang tajam seperti pisau.

Mereka pergi ke sekolah diantar oleh pak Joko. Keduanya berjalan beriringan menghampiri Ciko dan Rian yang sudah tiba terlebih dulu sampai " Inget pesen gue di rumah." Ucap Hito mengingatkan.

" Iya bawel, Yaudah gue duluan." Raya pun berlalu meninggalkan mereka, berjalan kearah Bis kelasnya. Disana Gita sudah menantinya dengan senyum yang mengembang.

Pak Rehan dan pak Ilham menjadi pemandu perjalanan mereka. Semua murid di absen terlebih dulu lalu masuk kedalam Bis. Hito dan teman temannya sudah masuk terlebih dulu, dia memilih duduk dekat jendela agar lebih leluasa melihat kearah luar.

Dan kini saatnya giliran kelas Raya, Semuanya sudah di absen merekapun duduk sesuai arahan dari pak Rehan.

" Hai," Raya terkejut saat mengetahui siapa yang duduk disampingnya. Kepalanya menoleh kekiri dan kekan mencari Gita yang belum juga dia temukan.

" Nyari Gita?" Tanyanya. Raya mengangguk matanya masih mencari sosok teman gilanya itu " dia duduk dua kursi di belakang kita," Dan benar saja Gita duduk di belakang mereka. Dia ingin protes tapi terlebih dulu orang yang duduk disampingnya memberi tahu.

" Setiap kursi ada namanya. Dan ini sudah menjadi peraturan dari pak ilham. Walaupun Lo mau protes lo nggak bakal bisa buat pindah ke kursi belang."

" Tapi kenapa harus lo?"

" Emang kenapa kalo gue?" Tanya pria itu yang tak lain adalah Dirga.

" Itu.. gue.. gue belum terbiasa kalo bukan sama Gita." Elaknya mencari alasanan. Tidak mungkin dia mengatakan yang sebenarnya jika Hito melarangnya untuk dekat dengan Dirga.

" Justru itu, ini saatnya biar lo terbiasa." Dirga tersenyum manis padanya dan Raya membalasnya. Sial. Raya tak tahu harus berbuat apa, untung saja Hito tak ada disini. Jika ada, mungkin pria itu akan memarahinya habis habisan.

Tunggu!

Apa masalahnya jika Raya dekat dengan Dirga? Hito yang menjadi Rival Dirga bukan dirinya. Jadi fine fine saja bukan jika Raya berteman dengan Dirga? Jika di lihat kembali, Dirga itu panutan, baik, pinter, dan tentunya humble jangan salah banyak adek adek gemes yang mengidolakannya juga.

" Tidur gih, perjalanan kita cukup panjang." Setelah mesin Mobil menyala Bis yang Raya tumpangi jalan terlebih dulu. Raya duduk di dekat jendela sehingga saat melewati Bis yang Hito tumpangi pria itu dapat melihat dengan jelas siapa orang yang duduk dengan Raya.

Hampir Dua jam perjalanan mereka tempuh ke tempat yang mereka tuju. Pak Rehan membimbing mereka untuk segera turun dan menuju Villa. Sebelumnya mereka terlebih dulu di kumpulkan karena villa laki - laki dan perempuan berlawanan. Villa untuk pria berada disebelah timur sedangkan untuk perempuan berada di sebelah barat.

Karena tadi mereka berangkat jam delapan malam dan sekarang tepat pukul sepuluh. Pak Rehan menyuruh para siswa untuk ke kamar mereka masing masing, karena inti acara mereka akan mereka lakukan besok pagi.

Hito tak bisa berbuat apa apa saat Dirga terang terangan terus memperhatikan Raya. Gadis itu sudah terlebih dulu meninggalkan aula bersama Gita sehingga membuatnya bisa bernafas lega.

Perjalanan yang cukup melelahkan membuat para siswa langsung membangun dunia mimpinya. Begitupun dengan dua sejoli yang tak lain adalah Raya dan Gita, mereka tinggal di kamar yang sama. Di pertengahan malam, Raya terbangun tenggorokannya terasa kering, dia memutuskan untuk mengambil air yang berada diranselnya.

Tak sengaja dia menjatuhkan kotak P3K, bibirnya tersenyum mengukir bulan sabit di wajahnya. Hito, pria yang dulu kurus dan ceking itu kini berubah menjadi sosok pria yang tampan. Memiliki tubuh yang bagus seperti model. Raya kembali memasukkan benda itu kedalam ranselnya lalu dia kembali tertidur setelah membasahi tenggorokannya.

Pagi sekali mereka sudah dibangunkan oleh Bu Dona, wali Kelas Hito. Mereka disuruh untuk bersiap siap karena akan senam pagi setelah itu disambung dengan sarapan.

Benar kata Hito, acara dan kegiatan mereka berbeda. Mata Raya terus mencari teman masa kecilnya itu setelah mengikuti senam. Dan kini mereka tengah mengantri untuk mengambil sarapan.

" Cung," Raya bergegas memanggil Hito saat ekor matanya melihat si empu manik hitam itu. Hito tengah menikmati sarapannya bersama Ciko dan Rian.

" Jangan lari larian tar Lo jatuh," Raya tidak memperdulikannya. Kakinya terus melangkah cepat ingin segera sampai pada tujuannya.

" Ray tungguin gue." Gita ikut berlari mengikuti Raya dari belakang. Ciko Rian dan Hito hanya bisa menggelengkan kepala. Raya dan Gita seperti paket lengkap yang sudah tuhan ciptakan. Dua duanya memiliki suara yang cempreng dan nyaring.

" Gimana udah mendingan Ray, kata Hito lo lagi sakit?" Tanya Ciko.

" Gue udah baikkan kok,"

" Jangan cape cape. Tubuh lo kan manja, kena air dikit aja langsung sakit." Ucap Hito memperingati.

" Iya iya. Bawel deh udah kaya mami aja. Bisa nggak jangan ngomongin gituan dulu. Suasana liburan nih!" Sahut Raya.

" Tau. Ganggu kesenangan orang aja." Timpal Gita.

" Lo yang ganggu kita." Balas Ciko tak terima.

" Udah. Kok malah adu mulut sih? Lebih baik kalian cepet habisin sarapannya karena bentar lagi kita mau penjelajahan."

" Serius?" Tanya Gita dengan mulut penuh makanan.

" Iya. Tapi mungkin kelas kita yang awalan berangkat selang lima atau sepuluh menit baru kelas kalian." Jawab Rian.

" Panas panas gini penjelajahan? Yang bener aja."ucap Gita tak suka.

" Banyak omong lo, panasnya Jakarta sama Bandung tuh beda. hidup lo ngeluh mulu kerjaannya."

" Bodo!" Sewot Gita tak suka dengan Perkataan Ciko.

" Obat lo diminum, vitaminnya juga."

" Iya bawel iya. Ini gue lagi sarapan dulu. Bisa diem nggak sih lo?" Raya mendengus kesal, Hito mengatup bibirnya lalu mempersilahkan Raya kembali melanjutkan sarapannya.

Setelah berbincang sesaat dengan mereka, Gita dan Raya kembali ke kamar, mengganti baju dengan pakaian bersih dan bersiap siap untuk melakukan penjelajahan. Semua siswa kembali di kumpulkan lalu dua orang pemandu memberikan sedikit arahan pada mereka. Setelah mereka mengerti kelas Hito terlebih dulu berangkat di susul kelas Raya setelah lima menit berlalu.

Pemandangan di kota kembang bandung, membuat perjalanan jauh ini terbayarkan, Raya memandang takjub hamparan kebun teh di depannya. Tangannya terulur menyentuh dan memetik pucuk teh yang terlihat segar. Raya sedikit memotong daun teh itu lalu menghirup aromanya.

Menyegarkan.

Para siswa dan siswi di berikan waktu untuk menikmati hamparan kebun teh ini. Mereka berfoto bahkan ada yang berlari larian seperti cuplikan di sebuah film atau sinetron. Begitupun dengan Gita, gadis itu tak mau ketinggalan dengan teman temannya yang lain dia ikut menjepret beberapa foto menggunakan ponsel canggihnya.

Raya menghirup aroma perkebunan itu pelan pelan lalu menghembuskannya. Rasanya sangat sejuk dan segar. Kakinya melangkah mendekati objek yang mencuri perhatiannya. Kupu kupu berwarna hitam berpadu dengan warna putih mencuri perhatian Raya untuk diambil gambarnya. Tanpa dia sadari jika kakinya terus melangkah menjauh dari rombongannya.

Gita terlihat panik saat menyadari jika Raya tidak bersama mereka. Saat ini mereka sudah berada di aula, beristirahat sejenak karena habis melakukan perjalanan panjang setelah menjelajahi perkebunan teh.

" Kamu udah cari Raya dikamar?"

" Udah pak, tapi Raya nggak ada." Jawab Gita. Pak Ilham dan pak Rehan membantu Gita mencari Raya di sekitar Vila namun gadis itu belum juga di temukan. Hujan turun secara tiba tiba membuat Mereka menunda pencarian. Pak Ilham meminta bantuan pada pemandu tadi untuk membantu mencari muridnya itu.

Kabar hilangnya Raya pun sampai ke villa pria. Hito yang mendengarnya langsung memastikannya bertanya pada pak Ilham selaku wali kelas Raya. Setelah benar benar memastikan kabar itu, tangan Hito terkepal dengan rahang yang mengeras. Dia tidak peduli dengan hujan angin diluar sana yang dia tahu saat ini, dia harus segera menemukan Raya sebelum terjadi sesuatu padanya.

Di sebuah gubuk yang reot tanpa dinding Raya meneduh dari derasnya air hujan. Langit mulai gelap dengan kilat yang terus terlihat jelas di atas sana. Raya memeluk dan mengusap lengannya sendiri. Langit yang awalnya cerah tiba tiba berubah menjadi awan hitam dan menjatuhkan air seperti kristal. Raya berusaha menghubungi Hito namun sialnya tidak ada sinyal. Raya tidak punya pilihan meskipun dia sedikit takut dia harus tetap meneduh karena melihat hamparan kebun teh yang sepertinya sangat jauh dari vila mereka.

Tiga jam. Raya meneduh dan membiarkan tubuhnya terkena embun yang terbawa angin. Hujan mulai Reda dan Raya memberanikan diri untuk turun dari perkebunan teh itu. Tidak ada cahaya lampu atau sejenisnya Raya hanya bisa mengandalkan cahaya dari rembulan karena awan hitam sudah tergantikan.

Suara serangga menjadi teman perjalananya. Dia bingung sekaligus takut jika jalan yang dia tempuh ini semakin membuatnya jauh dari penginapan. Kakinya terus berjalan, berharap menantikan suatu keajaiban.

Srekk

Brukk

" Awws!" Raya terjatuh, tersandung rumput liar yang menjerat kakinya. Lutut Raya membentur jalan yang berbatu dan telapak tangannya yang terluka mengeluarkan darah karena bergesekan dengan jalan yang terjal.

" Hiks. Cung. Hiks!" Raya berdiri. Berjalan tertahih. Air matanya mengalir rasa takut itu semakin menyelimutinya.

" Hito.... gue takut!" Ucapnya. Raya berharap Hito segera menemukannya dan membawanya pergi dari tempat yang gelap itu. Tapi sejauh matanya memandang hanya perkebunan teh saja, tidak ada cahaya lampu yang dapat dia lihat. Ponselnya mati, Raya lupa mengisi baterai ponselnya.

" Hiks!" Raya terus berjalan dengan kepala yang menoleh kekiri dan kenan. Rasa sakit di kakinya berusaha dia abaikan.

Tap

Tap

Langkah Raya terhenti. Wajahnya yang tadi penuh dengan keputus asaan kini terbit sebuah senyuman di bibirnya. Dia terus melangkah mendekat pada Pria yang kini berada di hadapannya.

Raya langsung menghamburkan tubuhnya memeluk erat pria itu dan membiarkan air matanya kembali  jatuh " Hiks. Gue takut. Gue takut. Hiks!" Tangan itu terangkat menyentuh punggung Raya lalu menepuknya pelan, berharap gadis itu akan segera membaik.

Dari sisi lain sepasang mata menyaksikan kejadian itu. Nafasnya masih tersenggal senggal karena habis berlari. seperti ada yang meremas kuat paru parunya saat pria itu memeluk Raya tepat di depannya. Dia benci situasi seperti ini dia membencinya. Dia benci jika harus berurusan dengan seorang Dirga, Hito membencinya.

1
Hatus
Padahal jalan masih luas tapi sukanya lewat jalan yang sempit kayaknya memang suka cari perhatian.😑
Celeste Banegas
Wow, aku suka banget dengan kejutan di tiap chapternya. Keren! 🤯
OsamasGhost
Cepat update, jangan biarkan kami menunggu terlalu lama!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!