Yuan Sheng, kultivator terkuat yang pernah ada, bosan dengan puncak kesuksesan yang hampa. Tak ada tantangan, tak ada saingan. Kehidupannya yang abadi terasa seperti penjara emas. Maka, ia memilih jalan yang tak terduga: reinkarnasi, bukan ke dunia kultivasi yang familiar, melainkan ke Bumi, dunia modern yang penuh misteri dan tantangan tak terduga! Saksikan petualangan epik Yuan Sheng saat ia memulai perjalanan baru, menukar pedang dan jubahnya dengan teknologi dan dinamika kehidupan manusia. Mampukah ia menaklukkan dunia yang sama sekali berbeda ini? Kejutan demi kejutan menanti dalam kisah penuh aksi, intrik, dan transformasi luar biasa ini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wibuu Sejatii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 3.9 : Memilih Batu
Wu Yuan sedang dibimbing Pak Tua Fang Diwang tentang arti uang di zaman sekarang. Tapi mereka semua tidak tahu kalau ada beberapa bos besar yang berteriak marah karena mendapatkan hasil giok berkualitas rendah, hingga membuat mereka rugi besar.
“Huh… Kamu mengatakan kalau kamu adalah ahli top dari Ibukota Kekaisaran, tapi kamu lihat hasil dari apa yang kamu pilih…!!! Bahkan dibandingkan dengan anak-anak saja kamu kalah telak…!!!” teriak salah satu bos besar itu, membandingkan ahli pemilih batu dengan Wu Yuan yang dilihatnya menghasilkan giok bermutu tinggi.
Ahli tersebut menatap Wu Yuan dengan marah dan iri. Dia marah kepada Wu Yuan karena Wu Yuan bisa melampauinya. Banyak bos besar kali ini melirik Wu Yuan dengan serakah, karena Wu Yuan mampu memilihkan batu dengan tepat—artinya, mereka menganggap Wu Yuan sebagai harta karun. Namun, banyak ahli batu menatap Wu Yuan penuh dengan amarah dan iri, beberapa bahkan berniat jahat.
Fang Diwang tahu kalau Wu Yuan sebenarnya sangat polos. Dia takut kalau Wu Yuan akan menjadi rebutan oleh bos-bos besar yang ada di sini. Para bos itu tahu kalau semua batu milik Bos Fang Diwang adalah hasil pilihan Wu Yuan. Belum lagi batu milik Nona Gin Ling yang sudah dibelah dan menghasilkan giok bermutu tinggi semuanya. Dan batu milik Nona Gin Ling juga dipilih oleh Wu Yuan—hal ini bukan rahasia lagi, karena tempat itu sangat terbuka dan dapat dilihat oleh banyak orang.
Tanpa permisi, Fang Diwang langsung mengirim uang sebanyak satu miliar lagi ke rekening Wu Yuan. Dia ingin mengikat Wu Yuan menggunakan uangnya.
“Pak Tua Fang Diwang, saya tidak meminta uang banyak kepada Anda, kenapa Anda mengirimkan uang sebanyak ini ke rekening saya?”
“Hehehe… Nak, saya hanya ingin berteman denganmu dan berharap kamu akan membantu saya lagi dalam memilih batu di tempat lain.”
“Hmmm… Pak Tua, Anda salah kalau mengharapkan bantuan saya hanya dengan uang. Uang bukanlah segalanya. Memang uang mampu membeli banyak hal, tapi tidak akan mampu membeli kebahagiaan dan membeli keahlian saya.”
“Ohhh… Baiklah, sekarang kita makan terlebih dahulu di Restoran Fuxhi di Kota Fongkai ini bersama.”
Wu Yuan tersenyum senang. Bagaimanapun, tadi ketika berangkat dia memang belum makan. Apalagi Pak Tua Fang Diwang ingin mengajaknya makan di restoran. Selama ini Wu Yuan hanya bisa menelan ludah ketika melihat orang memasuki restoran-restoran di Kota Fongkai. Tapi malam ini dia diundang untuk memasuki restoran dan makan di sana—bagaimana dia tidak senang?
Kebahagiaan itu sebenarnya cukup sederhana bagi orang miskin. Cukup membawanya ke tempat-tempat yang tidak pernah dikunjunginya dan juga tempat menyenangkan, maka akan membuat orang tersebut bahagia. Seperti saat ini, Pak Tua Fang Diwang mengajak Wu Yuan untuk makan di restoran terbaik se-Kota Fongkai—sudah pasti Wu Yuan akan sangat bahagia.
Ketiganya memasuki mobil Rolls Royce dan melaju ke pusat kota menuju Restoran Fuxhi. Restoran Fuxhi di Kota Fongkai termasuk restoran termewah dan terbaik se-Kota Fongkai. Ketika mobil Rolls Royce sampai di depan restoran, para pelayan pria restoran segera membukakan pintu mobil dan mempersilakan ketiga orang istimewa itu memasuki restoran.
Restoran Fuxhi memiliki tiga lantai. Lantai pertama adalah lantai untuk tamu biasa, sedangkan lantai kedua adalah untuk tamu VIP dengan ruangan terbuka. Sedangkan di lantai tiga, itu khusus lantai yang menyediakan ruangan-ruangan VIP untuk makan dengan tenang.
“Siapkan ruang VIP untuk kami.”
Terdengar suara Pak Tua Fang Diwang memberi perintah kepada pelayan di sana. Dia akan menjamu Wu Yuan dengan makanan paling baik se-Kota Fongkai.
“Baik, Tuan. Silakan ikuti saya.”
Terdengar suara pelayan wanita yang mengarahkan ketiga orang itu menuju sebuah ruangan mewah di atas, tepatnya di lantai tiga menggunakan lift.
Sesampainya di lantai tiga, mereka diarahkan ke sebuah ruangan VIP yang cukup mewah untuk ukuran Kota Fongkai. Pak Tua Fang Diwang dan cucunya ketika masuk tampak biasa saja. Mereka bahkan tidak melirik furnitur di ruangan tersebut; bagi mereka, ruangan VIP ini tidak mewah dan terkesan biasa saja. Beda dengan Wu Yuan, dia terus membolak-balik kepalanya untuk melihat seluruh ruangan dan mendecakan lidahnya.
“Tuan… Ini buku menunya, silakan pesan.”
Seorang pelayan memberikan tiga buku menu yang cukup mewah, bahkan sangat mewah bagi Wu Yuan. Ketika Wu Yuan membuka buku menu, kepalanya langsung sakit, karena dia tidak mengerti nama-nama makanan yang ada di dalam buku menu.
“Nona Fang Ling dan Pak Tua Fang Diwang, kalian saja yang pesankan makanan saya, karena saya belum pernah masuk ke restoran.”
Pak Tua Fang Diwang hanya tersenyum saja, sedangkan Fang Ling tertawa melihat tingkah Wu Yuan.
“Hehehe… Saudara Wu Yuan, apakah kamu menyukai makanan dari daging babi, bebek, sapi, atau ayam?”
Wu Yuan, yang sudah terbiasa makan hemat selama bertahun-tahun dan menganggap semua makanan enak serta tidak memilih makanan…
“Terserah, yang mana saja saya akan memakannya.”
“Hehehe… Baiklah, saya akan memesankannya untuk Anda.”
Fang Ling memesan semua hidangan untuk Wu Yuan, kakeknya, dan juga dirinya. Kemudian pelayan mencatatnya lalu pergi.
Di dalam ruangan VIP, saat ini ketiganya duduk dengan santai. Pak Tua Fang Diwang menatap Wu Yuan lalu bertanya.
“Nak Wu Yuan, kalau boleh tahu, di manakah kamu tinggal atau asalmu?”
“Ohh… Saya tinggal di sebuah desa yang sangat terpencil di Kabupaten Tonglishan.”
Mendengar nama kabupatennya, Pak Tua Fang Diwang sedikit mengerutkan dahinya, karena dia sama sekali belum pernah mendengar nama kabupaten tersebut. Tapi beberapa saat kemudian dia pun menjadi santai lagi dan bertanya.
“Kamu sekarang sekolah di Sekolah Menengah Atas Ciangkaishan? Apakah kamu ingin sekolah di kota yang lebih besar? Soal biaya sekolah, kamu jangan takut, saya akan menanggungnya. Semua biaya sekolahmu akan saya tanggung.”
“Pak Tua…”
Sebelum Wu Yuan melanjutkan kata-katanya, Pak Tua Fang Diwang mengangkat tangannya memberi tanda untuk Wu Yuan diam dulu.
“Nak… Jangan panggil saya Pak Tua, cukup panggil saja Kakek.”
Mendengar kata-kata dari Pak Tua Fang Diwang, Wu Yuan hanya menganggukkan kepalanya dan melanjutkan kata-katanya lagi.
“Kakek Fang, sekolah di Kota Fongkai ini sudah cukup membuat saya merasa bahagia. Saya tidak ingin sekolah di kota lainnya. Lagi pula, dari Kota Fongkai ini, satu minggu sekali saya akan kembali pulang ke kampung saya untuk berkumpul dengan keluarga.”
“Ohhh… Kalau begitu, pada saat liburan, apakah kamu ada kegiatan?”
Pak Tua Fang Diwang berniat untuk mengajak Wu Yuan berkeliling di beberapa provinsi untuk membeli batu mentah. Saat ini dia sudah sangat amat yakin dengan kemampuan Wu Yuan dalam melihat batu mentah, karena dari lima belas batu yang dipilih oleh Wu Yuan, semuanya berisikan batu giok bermutu tinggi, tidak ada kesalahan sedikit pun. Itu artinya keakuratan pilihan Wu Yuan mencapai seratus persen. Kehebatan ini bahkan jauh melebihi keakuratan para ahli pemilih batu top di seantero Kekaisaran Naga.
Provinsi di Kekaisaran Naga ini berjumlah hampir seratus provinsi, dan setiap provinsi memiliki keunikannya dan kelebihannya serta kekurangannya masing-masing. Pak Tua Fang Diwang sudah hampir mengelilingi seluruh provinsi Kekaisaran Naga ini, dan dia belum pernah bertemu dengan seorang ahli batu semuda dan seakurat Wu Yuan. Karena itu, dia sangat ingin mengikat Wu Yuan menjadi miliknya sendiri, namun dia masih belum menemukan alasan untuk mengikat Wu Yuan.
“Nak Wu Yuan, bagaimana kalau keluargamu pindah saja ke Kota Hubing? Saya akan menyediakan sebuah vila mewah dan juga semua fasilitas lengkap untuk keluargamu di sana?”
Mendengar kata-kata dari Pak Tua Fang Diwang dan juga memikirkan sifatnya yang ingin terus menerus mengikatnya, Wu Yuan memang polos, tapi dia juga tidak bodoh.
“Kakek Fang, maafkan saya. Orang tua saya tidak suka tinggal di kota. Bahkan di Kota kecil Tonglishan saja, dia tidak mau tinggal di kotanya, apalagi di Kota Hubing.”
“Ohhh…”
Kali ini Pak Tua Fang Diwang terdiam cukup lama, sampai beberapa pelayan tampak memasuki ruangan itu dan membawa hidangan pesanan mereka tadi.
Wu Yuan melihat hidangan yang ada di depan meja dan jakunnya nampak naik turun, karena aroma dari makanan yang disajikan sangat harum dan menggugah selera.
Selesai bersantap, ketiganya turun dan Pak Tua Fang Diwang mengantarkan Wu Yuan kembali ke Jalan Manzhouli nomor tiga tanpa pembicaraan yang berat-berat. Setelah pembicaraan di dalam restoran, Wu Yuan menjadi lebih waspada terhadap Pak Tua Fang Diwang, dan tidak mau terlalu banyak bicara. Wu Yuan sedikit menjaga jarak dalam berbicara.
Sebenarnya di mata Wu Yuan ada keraguan untuk mengatakan sesuatu kepada Pak Tua Fang Diwang, karena dia dapat merasakan bahwa Pak Tua Fang Diwang saat ini mengidap sebuah penyakit. Menurut Kesadaran Ilahi milik Wu Yuan yang tadi dia edarkan ke sekeliling tubuh Pak Tua Fang Diwang, dia dapat melihat bahwa Pak Tua Fang Diwang memiliki penyakit jantung dan juga tulang. Tapi karena dia ingin menjaga jarak, akhirnya, Wu Yuan hanya bisa diam dan tidak mengatakannya.
Selesai mengantarkan Wu Yuan, Pak Tua Fang Diwang pun berkata pada saat Wu Yuan telah turun dari mobil.
“Nak Wu Yuan, kalau nanti saya akan memilih batu lagi, apakah kamu bisa membantu saya lagi?”
“Kalau waktu saya luang dan tidak mengganggu kegiatan sekolah saya, maka saya bersedia membantu Kakek Fang.”
“Baiklah, selamat tinggal. Semoga kita bertemu kembali.”
“Ya, selamat malam, Kakek Fang.”
Mobil mewah Pak Tua Fang Diwang pun meninggalkan daerah tersebut, dan Wu Yuan bersiap untuk memasuki rumah kos untuk beristirahat. Saat ini sudah menunjukkan pukul sepuluh malam, jadi Wu Yuan ingin buru-buru beristirahat.
Tapi baru saja dia akan membuka pintu rumah kos, tiba-tiba terdengar suara bentakan dari kejauhan.
“Bocah…!!! Serahkan uang yang telah kamu dapatkan tadi…!!!”
Wu Yuan terkejut dan melihat di ujung jalan yang sedikit gelap, di sana terlihat ada dua orang yang sedang berjalan menuju tempat Wu Yuan. Keduanya adalah seorang praktisi Tenaga Dalam tingkat lanjut dan satunya yang lebih tua merupakan seorang praktisi kultivator biasa, tapi telah memiliki ranah setara dengan Penempaan Fisik Tahap Kedelapan.
Saat ini, Wu Yuan juga telah menerobos ke Ranah Penempaan Fisik Tahap Delapan, karena telah dua kali dia mendatangi pusat perjudian batu judi, maka secara otomatis tubuhnya terus menerus menyerap energi spiritual di sana dengan gila-gilaan, sehingga membuat ranahnya meningkat. Wu Yuan tidak takut bila terus menerus menerobos di ranah dasar Pembentuk Awal, apalagi pemahaman Wu Yuan tentang kultivasi sudah sangat tinggi, jadi pondasinya juga selalu stabil dan kuat.