NovelToon NovelToon
Kirana Gadis Indigo

Kirana Gadis Indigo

Status: tamat
Genre:Anak Genius / Cinta pada Pandangan Pertama / Tamat
Popularitas:16.9k
Nilai: 5
Nama Author: inda

Kirana, seorang siswi SMA dengan kemampuan indigo, hidup seperti remaja pada umumnya—suka cokelat panas, benci PR Matematika, dan punya dua sahabat konyol yang selalu ikut terlibat dalam urusannya: Nila si skeptis dan Diriya si penakut akut. Namun hidup Kirana tidak pernah benar-benar normal sejak kecil, karena ia bisa melihat dan berkomunikasi dengan arwah yang tak terlihat oleh orang lain.

Saat sebuah arwah guru musik muncul di ruang seni, meminta bantuan agar suaranya didengar, Kirana terlibat dalam misi pertamanya: membantu roh yang terjebak. Namun kejadian itu hanyalah awal dari segalanya.

Setiap malam, Kirana menerima isyarat gaib. Tangga utara, lorong belakang, hingga ruang bawah tanah menyimpan misteri dan kisah tragis para arwah yang belum tenang. Dengan bantuan sahabat-sahabatnya yang kadang justru menambah kekacauan, Kirana harus menyelesaikan satu demi satu teka-teki, bertemu roh baik dan jahat, bahkan melawan makhluk penjaga batas dunia yang menyeramkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 34

Nila jatuh dari langit gelap, dan mendarat perlahan di tanah berpasir putih. Sekelilingnya sunyi, seperti padang gurun yang luas tak berujung. Tak ada jejak kaki selain miliknya. Tapi jauh di kejauhan, terlihat bangunan seperti sekolah—tapi berdiri sendiri, melayang di atas tanah, dihubungkan oleh jembatan cahaya.

"Apa ini... dunia bawah sadar?" gumamnya.

Ia melangkah dengan hati-hati menuju bangunan itu, tiap langkahnya memantulkan suara gema yang seperti berasal dari dalam dirinya sendiri.

"Kenapa kamu selalu merasa paling lemah?" "Kenapa kamu terus membandingkan dirimu dengan Kezia atau Kirana?"

Nila menutup telinga. "Diam!"

"Karena kamu memang tidak yakin pada dirimu sendiri."

Ia berlari. Tapi suara-suara itu mengikuti.

---

Di dalam gedung, Nila menemukan ruang kelas yang penuh dengan cermin. Dalam setiap cermin, bukan wajahnya yang tampak, tapi wajah Kezia, Kirana, Diriya, bahkan Radit dan Jalu.

"Kenapa aku hanya melihat mereka?"

Satu suara dari belakang menjawab, "Karena kamu tidak pernah melihat dirimu sendiri."

Nila menoleh. Di sana berdiri seorang gadis berpakaian persis seperti dirinya, tapi seluruh wajahnya polos seperti topeng putih kosong.

"Aku... kamu?"

Gadis itu mengangguk. "Aku adalah gambaran dirimu yang tidak percaya pada potensi sendiri. Kamu terlalu sibuk menilai orang lain lebih hebat, sampai lupa melihat bahwa kamu... adalah bagian dari enam cahaya. Tanpamu, mereka tidak lengkap."

---

"Tapi aku hanya bisa merasakan energi. Bukan seperti Kirana yang bisa melihat roh, atau Jalu yang bisa membaca simbol."

"Kamu tahu? Energi tidak pernah bohong. Kamu yang pertama kali merasakan pergerakan roh jahat. Kamu yang menyadari adanya pengulangan waktu lebih awal dari yang lain. Kamu pelindung pertama, karena kamu peringatan."

Cermin-cermin di sekitar mulai bergetar. Satu per satu pecah, dan dari setiap pecahan muncul bayangan dirinya sendiri—semua dalam posisi ragu, takut, mundur.

"Kalau kau ingin kembali... kalahkan rasa takutmu. Katakan apa yang kamu yakini."

Nila mengangkat kepala.

"Aku tidak sempurna. Tapi aku bagian dari mereka. Aku tidak akan mundur. Aku adalah Nila... dan aku pantas berada di sisi mereka."

Cermin terakhir bersinar dan membentuk jalan cahaya ke langit.

Sosok berkepala kosong tersenyum. "Akhirnya kau melihat dirimu sendiri."

---

Saat cahaya menyelimuti tubuhnya, suara Kezia terdengar pelan.

"Nila... kamu kembali, kan? Kita semua butuh kamu."

Nila menjawab dengan mata terbuka, penuh ketenangan.

"Aku kembali. Dan kali ini... aku percaya pada diriku sendiri."

---

Kezia terbangun dalam ruangan berdinding merah marun. Langit-langit ruangan menjulang tinggi, dihiasi lampu gantung yang terus berputar perlahan meski tak ada angin. Di dinding, tertulis dengan kapur putih:

"SELAMAT DATANG DI RUANG PENILAIAN."

Kezia berdiri perlahan, merasakan kakinya menyentuh lantai dingin dari ubin hitam mengilap. Ia melangkah hati-hati hingga menemukan sebuah pintu tinggi.

Begitu pintu itu dibuka, ia melihat dirinya sendiri—sedang berdiri di tengah panggung, dikelilingi oleh ratusan kursi kosong.

"Apa ini?" gumamnya.

Tiba-tiba kursi-kursi itu terisi. Wajah-wajah penonton muncul: guru, teman sekolah, keluarganya, bahkan sahabat-sahabatnya—Radit, Kirana, Nila, Diriya, Jalu—semua ada di sana.

Tapi tak satu pun dari mereka tersenyum. Wajah-wajah itu kosong. Dingin. Menatapnya seolah menunggu jawaban.

Di tengah panggung, mikrofon menyala.

Suara berat menggema:

"Kezia. Kamu dikenal sebagai si kuat. Si pendiam. Si pengamat. Tapi... apa kamu tahu betapa dalamnya pengaruhmu terhadap orang lain? Dan apakah kamu pernah bertanya, mengapa kamu selalu bersembunyi di balik sikap tenangmu?"

---

Kezia menelan ludah.

"Aku... aku tidak bersembunyi. Aku hanya tidak suka menarik perhatian. Aku lebih suka mengamati dulu, baru bicara."

"Atau... kamu takut salah? Takut dilukai? Takut kehilangan kontrol?"

Mikrofon berpendar. Sorotan lampu jatuh padanya.

Kezia menutup mata. Suaranya nyaris bergetar.

"Aku takut... membuat keputusan yang salah. Aku takut memimpin, karena jika aku gagal, yang terluka bukan cuma aku. Aku hanya... tidak ingin menyakiti siapa pun."

"Lalu kenapa kamu merasa cemburu saat Kirana lebih dipercaya? Kenapa kamu menjauh dari Radit saat dia mulai dekat denganmu?"

Air mata Kezia menetes.

"Karena aku takut... bukan menjadi yang dibutuhkan."

---

Tiba-tiba panggung berubah. Kini ia berada dalam ruang kelas, dengan papan tulis di depannya. Di papan tulis itu tertulis:

"Kezia, kamu bukan cadangan. Kamu adalah pusat keseimbangan."

Satu per satu sahabatnya masuk ke ruangan. Tapi kali ini mereka bicara langsung padanya.

Kirana: "Kezia, kamu selalu jadi alasan kami tetap waras. Tanpamu, kami terlalu impulsif."

Nila: "Kamu yang pertama sadar ketika sesuatu terasa salah."

Radit: "Kamu yang diam-diam mengingatkan kami tanpa harus marah. Kamu selalu ada. Dan... aku minta maaf karena pernah membuatmu merasa dilupakan."

---

Kezia mengangkat kepala.

"Aku tak ingin diam lagi. Aku ingin membantu bukan dari belakang... tapi berdiri sejajar. Aku bukan bayangan mereka. Aku bagian dari mereka."

Seketika itu juga, papan tulis bersinar, dan ruangan berubah menjadi taman penuh cahaya. Di tengah taman, terdapat pintu putih.

Suara itu kembali:

"Jika kamu yakin... masuklah. Dan bawa kekuatanmu bersamamu."

Kezia melangkah menuju pintu. Sebelum membukanya, ia berbalik dan tersenyum.

"Aku tidak akan ragu lagi. Waktu kami belum selesai."

---

Ia tersedot ke lorong waktu, kini dengan hati yang tak lagi berat.

Suaranya terdengar dalam gema ke dimensi lainnya, menjangkau kelima sahabatnya:

"Kita bertemu di ujung. Dalam bentuk terbaik kita."

Bersambung

1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒂𝒈𝒖𝒔 𝒄𝒆𝒓𝒊𝒕𝒂𝒏𝒚𝒂 👍👍👍👏👏👏😍😍😍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓 𝒚𝒈 𝒎𝒆𝒎𝒃𝒂𝒉𝒂𝒈𝒊𝒂𝒌𝒂𝒏 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒍𝒂𝒏𝒈𝒈𝒆𝒏𝒈 𝒕𝒓𝒖𝒔😁😁
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑲𝒆𝒛𝒊𝒂 𝒌𝒂𝒎𝒖 𝒑𝒂𝒔𝒕𝒊 𝒃𝒊𝒔𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒃𝒌𝒏𝒏𝒚𝒂 𝑩𝒂𝒈𝒂𝒔 𝒅𝒂𝒉 𝒈𝒂𝒃𝒖𝒏𝒈 𝒚𝒂 🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒔𝒉 𝒅𝒊 𝒖𝒋𝒊
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂𝒌𝒂𝒉 𝒆𝒎𝒂𝒏𝒈 𝒃𝒆𝒏𝒂𝒓" 𝒂𝒌𝒂𝒏 𝒕𝒆𝒏𝒂𝒏𝒈
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒌𝒉𝒊𝒓𝒏𝒚𝒂 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒍𝒖𝒍𝒖𝒔 𝒖𝒋𝒊𝒂𝒏𝒏𝒚𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒆𝒎𝒖𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒖𝒃𝒂𝒉 𝒍𝒃𝒉 𝒃𝒂𝒊𝒌 𝒍𝒈 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒎𝒆𝒏𝒆𝒎𝒖𝒌𝒂𝒏 𝒋𝒂𝒕𝒊 𝒅𝒊𝒓𝒊 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝑲𝒊𝒓𝒂𝒏𝒂 𝒅𝒊𝒃𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒐𝒍𝒆𝒉 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂" 𝒚𝒈 𝒕𝒍𝒉 𝒕𝒊𝒂𝒅𝒂
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒃𝒍𝒎 𝒎𝒂𝒕𝒊 𝒈𝒊𝒕𝒖 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒎𝒂𝒌𝒊𝒏 𝒔𝒆𝒓𝒖 👏👏👍👍
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒃𝒆𝒓𝒆𝒏𝒂𝒎 𝒕𝒓𝒖𝒔 𝒃𝒆𝒓𝒑𝒆𝒕𝒖𝒂𝒍𝒂𝒏𝒈
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒔𝒊𝒂𝒑𝒂 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂 𝑹𝒂𝒅𝒊𝒕 𝒔𝒖𝒌𝒂 𝒔𝒂𝒎𝒂 𝑲𝒊𝒓𝒂𝒏𝒂 🤔🤔
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒅 𝒅𝒆𝒕𝒆𝒌𝒕𝒊𝒇 𝒉𝒂𝒏𝒕𝒖 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 👏👏
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒋𝒏𝒈𝒏 𝒃𝒊𝒍𝒂𝒏𝒈 𝒅𝒓 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒂𝒅𝒂 𝒚𝒈 𝒈𝒂𝒌 𝒔𝒆𝒍𝒂𝒎𝒂𝒕
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
𝒂𝒑𝒂 𝒔𝒂𝒍𝒂𝒉 𝒔𝒂𝒕𝒖 𝒅𝒓 𝒎𝒆𝒓𝒆𝒌𝒂 𝒚𝒂 🤔🤔🤦‍♀️
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!