NovelToon NovelToon
PICCOLA PERDUTA

PICCOLA PERDUTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Misteri / Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Dark Romance
Popularitas:32.8k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

‼️Harap Bijak Dalam Memilih Bacaan‼️

Series #3

Maula Maximillian dan rombongan kedokterannya dibuang ke sebuah desa terpencil di pelosok Spanyol, atas rencana seseorang yang ingin melihatnya hancur.

Desa itu sunyi, terasing, dan tak tersentuh peradaban. Namun di balik keheningan, tersembunyi kengerian yang perlahan bangkit. Warganya tak biasa dan mereka hidup dengan aturan sendiri. Mereka menjamu dengan sopan, lalu mencincang dengan tenang.

Yang datang bukan tamu bagi mereka, melainkan sebuah hidangan lezat.

Bagaimana Maula dan sembilan belas orang lainnya akan bertahan di desa penuh psikopat dan kanibal itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 : Penjagaan Untuk Sang Istri

...•••Selamat Membaca•••...

Sore mulai turun perlahan. Hujan sudah berhenti sejak beberapa jam lalu, tapi langit tetap kelabu. Awan menggantung rendah, seolah menunda izin bagi jet Rayden dan yang lain untuk kembali mengangkasa.

Namun di dalam kabin jet itu, ketergesaan tak lagi penting. Yang utama kini hanya satu bagi Rayden, yaitu memastikan Maula pulih, seutuhnya.

Maula masih tertidur, kali ini benar-benar lelap. Nafasnya teratur, wajahnya tak lagi semuram tadi malam. Di sisi tempat tidur, Rayden duduk tanpa bergerak. Punggungnya disandarkan pada dinding kabin, sementara jemari tangannya masih menggenggam erat tangan istrinya.

Tablet di pangkuannya terus menampilkan grafik denyut jantung, suhu tubuh, tekanan darah, saturasi oksigen istrinya. Semua menunjukkan pemulihan perlahan. Tapi Rayden tak bergeser. Dia bahkan nyaris tidak berkedip, seakan khawatir jika melewatkan satu detik perubahan.

Lyria sempat masuk kembali, memeriksa ulang kondisi Maula.

“Dia sudah melewati fase paling berbahaya. Demamnya turun, respon tubuhnya bagus. Besok pagi kita bisa terbang, melihat cuaca sekarang seakan mustahil,” katanya.

Rayden hanya mengangguk pelan. “Kalau bisa malam ini, kita tetap terbang.”

“Kalau langit mengizinkan,” jawab Lyria lembut, lalu meninggalkan mereka.

Rayden menatap wajah Maula kembali. Perlahan ia mencium jemari sang istri, lalu membisikkan kata-kata nyaris tak terdengar.

“Piccola… kamu hebat sekali. Bertahan bukan cuma buat dirimu, tapi buat kami. Aku janji, setelah ini… semuanya akan jauh lebih tenang.”

Maula tidur dengan lelap dan damai, penderitaan selama beberapa hari di hutan itu berdampak pada tubuhnya yang rapuh. Walau sekuat apa dia menunjukkan diri, tetap saja dia sangat rapuh di dalam.

Yang lain kondisinya baik-baik saja, hanya Reba yang dirawat lebih intensif lagi karena lukanya cukup dalam dan parah, sementara Anna dan Mavros masih dengan borgol serta pengawasan ketat oleh tim Rayden.

Kondisi mereka sejauh ini masih aman dan sehat. Makanan serta jamuan untuk mereka semua masih banyak, jadi tidak ada yang kekurangan di sana.

Sofia melihat kondisi sahabatnya itu, dia merasa tenang ketika Maula benar-benar dijaga dengan baik oleh Rayden. Semalam, Maula selalu menceritakan betapa baiknya Sofia dalam menjaga dia.

“Nanti kalau dia kenapa-napa, beritahu aku ya.” Rayden tersenyum dan mengangguk.

“Terima kasih, Sof. Kamu benar-benar sudah menjaga istriku dengan baik.”

“Sama-sama Ray, dia juga menjagaku, bahkan mampu memberikan hidupnya untukku. Semoga Allah segera mengangkat penyakitnya ya.”

“Semoga.”

Sofia keluar dan kembali ke helikopternya, ponselnya sudah diberikan oleh Rayden kemarin, dia sibuk menatap ponsel untuk menghilangkan rasa jenuh menunggu hari. Sofia menonton film Umar bin Khattab yang selalu dia simpan di dalam ponselnya.

Advait mendekat dan duduk di kursi samping Sofia.

“Kelihatannya seru,” ujar Advait, Sofia menegakkan tubuh dan tersenyum.

“Ya bagiku sangat seru. Mau nonton?” Advait mengangguk dan mereka menonton serial itu berdua. Sesekali, Advait mencuri pandang pada Sofia dan tersenyum, seakan wajah itu adalah sumber kedamaian baginya.

...***...

Menjelang malam, Maula terbangun lagi. Matanya terbuka pelan, dan mendapati Rayden masih di tempat yang sama.

“Kamu belum mandi?” gumamnya, suara serak tapi terdengar hangat.

Rayden tertawa kecil, menunduk. “Belum. Gimana bisa mandi kalau istriku belum sepenuhnya sadar?”

Maula tersenyum lemah. Ia melirik monitor kecil di sisi ranjang, lalu berkata pelan, “Angkanya bagus sekarang.”

“Iya. Kamu mulai pulih.” Rayden mencondongkan tubuh, menyentuh pipi Maula dengan telapak tangan yang hangat. “Tapi kamu tetap harus istirahat total sampai kita mendarat di Madrid.”

Maula mengangguk. “Bayinya?”

Rayden langsung mengangkat tablet kecilnya, memutar ulang rekaman detak jantung janin dari video konsultasi tadi. Suara dug dug dug kecil itu mengisi ruang kabin.

“Dengar itu?” tanya Rayden dengan mata berkaca.

Maula menutup mata, bibirnya bergetar. Air mata jatuh diam-diam.

“Aku masih punya dia…” bisiknya.

“Kamu masih punya kami berdua. Selamanya,” jawab Rayden sambil memeluk Maula, perlahan, penuh kehati-hatian agar tubuh istrinya tidak kesakitan.

Pelukan itu bertahan lama. Tak ada kalimat lain. Hanya napas yang saling menyatu dan saling menguatkan.

Malam turun sepenuhnya. Kabin jet menjadi remang dengan pencahayaan kuning hangat. Rayden sudah membersihkan diri, kembali dengan baju kasual bersih dan rambut yang masih sedikit basah. Ia membawa segelas air hangat dan semangkuk kecil kaldu ayam buatan koki medis di dapur darurat.

Maula sudah bisa duduk bersandar dengan bantal bertumpuk di punggung. Meski tubuhnya masih lemas, pipinya mulai kembali berwarna. Dia juga sudah segar setelah Rayden membasuh tubuhnya dengan handuk basah dan mengganti pakaian Maula dengan piyama tidur yang lembut dan tebal berwarna biru laut.

“Minum dulu, pelan-pelan,” ucap Rayden, menyodorkan gelas susu cokelat.

Maula menurut. Setelahnya, Rayden menyendokkan kaldu dan menyuapinya seperti anak kecil.

“Aku jadi malu, dilayanin begini terus,” kata Maula sambil tersenyum kecil.

Rayden menggeleng pelan. “Aku suka. Melayanimu seperti ini… rasanya seperti menebus semua waktu yang dulu aku sia-siakan.”

Maula menatap mata suaminya. Tatapan itu tak lagi dingin dan keras seperti masa lalu. Kini, hanya ada kasih sayang tulus, dan penyesalan yang telah berubah menjadi pelindung.

“Ray…” gumamnya, menggenggam tangan pria itu. “Setelah semua ini selesai… jangan izinkan aku terlalu jauh dari kamu dan aku akan belajar untuk mendengarkan penjelasan kamu dalam setiap masalah yang akan muncul nanti.”

Rayden mencium kening Maula. “Kita tidak akan jauh lagi. Aku janji. Maaf atas kesalahan bodoh yang pernah aku lakukan.”

Di luar jet, tim teknisi mulai melakukan persiapan mesin. Langit masih gelap, tapi laporan cuaca menunjukkan peluang lepas landas pukul 04.00 dini hari jika awan menipis.

Di dalam jet, Rayden dan Maula berbaring berdampingan. Tubuh Maula bersandar di dadanya, sementara Rayden terus mengusap lembut punggung istrinya.

“Kalau kita punya anak perempuan,” gumam Rayden, “aku mau dia seperti kamu. Kuat, cerdas… dan punya senyum yang bisa meluluhkan siapa pun.”

Maula tertawa kecil. “Kalau laki-laki?”

Rayden tersenyum. “Aku mau dia belajar dari semua kesalahanku.” Maula terkekeh.

Maula memejamkan mata, merasa dadanya hangat. Di tengah belantara, badai, dan ancaman, cinta mereka justru tumbuh subur. Tidak dengan janji manis, tapi dengan air mata, peluh, dan pertarungan hidup dan mati.

Malam itu, mereka tidur berpelukan. Untuk pertama kalinya sejak hari-hari kelam itu dimulai, Maula bisa tertidur tanpa mimpi buruk.

Dan di perutnya yang mulai berubah, ada satu nyawa kecil yang ikut mendengarkan detak jantung ayah dan ibunya—detak yang saling menyatu, dalam irama perlindungan dan cinta yang utuh.

Rayden memejamkan mata, dia juga merasa lelah karena tidak tidur saat memastikan kondisi Maula.

...•••Bersambung•••...

1
Latoya
hebat
Frizzy Danuella
Wow amazing thor
Frizzy Danuella
Angkat aku jadi cucumu juga nena
Blade Haruna
Akhirnya hukuman mereka ditetapkan juga, ini nih yg gue suka. Satu masalah selesai baru datang masalah baru, bukan malah belibet yg bikin pala gue makin pusing
Zenia Kamari
Confess sekarang apa gue cepuin lo
Zenia Kamari
gue nonis, tpi gue suka banget sama karya religi kakak ini
Zayana Qyu Calista
sungkem gue ama lo kak
Zayana Qyu Calista
Gue kebagian cucu angkat juga gpp deh, asal neneknya kayak eliza ini
Rihana👒
Saya support kalau memang sofia sama advait
Rihana👒
Begini kalau dapat cinta yang setara, mereka saling jaga
Rihana👒
Thor, bikin novel religi versi kamu lagi dong, saya mau baca dan jangan lupa untuk ilmu pengetahuannya. Ditunggu ya thor (sangat berharap)
Pesillia Lilian
asik tuh klau advait sama Sofia, bakalan besty selamanya Maula
Pesillia Lilian
Author terniat
Miyoji Sweetes
Ngomong jgn dlam hati Advait, ngomong langsung elaahh
Miyoji Sweetes
Seniat itu ya thor🔥🔥🔥
Cherry Berry
Advait kalo gak gercep ya alamat bakalan patah hati
Pedri Alfonso
ini keren banget
Putri vanesa
Kk berapa lama smpe bisa bikin cerita ini sereal mungkin, entah ini memang real life or imagination aku pribadi bukan kyak ngebaca dosng tpi kyak udah nnton ceritanya langsung dalam byang2an fikiran aku, karena emang sedetail itu ceritanyaaa, ini mah kudu di jdiin film sih rame bnget soalnya
Sadohil: setuju banget
Zenia Kamari: Terbaik ini karya
total 5 replies
🐱Pushi Cat🐱
Keren, gak pernah gagal kakak ini masalah detail, baik kedokteran, agama maupun hukum. Pantesan penulis pada bilang kalau menulis bukan hanya tentang merangkai kata
Putri vanesa
SemangatAdvait kita dukung dirinu dan Sofia menuju jannah
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!