NovelToon NovelToon
PICCOLA PERDUTA

PICCOLA PERDUTA

Status: tamat
Genre:Action / Misteri / Mafia / Crazy Rich/Konglomerat / Dunia Lain / Dark Romance / Tamat
Popularitas:188.7k
Nilai: 5
Nama Author: Vebi Gusriyeni

‼️Harap Bijak Dalam Memilih Bacaan‼️

Series #3 dan Series #4

Maula Maximillian dan rombongan kedokterannya dibuang ke sebuah desa terpencil di pelosok Spanyol, atas rencana seseorang yang ingin melihatnya hancur.

Desa itu sunyi, terasing, dan tak tersentuh peradaban. Namun di balik keheningan, tersembunyi kengerian yang perlahan bangkit. Warganya tak biasa dan mereka hidup dengan aturan sendiri. Mereka menjamu dengan sopan, lalu mencincang dengan tenang.

Yang datang bukan tamu bagi mereka, melainkan sebuah hidangan lezat.

Bagaimana Maula dan sembilan belas orang lainnya akan bertahan di desa penuh psikopat dan kanibal itu?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 23 : Penjagaan Untuk Sang Istri

...•••Selamat Membaca•••...

Sore mulai turun perlahan. Hujan sudah berhenti sejak beberapa jam lalu, tapi langit tetap kelabu. Awan menggantung rendah, seolah menunda izin bagi jet Rayden dan yang lain untuk kembali mengangkasa.

Namun di dalam kabin jet itu, ketergesaan tak lagi penting. Yang utama kini hanya satu bagi Rayden, yaitu memastikan Maula pulih, seutuhnya.

Maula masih tertidur, kali ini benar-benar lelap. Nafasnya teratur, wajahnya tak lagi semuram tadi malam. Di sisi tempat tidur, Rayden duduk tanpa bergerak. Punggungnya disandarkan pada dinding kabin, sementara jemari tangannya masih menggenggam erat tangan istrinya.

Tablet di pangkuannya terus menampilkan grafik denyut jantung, suhu tubuh, tekanan darah, saturasi oksigen istrinya. Semua menunjukkan pemulihan perlahan. Tapi Rayden tak bergeser. Dia bahkan nyaris tidak berkedip, seakan khawatir jika melewatkan satu detik perubahan.

Lyria sempat masuk kembali, memeriksa ulang kondisi Maula.

“Dia sudah melewati fase paling berbahaya. Demamnya turun, respon tubuhnya bagus. Besok pagi kita bisa terbang, melihat cuaca sekarang seakan mustahil,” katanya.

Rayden hanya mengangguk pelan. “Kalau bisa malam ini, kita tetap terbang.”

“Kalau langit mengizinkan,” jawab Lyria lembut, lalu meninggalkan mereka.

Rayden menatap wajah Maula kembali. Perlahan ia mencium jemari sang istri, lalu membisikkan kata-kata nyaris tak terdengar.

“Piccola… kamu hebat sekali. Bertahan bukan cuma buat dirimu, tapi buat kami. Aku janji, setelah ini… semuanya akan jauh lebih tenang.”

Maula tidur dengan lelap dan damai, penderitaan selama beberapa hari di hutan itu berdampak pada tubuhnya yang rapuh. Walau sekuat apa dia menunjukkan diri, tetap saja dia sangat rapuh di dalam.

Yang lain kondisinya baik-baik saja, hanya Reba yang dirawat lebih intensif lagi karena lukanya cukup dalam dan parah, sementara Anna dan Mavros masih dengan borgol serta pengawasan ketat oleh tim Rayden.

Kondisi mereka sejauh ini masih aman dan sehat. Makanan serta jamuan untuk mereka semua masih banyak, jadi tidak ada yang kekurangan di sana.

Sofia melihat kondisi sahabatnya itu, dia merasa tenang ketika Maula benar-benar dijaga dengan baik oleh Rayden. Semalam, Maula selalu menceritakan betapa baiknya Sofia dalam menjaga dia.

“Nanti kalau dia kenapa-napa, beritahu aku ya.” Rayden tersenyum dan mengangguk.

“Terima kasih, Sof. Kamu benar-benar sudah menjaga istriku dengan baik.”

“Sama-sama Ray, dia juga menjagaku, bahkan mampu memberikan hidupnya untukku. Semoga Allah segera mengangkat penyakitnya ya.”

“Semoga.”

Sofia keluar dan kembali ke helikopternya, ponselnya sudah diberikan oleh Rayden kemarin, dia sibuk menatap ponsel untuk menghilangkan rasa jenuh menunggu hari. Sofia menonton film Umar bin Khattab yang selalu dia simpan di dalam ponselnya.

Advait mendekat dan duduk di kursi samping Sofia.

“Kelihatannya seru,” ujar Advait, Sofia menegakkan tubuh dan tersenyum.

“Ya bagiku sangat seru. Mau nonton?” Advait mengangguk dan mereka menonton serial itu berdua. Sesekali, Advait mencuri pandang pada Sofia dan tersenyum, seakan wajah itu adalah sumber kedamaian baginya.

...***...

Menjelang malam, Maula terbangun lagi. Matanya terbuka pelan, dan mendapati Rayden masih di tempat yang sama.

“Kamu belum mandi?” gumamnya, suara serak tapi terdengar hangat.

Rayden tertawa kecil, menunduk. “Belum. Gimana bisa mandi kalau istriku belum sepenuhnya sadar?”

Maula tersenyum lemah. Ia melirik monitor kecil di sisi ranjang, lalu berkata pelan, “Angkanya bagus sekarang.”

“Iya. Kamu mulai pulih.” Rayden mencondongkan tubuh, menyentuh pipi Maula dengan telapak tangan yang hangat. “Tapi kamu tetap harus istirahat total sampai kita mendarat di Madrid.”

Maula mengangguk. “Bayinya?”

Rayden langsung mengangkat tablet kecilnya, memutar ulang rekaman detak jantung janin dari video konsultasi tadi. Suara dug dug dug kecil itu mengisi ruang kabin.

“Dengar itu?” tanya Rayden dengan mata berkaca.

Maula menutup mata, bibirnya bergetar. Air mata jatuh diam-diam.

“Aku masih punya dia…” bisiknya.

“Kamu masih punya kami berdua. Selamanya,” jawab Rayden sambil memeluk Maula, perlahan, penuh kehati-hatian agar tubuh istrinya tidak kesakitan.

Pelukan itu bertahan lama. Tak ada kalimat lain. Hanya napas yang saling menyatu dan saling menguatkan.

Malam turun sepenuhnya. Kabin jet menjadi remang dengan pencahayaan kuning hangat. Rayden sudah membersihkan diri, kembali dengan baju kasual bersih dan rambut yang masih sedikit basah. Ia membawa segelas air hangat dan semangkuk kecil kaldu ayam buatan koki medis di dapur darurat.

Maula sudah bisa duduk bersandar dengan bantal bertumpuk di punggung. Meski tubuhnya masih lemas, pipinya mulai kembali berwarna. Dia juga sudah segar setelah Rayden membasuh tubuhnya dengan handuk basah dan mengganti pakaian Maula dengan piyama tidur yang lembut dan tebal berwarna biru laut.

“Minum dulu, pelan-pelan,” ucap Rayden, menyodorkan gelas susu cokelat.

Maula menurut. Setelahnya, Rayden menyendokkan kaldu dan menyuapinya seperti anak kecil.

“Aku jadi malu, dilayanin begini terus,” kata Maula sambil tersenyum kecil.

Rayden menggeleng pelan. “Aku suka. Melayanimu seperti ini… rasanya seperti menebus semua waktu yang dulu aku sia-siakan.”

Maula menatap mata suaminya. Tatapan itu tak lagi dingin dan keras seperti masa lalu. Kini, hanya ada kasih sayang tulus, dan penyesalan yang telah berubah menjadi pelindung.

“Ray…” gumamnya, menggenggam tangan pria itu. “Setelah semua ini selesai… jangan izinkan aku terlalu jauh dari kamu dan aku akan belajar untuk mendengarkan penjelasan kamu dalam setiap masalah yang akan muncul nanti.”

Rayden mencium kening Maula. “Kita tidak akan jauh lagi. Aku janji. Maaf atas kesalahan bodoh yang pernah aku lakukan.”

Di luar jet, tim teknisi mulai melakukan persiapan mesin. Langit masih gelap, tapi laporan cuaca menunjukkan peluang lepas landas pukul 04.00 dini hari jika awan menipis.

Di dalam jet, Rayden dan Maula berbaring berdampingan. Tubuh Maula bersandar di dadanya, sementara Rayden terus mengusap lembut punggung istrinya.

“Kalau kita punya anak perempuan,” gumam Rayden, “aku mau dia seperti kamu. Kuat, cerdas… dan punya senyum yang bisa meluluhkan siapa pun.”

Maula tertawa kecil. “Kalau laki-laki?”

Rayden tersenyum. “Aku mau dia belajar dari semua kesalahanku.” Maula terkekeh.

Maula memejamkan mata, merasa dadanya hangat. Di tengah belantara, badai, dan ancaman, cinta mereka justru tumbuh subur. Tidak dengan janji manis, tapi dengan air mata, peluh, dan pertarungan hidup dan mati.

Malam itu, mereka tidur berpelukan. Untuk pertama kalinya sejak hari-hari kelam itu dimulai, Maula bisa tertidur tanpa mimpi buruk.

Dan di perutnya yang mulai berubah, ada satu nyawa kecil yang ikut mendengarkan detak jantung ayah dan ibunya—detak yang saling menyatu, dalam irama perlindungan dan cinta yang utuh.

Rayden memejamkan mata, dia juga merasa lelah karena tidak tidur saat memastikan kondisi Maula.

...•••Bersambung•••...

1
Siti H
suka genre psikopat ya Thor. tapi keren, aku suka cara penulisanmu yang rapih.
Vebi Gusriyeni: Belum tua2 amat lah itu, masih bisa produktif kakaknya nulis ya. Aku juga udah tua, udh 29 tahun kak
Siti H: udah tiga anak akak, dan pastinya udah tuiiir, dah 40 tahun🤧
total 5 replies
Siti Yatmi
cerita tentang kisah cinta marlo dong thor....buat dia bertemu dgn wanitanya....
Vebi Gusriyeni: Aku bakalan pikirin alur yg bagus dulu kak, ntar kalo nemu aku rilis insyaallah 😌
total 1 replies
Siti Yatmi
serem amat ih..ada2 aja..ko nonton org di siksa...binatang di siksa aja aku nangis...apalagi org...
Vebi Gusriyeni: Ada loh yg begitu
total 1 replies
Siti Yatmi
crita yg indah...menguras emosi...bahkan airmata...cinta yg sarat akan makna. .tidak menuntut. ..ini love author. ..thor lanjutkan dong ....saya suka banget sama semua karakter di novel ini..meski sadis..tapi pada tempatnya. ..lanjut lah thor....
Vebi Gusriyeni: Terima kasih banyak kakak ❤
total 1 replies
Rina Meylina
Benar2 selesai kah keluarga ini kak? Aku masih ingin terus baca
Annissa Riani
Kisah yang indah untuk semua tokohnya, mereka punya konflik masing-masing yang cukup kompleks sampai mereka menemukan kebahagiaan masing2
🌹Andara Terina🌹
Saya masih tetap ingin di sini, gimana dong💔
🌺Shella BTS🌺
Saya sih berharap banget ni series ampe 10 😊
Kiaraaaa ❄❄❄
Plis kasih tau cara buat move on dari novel ini, gue masih ingin bersama maximillian❣️
Noer Hidayati
Bakal merindukan novel ini terus, belum bisa move on
Latifa Andriani
Kok gue gak ikhlas ya ini tamat 💔
Cimiwiww
Satu series lagi dong kak
Cimiwiww
Happy ending tapi bikin aku galmove
Abel Kenoca
Berharap masih ada series lanjutan
Gita Gekes
Cinta yang setara itu sangat indah ternyata ya 😘
Loroye Barbara
yg sakit itu waktu alaric gatal2 karena gk sengaja makan kacang padahal tuh anak yg diam-diam mau, eh yang kena amuk malah Beverly, mana dikurung dua hari di gudang abis dipukulin, wajar sih kalau beverly sakit begini, pun udah lama dia pendam
Loroye Barbara
Perhatian Marlo tipis tapi mengesankan
Nara Jelita
Karyamu indah kak, semua series kamu udah kelar aku baca, bodo amat mau abis duit berpa yg penting akunya happy ❤😘
Nara Jelita
Sok sok an Archer, Beverly ngilang dikit dia nyariin/Facepalm/
Moonestella Dusklyn
Archer ini sayang tapi gengsi buat bilang, dia habis nyiksa Beverly malah nangis sendiri dan kalau ketemu buang muka. Kayak gak pernah saling tukar keringat aja kalau lagi mode hyper🤣 Ngucap lo Archer
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!