Elang Dan Eliza

Saat akan pulang, Eliza dan Emma benar-benar di buat terkejut karena ban motornya tiba-tiba kempes dan sialnya depan belakang. cuaca saat itu lumayan panas walaupun sudah sore. Keduanya pun sama-sama mencari pelaku utama pengempesan ban sepeda motor mereka. Hingga seseorang pun muncul di kepala Eliza dan entah kenapa Eliza benar-benar sangat yakin jika orang itu lah pelakunya.

"Gimana El?" tanya Emma

"Nggak ada pompa di sini. atau coba gue tanya satpam dulu. Lo nggak papa kan ngedorong sampai depan sana." kata Eliza

"Iya nggak papa sih." ujar Emma.

Mereka pun mendorong sampai motor sampai depan gerbang kampus dan bertanya pada satpam apakah ada pompa atau tidak tapi ternyata tidak ada pompa justru satpam malah memberitahu jika ada bengkel dalam jarak 2 km dari kampus mereka.

Alhasil mau tak mau mereka pun mendorong motor itu secara perlahan. Eliza tidak mengapa jika harus mendorong motor sejauh 2 km tapi ia khawatir dengan kesehatan Emma. Kerap kali ia menoleh ke arah Emma yang ada di belakangnya untuk memastikan kondisinya.

Emma pun juga paham apa yang di lakukan Eliza tapi ia tetap tidak ingin membiarkan Eliza mendorongnya sendiri. Ia tahu ia tidak akan selemah itu.

"Gue nggak papa El. Percaya deh sama gue." ucap Emma untuk menenangkan Eliza.

Tiba-tiba saja ada sebuah motor yang berhenti di samping mereka di susul dengan satu motor lagi di belakangnya

"Kenapa motor Lo El?" tanya Ghava.

"Ada yang ngempesin ban motor gue." jawab Eliza.

"Bengkel sih masih agak jauh dari diri. Emm mending Lo naik motor gue sama Alan, gue yang bawa motor Lo sampe sana." kata Ghava.

"Eh nggak papa. Bentar lagi juga sampe kok." ujar Eliza dengan menolak halus.

"Bener kata Ghava El. Lo bareng sama gue biar dia yang bawa motor Lo." timpal Alan.

Bukannya apa-apa tapi Eliza juga memikirkan kondisi Emma karena ia takut jika gadis itu kecapean. ghava membawa motor Eliza sementara Alan juga mendorong nya menggunakan kakinya.

Saat ini Laksa tengah tersenyum penuh kemenangan. Ia sangat berterimakasih pada langit dan bumi karena sudah memberikan kesempatan untuk bersama gadis yang di cintainya dengan sedekat itu. Emma yang seolah tahu isi pikiran Laksa pun langsung memukul pundaknya dengan keras.

"Udah jalan."

"Siap cantik. pegangan dong."

Kini akhirnya mereka pun tiba di bengkel yang di maksud. Dengan segera motor Eliza pun di pompa dan sudah siap di kendarai. Ketiga pria tampan itu sudah pergi lebih dulu. Hingga saat mereka baru saja berjalan ada sebuah motor Kawasaki hitam berjalan tepat di samping mereka.

Orang di dalam helm itu pun menoleh ke arah Eliza begitupun sebaliknya sebelum akhirnya ia membunyikan suara khas dari motor tersebut yang membuat Eliza terkejut sekaligus kesal. Kemudian motor itu pun pergi begitu saja.

"Dasar pria gilaaaaa!!!! awas aja Lo besok." kata Eliza dengan berteriak yang membuat Emma heran.

"Emang Lo kenal?"

"Si tiang listrik. Dan gue yakin banget pasti ban gue kempes gara-gara dia. Dia sengaja ngelakuin ini Ma sama gue. Ihhhh kesel banget gue sumpah."

Di balik helm hitamnya, Elang tersenyum penuh kemenangan. Ia merasa sangat puas bisa membalaskan dendam motor kesayangannya. Ia juga langsung menyusul teman-temannya yang sudah jauh di depan karena mereka akan menonton pertandingan balapan, dan tentunya Elang juga akan ikut serta di dalamnya.

Sesampainya di tempat pertandingan, teman-temannya pun sudah menunggu Elang. disana juga sudah ramai orang yang juga ingin menyaksikan pertandingan tersebut.

"What's up bro!!!" kata Alex teman Elang yang juga akan ikut dalam balapan itu.

"Hmm ngapain Lo kesini? takut kalah Lo sama gue."

"Yeeee enggak juga."

Beberapa saat kemudian pertandingan pun di mulai. 5 peserta termasuk Elang dan Alex juga sudah bersiap. Sementara di depan mereka ada seorang gadis cantik berpakaian sexy yang tengah memegangi secarik kain sebagai pertanda pertandingan di mulai.

Dalam hitungan ketiga semua pun melaju dengan kecepatan tinggi. Semua penonton pun bersorak gembira menyaksikan itu. beberapa kali putaran, seperti biasanya Elang selalu memimpin. Di belakangnya ada Axel yang tak mau kalah dari Elang hingga akhirnya ia berhasil mendahului pria itu.

Di balapan seperti itu semua yang sudah mengikuti dan tahu tentang Elang pasti juga tahu jika Elang lah yang akan memenangkannya, tapi justru sekarang tidak, Axel memenangi pertandingan. Bukan apa-apa hanya saja memang kedua sohib itu pasti saling menjaga perasaan karena sama-sama tidak ingin melukai perasaan satu sama lain.

"Yaelahh Lang. segitu doang kemampuan Lo he."

" ntar Lo nangis kalau kalah. Gue ngalah aja dulu sama Lo."

Mereka pun bertos dan saling memeluk sebagai bentuk dari solidaritas mereka berdua. Setelah pertandingan selesai Elang dan teman-temannya pun singgah sebentar di salah satu cafe tempat biasa mereka menongkrong. Ghava menceritakan apa yang di alami oleh Eliza dan Emma tapi Elang hanya menanggapinya dengan sangat santai.

Pria itu bahkan sudah mempunyai rencana lagi untuk mengerjai Eliza. entah kenapa ia benar-benar sangat kesal jika bertemu dengan Eliza. Tapi apakah itu hanya sebatas rasa kesal saja bukan lebih. Ya jawabnya tidak ada yang tahu kecuali Elang sendiri.

"Lo ngga mau minta maaf sama dia?"

"Bodo amat. Dia yang nyari masalah dulu sama gue ngapain gue yang minta maaf."

"Lo juga salah karena buat dia basah Lang. Ayolahhh dia cuma cewe biasa."

"Cewe gila percaya gue. Emang ada orang yang sengaja ngelukain si black kalau nggak orang gila."

"Astaga cuma itu doang?? lagian motor Lo kan ngga papa." kata Laksa yang membuat Elang langsung menatapnya dengan nyalang

"Nggak papa Lo bilang!! Heh Lo nggak tau kan betapa sayangnya gue sama di black. Kalau gue suruh milih Lo pada sama si black gue pilih si black dan Lo pada gue jual pun nggak papa." kata Elang yang membuat ketiganya hanya menggelengkan kepalanya saja karena sudah paham bagaimana sikap Elang.

Mereka hanya mengiyakan saja apa yang di katakan pria itu karena memang Elang begitu keras kepala di antara mereka berempat. Yah begitulah di dalam persahabatan pasti mereka saling melengkapi. Jika ada Elang yang begitu keras kepala dan Alan yang gampang marah, maka Ghava adalah orang yang paling bijak dan sabar di antara mereka berempat. Laksa sendiri mendapatkan julukan si pemikat wanita karena ia pandai berkata-kata manis dengan wanita yang membuat para wanita berlarian padanya. Laksa juga kadang agak bodoh dan paling humoris di antara mereka berempat.