NovelToon NovelToon
Mission In Disguish

Mission In Disguish

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Menyembunyikan Identitas
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: Eka Lita

Dua anak kembar yatim piatu yang dipisahkan sejak mereka dilahirkan. Gayatri dibesarkan oleh keluarga angkatnya yang kaya raya sedangkan Gayathi diberikan kepada keluarga miskin.
Gayatri yang dinikahkan oleh keluarga yang sederajat dengan orang tua angkatnya mengandung anak perempuan sedangkan posisi untuk mewarisi kerajaan bisnis keluarga suaminya terancam karena istri kedua suaminya mengandung seorang bayi lelaki. Gayatri dan Gayathi sepakat untuk menukar kedua bayi mereka yang dilahirkan pada hari yang sama. Bayi lelaki Gayathi yang berparas mirip dengan anak bayi perempuan Gayatri ditukar demi menyelamatkan posisi keturunan Gayatri yang nyaris direbut oleh madunya. Apakah misi mereka berhasil? Dapatkah keturunan Gayatri mewarisi harta keluarga ayahnya? Menjadi pewaris tahta kerajaan bisnis ayahnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eka Lita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mediate

Keamanan akhirnya berhasil menemukan baby sitter yang ketakutan dan bersembunyi. Ledakan tersebut membuatnya berlari menuju kamarnya dan mengunci pintu kamarnya.

Petugas keamanan yang diserahi bayi oleh Putra berinisiatif untuk mencari baby sitter bayi tersebut. Agar bisa diurus dengan lebih baik. Mengingat kedua orang tuanya sedang terlibat perseteruan.

Dia berjalan menuju kantor keamanan rumah yang mengontrol seluruh cctv yang ada di pemukiman eksklusif tersebut.

Berjalan bergegas menuju kamar baby sitter tersebut dan menyerahkan bayi tersebut pada baby sitternya.

"Tolong ditenangkan bayinya. Apakah dia kehausan atau kelaparan? Atau mungkin kaget karena suasana mendadak ricuh." Pinta petugas keamanan kepada baby sitter bayi tersebut.

"Baiklah. Aku akan membawanya ke kamarnya. Membuatkannya susu."

"Terima kasih." Petugas keamanan bergegas meninggalkan baby sitter tersebut. Berjalan secepat mungkin menuju tempat kejadian yang masih dalam keadaan ricuh.

"Apakah ada yang bisa menolongku untuk mengamankan istriku yang sedang kutahan tangannya agar tidak melakukan serangan balasan kepada istriku yang satunya?" Pintanya pada semua yang hadir.

Petugas keamanan yang dipercayai untuk memegang bayinya menyeruak. Menawarkan dirinya.

"Mana bayiku?" Tanyanya dengan wajah tegang.

"Saya sudah memberikan pada baby sitternya, pak. Bayi bapak aman. Sepertinya ketakutan dan kehausan mungkin juga kelaparan."

Mendengar penjelasan petugas keamanan membuat Putra lega.

"Bisa tolong amankan istriku?" Tanyanya pada petugas keamanan tersebut.

"Maaf Bu." Sahutnya setengah membungkuk. Kemudian menggantikan posisi Putra tentu saja dengan gestur tubuh berbeda dan lebih resmi. Tidak ada pelukan dan hanya memegang kedua tangan Miranti sesopan mungkin.

"Mohon kerja samanya." Ujarnya dengan nada santun.

"Lepaskan aku!" Teriak Miranti.

"Tidak satupun dari kalian dilepaskan sebelum bisa bersikap normal." Ujar Putra dengan tegas.

"Kau tidak lihat kelakuan istrimu yang seperti binatang buas?" Ujar Miranti membuat emosi Gayatri menjadi naik.

"Kau iblis!" Semprot Gayatri.

Para petugas keamanan kembali memperketat pegangan mereka masing-masing terhadap kedua nyonya mereka yang sedang bersiteru.

"Aku akan menunggu kalian berdua tenang. Baru menengahi. Bagaimana?" Tanya Putra kepada kedua istrinya.

"Aku tidak mungkin bisa berbicara dengan baik kepada iblis betina ini! Kau tidak lihat dia mau menculik anak kita?" Ujar Gayatri dengan nada tinggi.

"Kau asal tuduh! Apa buktinya aku mau menculik bayi kalian?" Tukas Miranti dengan nada yang tak kalah tingginya.

"Suara kalian berdua memekakkan telinga. Bisa kah kalian berbicara lebih pelan?" Putra menatap kedua istrinya dengan putus asa,"sebaiknya kalian kembali ke rumah masing-masing dan jangan bertemu sebelum tenang. Dan kau Miranti, kami akan meminta penjelasanmu sehubungan dengan tuduhan yang dilontarkan Gayatri padamu."

"Kau mempercayai perkataannya?" Wajah Miranti terlihat sangat syok.

"Aku harus memeriksa semuanya dengan teliti. Seharusnya kau mengerti." Tukas Putra.

"Apa yang harus aku mengerti? Sejak awal hubungan kita. Aku harus selalu mengalah dengan istrimu. Mengapa kau menikahinya sedangkan kau sudah menjalin hubungan terlebih dahulu denganku? Harusnya aku yang kau nikahi. Bukan dia! Kau tidak bisa melepaskan diri dariku. Kau hanya memperalatku!" Teriak Miranti emosi.

"Fokus pada apa yang akan kutanyakan padamu. Tidak usah membahas hal yang tidak relevan."

"Tidak relevan?" Ujar Miranti dengan wajah gundah, "seandainya, kau tidak mempermainkan ku. Semua ini tentu tidak akan terjadi!"

"Gayatri tidak pernah membahas hal ini. Dia yang lebih berhak menanyakan semuanya. Jika dia mencurigaimu. Hal itu bukan sesuatu yang berlebihan. Kau selalu merasa berkompetisi dengannya."

"Apa maumu?" Ujar Miranti dengan suara rendah.

"Kejujuranmu."

"Apakah kau percaya jika kukatakan bahwa aku tidak ada hubungannya dengan semua ini? Walaupun aku akui. Aku sangat membenci Gayatri. Membenci kebahagiaan kalian berdua. Tapi aku tidak berpikir sejauh itu. Apa seharusnya aku memang berpikir seperti itu?"

"Kau?" Ujar Putra menahan amarahnya.

"Apa yang harus kubuktikan? Jika aku memang tidak melakukannya?" Ujar Miranti ketus.

"Kau pikir kami akan mempercayaimu?" Ujar Gayatri dengan tajam.

"Kau yang selalu tidak tahan dengan kebahagiaan kami." Ujar Putra membenarkan perkataan Gayatri.

"Tapi itu juga bukan berarti aku menjadi penculik atau pembunuh?"

"Kau merencanakan pembunuhan anakku?" Emosi Gayatri kembali menaik. Dia berusaha melepaskan diri dari pegangan petugas keamanan.

"Bu, harap tenang! Jika ibu tidak bisa tenang saya terpaksa meringkus ibu!" Petugas tersebut berusaha memperingatkan Gayatri yang sedang emosi.

"Kau tidak dengar dia mengatakan apa?" Ujar Gayatri histeris.

"Itu permisalan. Mengapa kau bodoh sekali!" Ucapan mana membuat Gayatri semakin naik pitam.

"Antarkan nyonya ke kediamannya." Perintah Putra pada petugas keamanan yang memegangi Miranti.

Petugas tersebut menuruti permintaan Putra. Membawa Miranti berlalu dari sana.

"Biarkan aku yang mengantar nyonya sampai rumah." Ucapnya pada petugas keamanan yang masih memegangi Gayatri.

"Baik pak." Ujar petugas keamanan dengan hormat. Berpamitan dan berlalu dari hadapan mereka berdua.

"Kau pasti merindukan Satria. Sebaiknya kita menemuinya di kamarnya." Ujar Putra menggamit tangan istrinya dengan mesra.

"Apakah dia bersama Karina?" Gayatri menyebut nama baby sitter Satria.

"Ya, dia bersama Karina. Kau tenang saja ya? Petugas keamanan memberikannya pada Karina karena anak kita ketakutan, kehausan dan kelaparan."

Gayatri menganggukkan kepalanya lega. mendengar putranya dalam keadaan baik dan aman.

"Maafkan aku begitu emosi kepada Miranti." Ucapnya dengan nada menyesal.

"Kau mencemburuinya. Kalian berdua rival. Aku bisa memahaminya. Tetapi bagaimana pun kalian berdua adalah istriku. Cobalah untuk berdamai dan menerimanya sebagai saudara."

"Dia selalu mencemburui kebahagiaan kita berdua."

"Itu manusiawi. Tetapi setidaknya, tahan dirimu menuduhnya jika tidak memiliki bukti. Kupikir, Miranti benar. Kita tidak boleh berprasangka tanpa bukti. Hal itu bisa menzolimi."

"Ya, mungkin aku terlalu emosi. Aku benar-benar mengiranya ada hubungannya dengan semua ini. Tapi kalian berdua benar. Aku harus memiliki bukti tidak hanya sekedar menuduh."

"Aku tahu kau akan bersikap bijaksana. Kita akan berusaha mencari tahu setelah semua emosi mereda. Bagaimana?"

Gayatri menganggukkan kepalanya. Mereka berjalan menuju kamar bayi. Gayatri langsung memeluk dan menggendong bayinya. Mengecupinya dengan penuh kasih sayang.

"Mama senang kau tidak apa-apa. Kau kelaparan, kehausan dan ketakutan ya?" Ujar ibunya dengan penuh kasih sayang.

Acara dilanjutkan tanpa kehadiran mereka bertiga. Kedua orang tua Putra menerima seluruh tamu yang hadir dan meminta maaf atas insiden yang terjadi.

"Seharusnya, hari ini menjadi hari yang berbahagia untuk kita semua. Tetapi dikacaukan oleh tamu tidak diundang yang hadir begitu saja!"

"Hari ini benar-benar sangat melelahkan." Ujar Putra. Merebahkan dirinya di sofa di kamar bayi putranya.

"Kau tidur?" Tanya Gayatri.

"Tidak apa-apa kan kalau aku tidur?"

"Mengapa kau tidak tidur di kamar?"

"Aku ingin bersamamu dan Satria."

"Aku akan membawanya ke kamar kita. Bagaimana?"

"Ide yang bagus!" Putra beranjak dari sofa yang ditempatinya.

Mereka bertiga menuju kamar mereka yang luas. Dengan hati-hati Gayatri meletakkan Satria disampingnya. Putra tertidur lelap di sebelahnya.

1
Salsabila Arman
lanjut
Eka Lita: Terima kasih kakak...
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!