NADYA

Alex menghitung waktu sembari terus memandangi jam yang melingkari pergelangan tangannya. Saat ini dia tengah duduk diruang belajarnya seorang diri dan menunggu kedatangan Nadya yang seharusnya sudah tiba di kediamannya.

"Malam, maaf saya sedikit terlambat," kata seorang gadis yang baru saja membuka pintu ruang belajar Alex.

Alex begitu senang melihat kedatangan Nadya. Akhirnya ...

"Gak apa-apa. Ayo mulai belajar," jawab Alex bersemangat.

Nadya menatap Alex dengan tatapan aneh. Tapi dalam hatinya berharap jika kali ini Alex benar-benar membuktikan ucapannya untuk belajar dengan sungguh-sungguh.

Nadya mengangguk dan mulai duduk membuka buku pelajaran Alex. Dia juga meminta Alex mendengarkan penjelasannya, karena dia akan menanyakan beberapa hal pada Alex terkait pembelajaran mereka hari ini.

"Sekarang kita belajar biologi tentang Genetika. Apa yang kamu tau tentang Genetika, Alex?" tanya Nadya.

"Ilmu yang mempelajari tentang Gen," jawab Alex yakin.

Nadya tersenyum simpul mendengar jawaban Alex. "Ya. Selain gen, genetika juga mempelajari mengenai struktur, proses pembentukan dan pewarisannya," jelasnya.

Nadya memberikan Alex contoh, juga menerangkan apa saja faktor genetik sesuai dengan tema pembelajaran mereka hari ini.

Sementara itu, Alex tampak benar-benar serius. Agaknya pemuda itu ingin membuktikan bahwa dia memang belajar dengan baik sesuai dengan janjinya kepada Nadya apabila gadis itu bersedia mengajarinya kembali.

Untuk hal ini, Nadya sangat bersyukur. Dia berharap Alex terus begini setiap hari.

Dikarenakan sikap Alex yang cukup koperatif, pelajaran hari ini berjalan lancar dan seolah tanpa kendala. Karena sebenarnya kendala itu datang dari pemuda itu sendiri.

"Ya sudah, hari ini belajarnya sampai disini ya." Nadya menutup buku pelajaran, tapi suara Alex justru membuatnya ingin terkekeh geli.

"Hari ini belajarnya kok terasa cepat ya?"

"Biasanya lama juga karena ulah kamu, coba kamu begini setiap hari. Serius belajar pasti gak terasa waktunya cepat berlalu," ujar Nadya.

"Tapi aku masih mau belajar," tutur Alex.

Nadya geleng-geleng kepala. "Hari Sabtu kita belajar lagi," katanya.

"Lama ..." keluh Alex.

"Biasanya kamu yang gak mau belajar, sekarang kenapa minta belajar terus?" tanya Nadya terus terang.

"Karena belajarnya sama kamu ..."

Nadya berdecak. Rupanya bocah ini kembali coba-coba tengil didepannya setelah jam belajar usai.

"Saya permisi pulang," jawab Nadya mengalihkan pembicaraan Alex yang kalau diladeni malah akan merembet kemana-mana.

Nadya keluar dari ruang belajar begitu saja, sementara Alex tersenyum senang karena akhirnya Nadya kembali datang mengajarinya, tak sia-sia usahanya selama beberapa hari ini untuk membujuk dan meyakinkan gadis itu.

Tak berapa lama, Alex ikut keluar dari ruang belajarnya, dia hendak naik ke kamarnya di lantai 2, tapi tanpa sengaja dia justru mendengar suara sang mama yang tengah bercakap-cakap dengan seseorang, dia seperti mengenali pemilik suara itu, sepertinya itu Nadya.

Alex pikir Nadya langsung pulang, ternyata gadis itu masih mengobrol dengan mamanya di teras rumah. Dari posisinya, Alex pun diam-diam mendengarkan obrolan mereka.

"Nadya, kamu jangan pulang sendiri. Ini hujan cukup deras, biar saya minta Pak Hilman anterin kamu ya," ujar Hesti merujuk pada sopir pribadinya.

"Makasih, Bu. Tapi, saya bisa pesan taksi online, kok."

"Oh gitu, ya udah ... saya tungguin kamu dapat taksinya ya," ucap Hesti. Wanita itu tak enak membiarkan seorang gadis pulang sendiri dalam cuaca seperti ini, paling tidak dia ingin memastikan jika Nadya pulang dengan aman.

Nadya mulai sibuk dengan ponselnya, dia mau memesan taksi online lewat aplikasi tetapi selalu gagal mendapatkan driver. Memang agak sulit mendapatkan taksi dalam keadaan hujan begini.

"Gimana Nad? Udah dapat taksinya?" tanya Hesti lagi.

Nadya menggeleng dengan wajah sungkan.

"Biar Alex aja yang anterin Nadya, Ma." Tiba-tiba Alex muncul dari tempat persembunyiannya.

Hesti dan Nadya sontak melihat pada pemuda itu.

"Iya, Lex. Maksud mama juga tadi mau nyuruh Pak Hilman nganterin Nadya, tapi dia enggak mau," jawab Hesti.

"Mungkin Nadya sungkan, Ma. Kalau sama Alex pasti Nadya gak akan nolak, ya kan, Nad?" ujarnya pede.

Nadya justru membuang pandangannya. Dia serba salah sekarang. Mau menolak tapi keadaannya juga sulit karena tak mendapatkan taksi.

"Ya udah, Nadya pulang sama Alex aja ya. Kamu jangan takut, Alex udah punya SIM kok," kata Hesti meyakinkan gadis itu.

Akhirnya Nadya hanya bisa menyengir dengan perasaan tak enak hati.

Diperjalanan, Nadya hanya memandang ke luar jendela mobil. Hujan masih turun tapi tidak sederas tadi. Dia dan Alex hanya diam tanpa obrolan apapun.

Keadaan hening itu membuat Alex jenuh, sesekali dia memperhatikan Nadya dari posisinya. Gadis itu tampak memperhatikan hujan.

"Akhir-akhir ini sering hujan, ya." Alex memulai pembicaraannya.

"Hmm," sahut Nadya pelan.

"Padahal belum masuk musim penghujan."

"Hmm ..."

Alex bingung mau bicara apalagi untuk memecah keheningan karena tampaknya Nadya ogah meladeninya sekarang.

"Nad?" panggil Alex pelan.

"Hmm." Nadya tetap tak menoleh pada Alex, membuat pemuda itu kesal karena merasa diabaikan padahal dia sudah berusaha mengajak Nadya mengobrol.

"Gak jadi." Alex kesal sendiri. Entah kenapa. Mungkin karena kecuekan Nadya.

Karena hujan, jalanan ikut-ikutan macet. Semua orang seakan tak mau mengalah jika keadaannya seperti ini.

Tinn ... tin ... tin ...

Suara klakson terdengar sahut-sahutan, membuat Alex harus menahan sabar jika mengendarai roda empat seperti ini.

"Makasih ya kamu udah mau anterin saya."

Alex langsung menoleh pada Nadya yang tiba-tiba berbicara padanya.

"Gak masalah kok," jawab Alex dengan senyum manisnya.

Nadya ikut tersenyum sekarang. "Maaf ya jadi ngerepotin kamu," katanya lagi.

"Iya kan aku yang nawarin, Nad." Alex menggosok tengkuknya sekilas, entah kenapa dia tiba-tiba grogi melihat senyum tulus Nadya yang tampak sungkan padanya.

Kembali hening, sebab Nadya tak menyahuti lagi ucapan Alex.

"Ehm, kalau pulang kerja sering kehujanan juga gak?" tanya Alex kemudian.

"Kadang-kadang."

"Terus kalau udah gitu, kamu pulangnya gimana?"

"Kadang naik taksi, kadang ditebengin motornya Andra, terus pake jas hujan." Nadya menjawab jujur, tapi entah kenapa jawabannya itu membuat senyum Alex luntur.

"A-Andra?" ulang Alex.

"Iya, itu lho yang kemarin menyangka kamu adik saya," jawab Nadya mengingatkan Alex.

Alex cemberut. Entah kenapa tiba-tiba dia kehilangan mood. Tapi dia penasaran dengan satu hal, yang kalau tidak ditanyakan pada Nadya pasti nanti akan terus mengganjal dihatinya.

"Nad?"

"Iya?" Nadya kembali menoleh pada pemuda itu.

"Andra itu pacar kamu?" tembaknya to the point.

...Bersambung ......