NovelToon NovelToon
Jerat Cinta Sang Teknisi

Jerat Cinta Sang Teknisi

Status: tamat
Genre:Tamat / Duda
Popularitas:6.4k
Nilai: 5
Nama Author: Deyulia

Jabar, Teknisi senior yang jatuh cinta lagi pada Operator di mesin yang ia pegang. Setelah beberapa tahun menduda, ini kali pertama dia jatuh cinta lagi. Operator baru itu namanya Clara masih muda dan cantik, tapi pemalu.

  Mungkin inilah jalan cinta Jabar yang mulus bak jalan tol. Ketika Jabar memberi tumpangan pada Clara untuk berteduh di rumahnya karena hujan yang lebat, beberapa orang tetangga sempat heran dan curiga. Namun, Jabar tidak kalah gertak, dia mengaku kalau Clara adalah istri barunya yang baru beberapa hari dinikahi.

  Apakah kebohongan Jabar akan terendus massa ataukah ini jalan cintanya untuk yang kedua kali naik pelaminan? Natikan kisah serunya di karya "Jerat Cinta Sang Teknisi".

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Deyulia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 4 Clara Diajak ke Rumah Jabar

  Clara menoleh ke arah suara yang menegurnya. Jantungnya tiba-tiba bergemuruh saja, saat pandangannya bertatap langsung dengan orang itu.

  "Abang," tegurnya kaget. Ternyata orang itu Jabar, Teknisi yang sudah dua minggu ini selalu mampir di kepala dan hati Clara. Entah kenapa, Clara mampu terpesona pada laki-laki dewasa seperti Jabar. Tidak Clara ketahui jika Jabar adalah seorang duda. Yang jelas pesona Jabar mampu meluluhkan hati seorang gadis perawan yang masih polos seperti Clara.

  "Dek, kamu kok masih di sini?" tanya Jabar, padahal hatinya riang masih bisa melihat Clara di pabrik. Tadi Jabar sempat kesal, karena mesin yang dijalankan shift C mendadak error, terpaksa membantu Hakiki dulu untuk menanganinya.

  "Iya, Bang, hujan sangat lebat. Cla, nggak bisa jalan kaki ke sana untuk mencegat angkot," jawab Clara terlihat bimbang, seraya menunjuk ke arah jalan yang diguyur hujan lebat.

  "Memangnya rumah kamu di mana? Kamu sewa rumah atau tidak?"

  "Cla numpang di rumah Tante di Bekasi. Nanti kalau hujannya sudah reda, Cla baru jalan," ucap Clara dengan tubuh bergetar. Jabar merasa iba melihat gadis didekatnya yang kini menggigil kedinginan.

  "Ya ampun, jauh banget rupanya rumahmu, Dek. Abang pikir di belakang pabrik ini."

  Clara tidak menyahut, mendengar Jabar berbicara seperti itu justru membuatnya sangat sedih, lantas dia harus apa? Nginap di pabrik saja? Itu sangat tidak mungkin dan memalukan. Andai saja dia sudah punya kenalan seorang teman dekat yang tinggal di sekitar sini, mungkin Clara sudah memberanikan diri untuk numpang di rumahnya, dan membuang rasa malu.

 "Bagaimana, sekarang kamu mau pulang saja nunggu hujan reda atau ikut dulu abang dan berteduh di rumah Abang?" Tanpa pikir panjang, Jabar melontarkan pertanyaan yang diduga konyol. Sepertinya tidak ada pilihan lain.

  Clara tidak menjawab, antara dua pilihan itu sama-sama sulit. Kalau saja sikap tantenya baik dan menyayanginya, meskipun jauh dia akan berusaha pulang walau hujan petir melanda.

  Melihat Clara bingung, Jabar berpikir keras mencari jalan supaya bisa menolong gadis muda, yang sejak pertama kali bertemu disukainya itu.

  "Gua antar ke rumahnya saja kali, ya? Tapi, hujan lebat disertai angin begini resikonya besar. Bagaimana kalau pohon-pohon besar dan space iklan yang kaya raksasa itu, tertiup angin kencang dan menimpa orang yang lewat, lagipula jika Clara pulang naik angkot pun, tahu hujan begini, Supir angkot ogah mau jalan," pikir Jabar dalam hati.

  "Begini saja, sekarang abang mau bantu Adek, tapi abang bukan mau antar kamu ke rumah tantemu itu yang di Bekasi, sebab kalau abang antar ke sana, abang tidak jamin kita akan aman dari hujan angin dan petir begini. Abang takut pohon besar dan space iklan raksasa itu menimpa kita jika tertiup angin," tutur Jabar khawatir, membuat Clara semakin bingung menentukan pilihan.

  Melihat Clara diam saja, Jabar berinisiatif untuk mengajak Clara. "Ayo, ikut, abang tidak enak kita dilihatin sama pekerja lain jika terlalu lama di sini," ajaknya seraya menatap Clara yang bingung. "Ayo, ikuti abang ke parkiran," ulang Jabar sekali lagi, setengah memaksa. Dengan terpaksa, Clara mengikuti Jabar ke parkiran.

  "Naiklah, dan pakai jas hujan ini," ujarnya lagi seraya menyodorkan jas hujan ke arah Clara.

  "Tapi, Abang bagaimana?" Clara balik bertanya dan melihat ke arah Jabar seraya mengangkat jas hujan yang diberikan Jabar.

  Jabar sejenak tersenyum penuh makna, dalam hati dia berkata, ternyata gadis di dekatnya ini begitu mengkhawatirkannya. "Adek pakai saja, ayolah jangan lama-lama," tukas Jabar seraya menghidupkan mesin motor, dan menyuruh Clara segera naik. Kemudian motor melaju meninggalkan parkiran.

  Tiba di depan pos Sekuriti, Jabar berhenti sejenak untuk bertegur sapa dengan Satpam yang menegur Clara tadi.

  "Bang, gua balik, ya," pamit Jabar seraya melihat ke dalam. Satpam yang bernama Sapta keluar, menatap ke arah Jabar dengan tatapan sedikit heran.

  "Cewek baru, nih, Bar? Keren lu, sudah dapat yang baru," ujarnya ingin tahu seraya menatap ke arah Jabar.

  "Yoi," jawab Jabar singkat seraya menjalankan motornya keluar gerbang. Jabar sudah tidak menoleh lagi, dia harus segera sampai di rumahnya yang hanya berjarak kurang lebih 500 meter dari pabrik.

  Hanya lima menit, motor Jabar sudah tiba di depan sebuah rumah yang dipagar besi dan bercat jingga. Rumah tipe 32, dengan bentuk bangunan minimalis modern berlantai dua itu, terlihat adem dan bikin betah. Dan sepertinya rumah Jabar ini sudah mengalami perubahan, sebab rumah-rumah di sebelahnya hampir sama persis bentuk bangunannya.

  "Turun dan masuklah," suruh Jabar seraya membuka pintu pagar setinggi 1,5 meter yang dindingnya ditempeli bunga-bunga gantung. Kalau melihat ini, sepertinya Jabar memang rajin menanam bunga dan penyuka bunga. Kemudian di ujung teras terdapat juga bunga sanseviera dan kuping gajah. Sehingga teras seluas satu meter itu tampak asri dan teduh.

  "Naiklah ke atas," titah Jabar tidak berhenti di situ, tanpa ingin dibantah. Clara patuh, sementara Jabar segera masuk ke salah satu kamar yang berada di lantai bawah. Jabar segera mengganti bajunya. Seakan berpacu dengan waktu, Jabar segera meraih sesuatu dari dalam lemari, pulpen dan sebuah kertas bermaterai. Entah apa yang direncanakan Jabar.

  Lalu Jabar menaiki tangga dan menghampiri Clara yang terduduk bingung di sofa ruang tengah lantai atas.

  "Dek, kamu bubuhkan tanda tangan di sini. Cepat," titah Jabar membuat Clara bingung, dia tidak paham apa yang dimaksud Jabar. Namun tanpa membantah, Clara segera membubuhkan tanda tangan di kertas bermaterai itu tanpa membaca isi tulisan di atasnya.

  "Masuklah kamar mandi, bersihkan diri. Gunakan kaos serta celana training ini, dalamannya pakai saja yang masih Adek pakai untuk sementara," tukasnya lagi terdengar buru-buru. Namun, Clara seperti tidak ada waktu untuk banyak bertanya, dan dia kini dibuat bingung oleh perintah Jabar yang serba dadakan dan cepat.

  "Untuk sementara, ini rasanya aman," ujarnya seraya menatap kertas bermaterai yang sudah dibubuhi tanda-tangan Jabar dan Clara serta tanda tangan seseorang yang tentu saja sebuah tanda tangan dari manusia fiktif ciptaan Jabar. "Terpaksa semua ini gua lakukan," gumannya dengan rasa penuh sesal.

  Jabar turun lagi ke bawah, melakukan aktifitas biasa yang sering dia lakukan sehabis pulang kerja. Sehabis sholat Isya, dia segera menyiapkan makan malam, tapi kali ini tidak hanya untuknya melainkan untuk dirinya dan Clara si gadis cantik pemikat hatinya.

 Jabar seperti sedang menghitung waktu, setelah selesai memasak yang harumnya sampai ke mana-mana, mata Jabar bergulir menuju jam dinding dan pintu rumahnya. Sebenarnya apa yang Jabar tunggu.

  "Tok tok tok."

  Suara pintu rumah Jabar terdengar diketuk tiga kali. Seperti sudah menyiapkan diri, Jabar segera bangkit dan membuka pintu rumah. Jabar tidak kaget lagi setelah melihat siapa yang datang. Ada Pak RT dan tentu saja pemuda-pemuda kampung itu yang sudah akrab dengan Jabar. Mereka seakan mau melakukan penggerebekan di rumah Jabar, tapi Jabar sudah menyiapkan segalanya termasuk mental Clara.

  Apa sebetulnya yang akan Pak RT dan para pemuda-pemuda itu lakukan ke rumah? Benarkah Jabar akan digerebek karena sudah kedapatan memasukkan perempuan ke dalam rumahnya?

1
Virgo Girl
Cerita nya sederhana, no Cinderella n CEO2an. Kukirim sekebon 🌹utk kakak author
Lina Zascia Amandia: Trmksh banyak bunganya. Semoga diganti dgn rezeki yg melimpah.
total 1 replies
Virgo Girl
Luar biasa
Virgo Girl
Lumayan
Noviyanti
Ceritanya menarik dan cukup menghibur, alurnya juga bagus. semangat terus authornya
Lina Zascia Amandia: Hehhe... mksh Kak Novi. Karya Kak Novi lebih bagus.
total 1 replies
Noviyanti
eh kok cepet amat udahannya, udah happy ending aja nih.
Lina Zascia Amandia: Iya Kak Nov. Soalnya udah kehilangan ide.
total 1 replies
Noviyanti
syukurlah hardi sadar diri
Teteh Lia
ikut senang untuk kebahagiaan semuanya.
Lina Zascia Amandia: Terimakasih Teh kehadirannya...
total 1 replies
Teteh Lia
ya kan bang... ada yang ngarep lho. ngapain jadi pebinor. ok
Teteh Lia
begitu donk bang Hardi. jangan bermusuhan
Nasir
Bagus, ceritanya pendek gak bertele2.
Teteh Lia
padahal Clara nya juga ga pernah ngerespon bang Hardi kan ya.
Lina Zascia Amandia: Nggak kayaknya Kak...
total 1 replies
Teteh Lia
lagian si Hardi. Maruk banget... udah punya cewe, malah ngincer cewe lain juga.
Noviyanti
hehe kasian si hardi itu
Noviyanti
ya dia udah nikah cuma belom pesta doang di
Noviyanti
wah apa orang itu si hardi ya?
Lina Zascia Amandia: Mungkin..
total 1 replies
Teteh Lia
malah kena skak balik. wkwk
Lina Zascia Amandia: Mksh Teh...
total 1 replies
Teteh Lia
malu ga tuh. udah ngata-ngatain. eh salah ...🤭
Teteh Lia
mereka udah nikah. kali. yang ada elu yang bakal malu.
Noviyanti
hore jeboll juga
Lina Zascia Amandia: Wkwkkwk
total 1 replies
Noviyanti
persiapannya sungguh sangat matang ya, baru pulang jabar maen hajar aja
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!