NovelToon NovelToon
TABIB KELANA 2

TABIB KELANA 2

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / Spiritual / Matabatin
Popularitas:228.2k
Nilai: 5
Nama Author: Muhammad Ali

Buku ini adalah lanjutan dari buku Tabib Kelana.
Menceritakan perjalanan hidup Mumu yang mengabadikan hidupnya untuk menolong sesama dengan ilmu pengobatannya yang unik.
Setelah menikah dengan Erna akan kah rumah tangga mereka akan bahagia tanpa ada onak dan duri dalam membangun mahligai rumah tangga?
Bagai mana dengan Wulan? Apa kah dia tetap akan menjauh dari Mumu?
Bagai mana dengan kehadiran Purnama? Akan kah dia mempengaruhi kehidupan rumah tangga Mumu.
Banyak orang yang tidak senang dengan Mumu karena dia suka menolong orang lain baik menggunakan ilmu pengobatannya atau menggunakan tinjunya.
Mumu sering diserang baik secara langsung mau pun tidak langsung. Baik menggunakan fisik, jabatan dan kekuasaan mau pun melalui serangan ilmu yang tak kasat mata.
Akan kah hal tersebut membuat Mumu berputus asa dalam menolong orang yang membutuhkan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Ali, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Siapa Pria Itu?

Imelda duduk di ruang keluarga yang terasa semakin sesak oleh pembicaraan yang kian serius.

Papanya sedang menatapnya dengan tatapan penuh harap dan juga sedikit frustrasi.

Di sudut lain, Masnur, Abangnya, tersenyum tipis, seolah menunggu momen yang tepat untuk ikut campur.

"Papa, urusan pernikahan itu bukan seperti membeli barang di pasar..." kata Imelda, suaranya sedikit bergetar.

"Kita tidak boleh tergesa-gesa. Sekali dilakukan, tidak bisa dikembalikan seperti barang yang cacat atau tidak sesuai."

Papanya menghela napas panjang. Usia Imelda sudah sangat matang, dan ini bukan pertama kalinya mereka membahas topik ini.

Setiap kali percakapan soal pernikahan muncul, Imelda selalu menjawab dengan hati-hati dan memberikan alasan yang sama, dia tidak ingin salah pilih.

"Imel tahu," Lanjut Imelda,

"Umur Imel tidak muda lagi. Tapi Imel juga tidak mau asal memilih. Imel janji, jika sudah bertemu pria yang cocok, Imel pasti akan bicarakan dengan Papa."

Raut wajah Papanya menunjukkan ketidaksabaran yang semakin sulit dia sembunyikan.

"Tapi sampai kapan, Imel? Mau menunggu sampai kapan? Kesabaran Papa ada batasnya. Ingat umurmu!"

Imelda terdiam sejenak. Dia memahami kekhawatiran papanya. Di lingkungan mereka, wanita yang belum menikah di usia seperti Imelda sering kali menjadi bahan pembicaraan, dan itu tentu saja tidak mudah bagi keluarga mereka.

Namun, baginya pernikahan bukan hanya soal usia atau tekanan sosial, ini tentang menemukan seseorang yang benar-benar cocok.

Di saat suasana semakin tegang, Masnur tiba-tiba menyela dengan nada bercanda.

"Imel mencintai seseorang, Papa. Tapi orang itu sudah punya istri, bukan hanya satu, tapi dua."

Imelda langsung menoleh ke arah Abangnya dengan cemberut. "Abang, serius sedikit, dong."

Papanya memandang kedua anaknya dengan bingung.

"Apa maksudnya ini? Siapa orang yang kalian bicarakan?"

"Tidak, Pa. Itu cuma Bang Masnur yang bercanda." Imelda menjawab cepat, merasa perlu menghentikan spekulasi sebelum situasi semakin rumit.

Dia tidak ingin Bang Masnur mengungkapkan sosok pria yang memang ada di benaknya, seseorang yang telah membuatnya merasa berbeda, namun juga seseorang yang tidak mungkin bisa dia miliki.

Papanya mengerutkan kening, masih tidak mengerti.

"Imel, Papa hanya ingin yang terbaik untukmu. Papa ingin melihatmu bahagia. Tapi kalau kamu terus menunda-nunda seperti ini, Papa khawatir kesempatanmu akan hilang begitu saja."

Pria itu menoleh ke arah Masnur.

"Apa benar yang kamu katakan tadi, Masnur? Siapa orangnya? Anak siapa dia?"

Masnur tidak langsung menjawab. Dia melirik ke arah Imelda.

"Biar Imel saja yang cerita, Pa."

"Ceritakan, Mel!. Apa benar kamu benar-benar mencintai pria yang sudah punya istri?" Tanya pria itu, suaranya terdengar terkejut dan sedikit kecewa.

Imelda menunduk, tidak tahu bagaimana harus menjawab. Setelah menghela nafas dalam-dalam dia pun akhirnya menjawab.

"Iya, Pa. Itu hanya sekedar rasa suka sesaat karena Imel juga tahu, cinta itu tidak akan ke mana-mana. Imel tidak bisa merusak rumah tangga orang lain. Sehingga sebelum dia tahu, Imel mundur teratur."

Suasana di ruangan itu semakin sunyi. Hanya terdengar suara jam dinding yang berdetak pelan, seolah menghitung detik-detik ketegangan yang menggantung di udara.

Masnur, yang biasanya selalu punya komentar lucu, kini terdiam.

Dia tahu ini bukan lagi waktu yang tepat untuk bercanda.

Sementara itu, Papa Imelda bersandar di kursinya, jelas terguncang oleh pengakuan Imelda.

"Kenapa kamu tidak pernah cerita sebelumnya, Mel? Papa tidak tahu kamu menanggung perasaan seberat itu sendirian."

"Imel tidak mau merepotkan Papa." Jawab Imelda dengan lirih.

"Imel berpikir ini adalah sesuatu yang harus Imel hadapi sendiri. Tapi semakin lama, semakin sulit. Imel mencintai dia, tapi Imel juga tahu, perasaan ini salah."

Papa Imelda mengusap wajahnya, seolah mencoba menemukan kata-kata yang tepat untuk menanggapi.

Dia sangat ingin membantu anak perempuannya, tetapi situasi ini jauh lebih rumit daripada yang dia bayangkan.

"Imel..." Kata Pria itu dengan nada lembut,

"Papa mengerti, cinta itu tidak selalu sederhana. Tapi kamu juga harus ingat, kebahagiaanmu itu penting. Papa tidak ingin kamu terus hidup dalam bayang-bayang cinta yang tidak mungkin terwujud. Mungkin sudah saatnya kamu membuka hati untuk orang lain."

Imelda menatap papanya, merasa tersentuh oleh perhatian dan kasih sayangnya.

"Papa, Imel sudah mencoba. Tapi perasaan ini tidak bisa hilang begitu saja. Imel butuh waktu."

"Berapa lama lagi waktu yang kamu butuhkan?" Tanya pria itu, meskipun suaranya tetap tenang, ada nada khawatir yang tersirat.

"Kamu tahu, Papa hanya ingin yang terbaik untukmu. Tapi Papa juga tidak ingin kamu terjebak dalam situasi yang tidak ada ujungnya."

Imelda terdiam. Dia memahami kekhawatiran papanya, tetapi di sisi lain, perasaannya terlalu dalam untuk bisa diabaikan begitu saja.

"Imel akan berusaha, Pa. Imel akan mencoba melupakan dia. Tapi tolong beri Imel waktu."

Pria itu mengangguk pelan, meskipun hatinya masih diliputi kekhawatiran.

Dia tidak ingin memaksa putrinya, tetapi di usia Imelda yang sudah matang, kekhawatirannya tentang masa depan putrinya semakin besar.

"Baiklah..." Katanya akhirnya.

"Papa tidak akan memaksamu. Tapi tolong, jangan biarkan dirimu terjebak terlalu lama. Dunia ini luas, Imel. Masih banyak pria baik di luar sana yang bisa membuatmu bahagia."

Imelda tersenyum samar, meskipun hatinya masih terasa berat.

Dia tahu papanya benar. Namun, terkadang cinta tidak sejalan dengan logika.

Setelah Imelda pergi, pria itu menoleh ke arah Masnur.

"Siapa pria itu, Masnur? Bagai mana bisa adikmu tergila-gila dengan pria tersebut? Apa identitasnya?"

...****************...

"Achoo!" Mumu tiba-tiba bersin, menghentikan langkahnya di tengah jalan.

Aneh!

Mumu heran, jarang sekali ia bersin tanpa alasan yang jelas.

Ia memeriksa tubuhnya dengan cepat namun tidak ada yang salah.

Tubuhnya fit, tidak ada tanda-tanda meriang atau flu. Bersinnya ini terasa aneh, seperti ada yang tidak beres, namun ia tidak tahu apa.

Belum sempat Mumu merenungkan lebih jauh, handphonenya berdering. Nama Erna, istrinya, muncul di layar.

"Ada apa, Nda?" Tanya Mumu segera setelah mengangkat telepon.

Suara di seberang terdengar sedikit gemetar,

"Yah...bi...bisa ke kantor s-sebentar?"

Nada suara Erna langsung membuat Mumu siaga.

"Apa yang terjadi, Nda? Apakah Bunda mengalami sesuatu?"

Erna terdiam sejenak, dan Mumu bisa mendengar napasnya yang tidak teratur.

"Ti...tidak. Bukan, Bunda baik-baik saja. Hanya saja..." Suaranya semakin bergetar, ada sesuatu yang mengganjal.

"Hanya apa, Nda? Katakan...!" Desak Mumu, merasa ada sesuatu yang buruk.

"Ada...ada seseorang yang... menabur berbagai jenis kembang di depan pintu ruangan Bunda... Bunda tak sengaja melangkahinya... dan... dan sekarang Bunda merasa aneh..." Jawab Erna akhirnya, suaranya hampir pecah.

Jantung Mumu berdetak lebih cepat. Kembang di depan pintu?

Ia tahu betul itu bukan pertanda baik. Dalam budaya dan kepercayaan tertentu, menabur kembang di tempat-tempat tertentu bisa menjadi bagian dari ritual mistis atau sihir.

Orang yang tidak sengaja melangkahinya bisa terkena dampaknya.

"Apa maksudmu, Nda? Apa yang Bunda rasakan?" Tanya Mumu lebih serius.

Pikirannya langsung melayang ke hal-hal supranatural yang sudah beberapa kali ia hadapi sebelumnya. Ia tahu, masalah ini lebih dalam dari yang terlihat.

"Bunda merasa... lemas, seperti ada yang menarik tenaga Bunda. Bunda juga merasa sesak napas... seperti ada beban berat di dada." Jawab Erna, suaranya bergetar ketakutan.

"Ayah akan ke sana sekarang. Jangan khawatir, Nda. Jangan lakukan apa-apa dulu, tetap tenang. Ayah akan segera datang."

1
Yandi Maulana
Memang gak ada kata "jika" sebelumnya /Facepalm/
Suwardi Sumantri
Sayang sekali Mumu terlalu baik hati , seharusnya bapak sama anaknya dikasih pelajaran biar tidak songong dan semakin memupuk dendam dikemudian hari.
Kalau cuma dipukul tidak sampai babak belur tidak akan kapok.
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
... Silent Readers
🐾🐾🐾🐾🐾
Rikarico
next banyak2 thor
tirta arya
ya dikempesin biar keplnya ga gede lah..gonblok banget nih anak!..🤪🤪🤪🤲😜😜😜😝😝😝😝
Mohammad Djufri
ah bang ali, memang sengaja nampaknya, menggantung cerita....
padahal masih bisa dilanjut....😄👍🙏
Leni Agustina
lalu lanjut lagi
Sarita
krrekk ,ternyata Mumu kebal senjata .dan si jaka langsung tumbang kena totokan yg mematikan
Casudin Udin
Lalu..
bersambung...
Muchtar Albantani
lalu lau
icih maricih
lalu...apa thor?!
... Silent Readers
👣👣👣👣👣
Sirot Judin
lanjut.....
Leni Agustina
lanjut
Saad Kusumo Saksono SH
Luar biasa
Suwardi Sumantri
Kalau Desta bisa kebakaran jenggot nih kalau sampai tahu Mala mendatangi rumah Mumu
Puspa Dewi kusumaningrum
hah mesti begt y
Rikarico
next
Muchtar Albantani
mumuh
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!