NovelToon NovelToon
Noil Dan Flint Si Pemberani

Noil Dan Flint Si Pemberani

Status: tamat
Genre:Fantasi / Tamat / Persahabatan
Popularitas:1.3k
Nilai: 5
Nama Author: Radeya

Demi Menyelamatkan Hutan Selatan dari Kehancuran, Noil (seekor singa) dan Flint (seekor kambing) pergi ke kota manusia untuk bertemu Lopp si ketua pemberontak, tapi mereka justru terlibat aksi penculikan presiden Dump, Mampukah Noil dan Flint sampai ke kota manusia, menculik presiden manusia dan menyelamatkan hutan selatan tempat mereka tinggal.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Radeya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Pohon Sulung

Flint menunjuk seekor kunang-kunang yang terbang mengitari kepala Noil.

"Lihat! dia di atas kepalamu,"

Noil mendongak menatap seekor kunang-kunang yang berputar-putar di atas kepalanya. Noil merasa kalau kunang-kunang itu sedang meledeknya, serangga kecil itu seperti bilang: 'itu akibatnya kalau kau salah pilih pemimpin' 

Setelah meledek Noil, kunang-kunang itu terbang masuk ke dalam kabut.

Flint berseru dan meloncat masuk ke dalam kabut, "Ayo kita ikuti kemana dia pergi, sebelum dia hilang."  

Noil mengikuti Flint dan kunang-kunang itu dengan enggan.

Kabutnya sangat tebal, Flint bahkan tidak bisa melihat kakinya sendiri, seolah mereka berenang dalam lautan kabut, Flint berjalan di depan mengikuti cahaya hijau dari kunang-kunang yang berkelap-kelip menjadi lampu kelip kecil yang menunjukkan arah. 

Flint berkata, "Ayo Spitzer tunjukkan arahnya." 

"Sejak kapan kunang-kunang itu punya nama? memangnya kapan kalian berkenalan?" kata Noil.

"Hubungan kita sudah sangat dekat sekali, aku merasa kita punya ikatan bathin," seru Flint.

Flint percaya diri tapi Spitzer sepertinya tidak sependapat. Tiba-tiba Spitzer menukik turun lalu terbang naik, berbelok-belok tak karuan. Susah payah Noil dan Flint mengikuti Spitzer, tapi kemudian kunang-kunang itu terbang lagi ke atas, kali ini sangat tinggi hingga tak terlihat.

Noil mendongak ke atas tapi hanya melihat kabut tebal

"Apa kau melihatnya?" tanya Flint.

Noil menggeleng.

Flint menggerutu. "Jangan bercanda dia tidak mungkin menghilang begitu saja!"

"Aku bahkan tidak bisa melihat bulan," kata Noil, "apa temanmu itu akan kembali?"

"Tentu saja dia akan kembali," Flint memangil Spitzer berkali-kali tapi tak mendapatkan jawaban, hanya kehampaan yang membuat Flint merasa dikhianati.

"Sepertinya dia tidak terlalu menyukaimu," kata Noil, "lupakan saja Flint, kepalamu bisa copot jika mendongak terus ke atas."

Flint bersikeras dia berkata, "Aku akan tetap menunggunya."

"Sampai kapan?" tanya Noil yang mulai khawatir kalau Flint akan membatu selama berjam-jam.

Flint berkata, "Kita tidak bisa kemana-mana tanpa petunjuk jalan, kabut ini akan membuat kita berputar-putar sampai kita tua."

Noil dan Flint tak tahu harus melakukan apa jadi mereka terpaksa menunggu, mereka menunggu hingga kaki mereka pegal, lalu Noil melihat sesuatu.

"Flint jangan bergerak!" kata Noil tiba-tiba.

"Apa?" kata Flint lalu dia segera menyadari ada sesuatu yang merayap di kakinya, membuat Flint membeku ketakutan, pikiran seram berkelebat di kepala Flint yang penuh dengan cerita horor.

"Apapun itu, singkirkan itu dariku," kata Flint memohon.

Noil berkata, "Apa kau tidak bisa melihatnya?"

"Apa kau meledekku? aku bahkan hampir tidak bisa melihat hidungku sendiri."

"Itu hanya kumbang, tapi jangan lakukan apapun nanti dia pergi."

Kumbang itu merayap naik ke atas dari lutut Flint, lalu ke punggungnya kemudian ke leher hingga ke depan hidung, hingga Flint bisa melihatnya. Kumbang pohon itu berwarna hitam dan memiliki dua buah tanduk. Kumbang itu seperti sedang meledek Flint, seolah dia berkata : 'tersesat kawan, itu akibatnya kalau kau salah pilih penunjuk jalan.'

Noil menangkap kumbang itu dan meletakkannya ke tanah.

Noil berkata, "Kau masih ingin di sini menunggu Spitzer kesayanganmu atau mau ikut dengan Sponzer."

Flint memekik.

"Sejak kapan kalian berkenalan?"

Noil dan Flint akhirnya mengikuti Sponzer sebagai penunjuk jalan baru.

Sponzer berjalan sangat cepat tapi karena kakinya pendek dia seperti tidak bergerak kemana-mana. 

Flint mulai kesal dia berkata, "Kurasa kita akan sampai setahun, dua tahun atau mungkin tiga puluh tahun."

"Setidaknya dia tidak terbang meninggalkanmu," kata Noil.

"Sekalian saja kita mengikuti siput," kata Flint, "tidak bisakah kau menyuruhnya lebih cepat lagi?"

"Oh itu lucu," kata Noil kesal, "kita tidak bisa bicara dengan serangga karena mereka terlalu kecil, sabarlah sedikit." 

Tapi, kemudian Noil juga mulai segera kehilangan kesabarannya, Sponzer mulai berulah dia sering berhenti tiba-tiba, dia akan berhenti saat tidur, saat dia makan, saat dia ingin istirahat, atau saat dia bosan berjalan. Di jalur kabut waktu seolah berhenti, kau tidak bisa tahu kapan siang kapan malam, semua tampak sama saja, Noil menebak kalau mereka sudah berjalan selama tiga hari tapi Flint yang suka melebih-lebihkan mengatakan kalau mereka sudah berjalan selama tiga minggu. Flint mengumumkan bahwa mereka akan keluar dari jalur kabut saat usia mereka bertambah tiga tahun lebih tua, bahwa mereka akan melewati masa untuk kawin dan tidak akan pernah punya anak.

Berjalan lambat bisa membuatmu lebih cepat lelah, parahnya tak ada yang bisa dilihat, dan tak ada yang cukup menarik untuk diobrolkan, rasa bosan mulai berubah menjadi menjengkelkan, keadaan yang sama sekali tidak menyenangkan, rasa frustasi yang bisa membuat siapa saja menjadi gila, bahkan Noil yang suka memberi semangat hanya terdiam, Flint yang suka menggerutu hanya menghela nafas. Saat mulai patah semangat sebuah bayangan besar yang tinggi menjulang membuat Noil berseru gembira, "Lihat, disebelah sana! apa kau melihatnya?"

Flint tertegun dan hanya bisa berkata, "Demi hutan Selatan!"

Noil mengambil Sponzer dari tanah dan meletakkannya di hidung lalu dia berlari meninggalkan Flint yang melompat menyusulnya. Karena kabut mulai menipis, Flint bisa melihat batas jalur kabut di kejauhan, berdiri tegap dan tampak mengawasi, sebuah pohon raksasa, binatang hutan selatan menamainya: Pohon Sulung.

Pohon sulung adalah pohon pertama yang tumbuh di Hutan Selatan, tingginya lebih dari tiga puluh meter, akarnya seperti jemari raksasa yang mencengkram tanah, dahan-dahannya membentuk piringan kanopi besar seperti pesawat alien yang hendak mendarat ke bumi, pohon sulung berusia sangat tua, dia lebih tua dari lembah hantu, dia bahkan lebih tua dari hutan selatan itu sendiri. Pohon sulung adalah pohon permulaan dan pengakhiran, dia tumbuh pertama dan baru akan mati saat Hutan Selatan sudah tidak ada lagi.

Noil meletakkan satu kaki depannya ke batang pohon sulung yang kering dan kulit luarnya mengelupas.

"Aku kira aku tidak akan pernah punya kesempatan untuk melihatnya," kata Noil.

Flint mendongak dan berkata, "Apa dia masih berbuah? Kudengar buahnya sangat manis."

Noil mengamati ranting-ranting pohon yang kering, keriput, menunduk dan ditinggalkan oleh daun-daun yang dulunya berwarna hijau segar.

Noil berkata, "Kurasa pohonnya sedang sakit Flint, dia sekarat."

Noil menempelkan hidungnya pada pohon sulung, membiarkan Sponzer merayap ke batang pohon, naik ke atas berkumpul bersama kawanan kumbang pohon lainnya.

Noil berkata sambil tersenyum pada Sponzer.

"Terima kasih kawan."

Noil meletakkan telinganya pada batang pohon sulung.

Flint menunggu Noil dan tidak sabar untuk bertanya, "Apa kau bisa mendengarnya? kata para burung gagak hitam, dari dalam batang pohon sulung bisa terdengar nyanyian yang merdu, tapi kau harus benar-benar menempelkan telingamu jika ingin mendengarnya."

"Aku tidak mendengar apa-apa," kata Noil.

"Mungkin para burung gagak berbohong," kata Flint.

Noil menepuk batang pohon Sulung dan berkata, "Mungkin dia hanya sedang tidak ingin bernyanyi."

Noil dan Flint meninggalkan pohon sulung setelah duduk di sana beberapa lama, Noil mengira setelah melewati jalur kabut mereka akan menemui sungai sehingga dia bisa menangkap ikan untuk dimakan. Tapi mereka hanya menemui batu-batuan besar untuk dipanjat dan tanah kering untuk dilalui dan itu membuat masalah yang lebih buruk dari jalur kabut muncul.

"Suara apa itu?" kata Flint menghentikan langkahnya.

Noil memasang tampang siaga.

"Mungkin manusia?" kata Noil.

Noil lalu mengendus udara dan menggeleng.

"Hanya bunyi mesin gergaji tapi tenang saja mereka masih jauh," seru Noil.

Flint mengeram. "Aku bisa membedakan mana yang bunyi mesin mana yang bukan."

"Mungkin hanya suara angin," kata Noil.

Flint memelototi Noil.

"Tunggu sampai aku mendengarnya lagi."  

Dan, ketika suara itu terdengar lagi, Flint meloncat menjauh.

"Itu suara dari perutmu! Oh ya ampun perutmu berbunyi!"

"Oh, ayolah ini hanya perutku yang berbunyi jangan memasang tampang pucat seperti itu," kata Noil.

Surai Noil tampak berantakan, badannya yang kurus kembang kempis, kelaparan membuat Noil tampak menakutkan.

"Menjauh dariku!" kata Flint, "sudah berapa hari kau tidak makan?"

Noil coba mengingatnya kapan terakhir kali dia mengisi perutnya, selama berhari-hari mereka tidak menemukan sungai atau danau, hanya ada kubangan air dan tidak ada ikan untuk dimakan di dalam kubangan air.

Noil berkata dengan liur yang menetes," Tenanglah singa bisa tidak makan selama berhari-hari, aku bisa puasa."

"Oh ya, katakan itu pada perutmu, dengar dia berbunyi lagi!" 

"Selapar-laparnya aku," kata Noil, "aku tidak akan menjadikanmu makan siangku." 

"Sekali lagi kau bicara soal makan siang, aku pergi!" kata Flint.

Noil berkata, "Flint, aku tidak akan m-e-m-a-k-a-n-m-u."

Flint mengembik.

"Menjauh dariku tiga puluh langkah!"

Bahkan, meskipun Noil berjalan sejauh tiga puluh langkah di belakang Flint, dia masih bisa mendengar suara kelaparan dari perut Noil. 

Saat malam suara perut Noil makin terdengar nyaring dan menjadi-jadi, Flint hampir gila mendengarnya dia tak bisa tidur karena ketakutan. Itu membuat Flint punya ritual baru sebelum tidur, dia akan bertanya sebanyak tiga kali pada Noil, "Apa kau akan memakan ku saat aku tidur?"

Sementara Noil yang kelaparan tak bisa tidur, jika dia bisa tidur mungkin besok dia akan merasa lebih baik, sampai tengah malam Noil hanya memolototi langit malam, menghitung bintang-bintang, dia menemukan sesuatu yang baru, jika dia menarik garis antar satu bintang ke bintang lainnya, dia bisa membentuk sebuah gambar di langit malam : Gambar daging. Di bagian langit lainnya sekumpulan bintang membentuk sebuah gambar: Gambar kambing. Noil tak berani menoleh melihat apa yang ada di belakangnya: Daging kambing sungguhan! Melihat bintang-bintang hanya membuatnya semakin ingat dengan makanan, jadi dia berdiri. Awalnya Noil hanya ingin berputar-putar sebentar, ketika dia kembali duduk, Noil mendapati dirinya duduk di depan karung buah milik Flint, Noil menengok ke dalam karung, hanya tersisa empat buah apel lembah hantu di dalamnya.

Noil menatap Flint yang masih tertidur, lalu melihat sekelilingnya tak ada siapapun kecuali mereka berdua. Noil menoleh pada Flint, satu-satunya binatang yang bisa melihatnya berubah menjadi herbivora sedang tidur mendengkur. Noil mengeluarkan apel-apel itu ke tanah dan berkata pada dirinya sendiri.

"Ok baiklah mereka tidak terlalu tampak mengerikan."

Tapi, kemudian Noil menempelkan kepalanya ke tanah dan berusaha menolak nasib di depannya,.

"Oh aku tidak percaya aku harus memakannya." 

Noil berdiri dan harga dirinya membuatnya berpikir untuk bertahan satu malam lagi, mungkin besok dia bisa mendapatkan sesuatu untuk dimakan, sesuatu selain apel lembah hantu yang lebih tampak seperti batu bulat berlumut, lalu kemudian usus Noil menjerit keras-keras: Aku tidak punya waktu sampai besok!

Perut kosong membuat Noil jadi kalut, di tengah kegalauan tiba-tiba apel di depannya mengeluarkan asap ungu, secara menakutkan apel-apel itu punya sepasang titik mata dan garis mulut berwarna ungu, Noil terperanjat ke belakang.

Noil menunjuk-nunjuk.

"Sudah kuduga, aku tahu ini pasti akan terjadi, sejak awal aku sudah curiga kalau kalian memang bukan makanan."

Salah satu apel mengeluarkan suara kecil yang melengking.

"Kalau kami bukan makanan lalu kami apa?"

"Kalian ...."

Noil mencoba mencari sesuatu yang pas untuk menjelaskannya tapi dia tidak menemukannya.

"Kalian sesuatu yang belum ada di buku."

"Lupakan saja, dia tidak akan berani memakan kita," kata apel yang paling besar.

"Itu kenapa tampangnya aneh dari tadi, berputar-putar tak karuan dan suka bicara sendiri, kurasa dia sudah gila!" kata apel yang lain.

"Aku tidak aneh," kata Noil, "kalian yang aneh, kalian apel yang aneh, tidak-tidak! kalian bahkan bukan apel, kalian hanya sesuatu yang aneh."

"Dia terlalu penakut, bahkan kambing kurus itu lebih berani dari dia."

Apel itu mengejek dan tepat sasaran, Noil tidak terima jika harus dibandingkan dengan Flint yang kalau digigit nyamuk pun bisa menangis. 

Noil mengeram. "Apa kau bilang tadi?"

"Penakut!"

Noil mengancam. "Bilang sekali lagi!"

"Penakut ... penakut ...."

Noil murka, dia mengumpulkan apel-apel itu dan memasukkan semuanya ke dalam mulut. Noil teringat nasehat berbahaya Flint: jika kau ingin memakan empat kau harus memasukkan empat-empatnya sekaligus.

Noil mengunyahnya dengan kesal, semua gigi taringnya terasa ngilu, seperti tersengat listrik, Noil berusaha keras menelan apel-apel itu tapi seolah-olah mereka akan menyangkut di tenggorokan. Noil terbatuk-batuk, tersedak, sesak nafas, hingga ketika akhirnya apel-apel itu berhasil lewat tenggorokan nya, Noil meludah sebanyak mungkin, dia menjulurkan lidahnya mengusap-usapnya di batang pohon, Noil tahu apel dari lembah hantu rasanya akan sangat pahit tapi dia baru tahu kalau rasanya akan sangat-sangat-sangat pahit. Sambil meludah-ludah di tanah, Noil bertanya-tanya jika dia terlalu banyak makan apel apa dia akan berubah menjadi seekor kambing, tapi jika di dalam karung ada empat buah apel lagi dia bisa saja akan memakan semuanya karena kelaparan.

Noil tertawa aneh sendiri lalu dia bicara pada perutnya.

"Apel jadi-jadian rasakan kalian, sekarang kalian tidak bisa banyak bicara lagi."

Empat buah apel tak cukup membuatnya kenyang, tapi cukup untuk menghentikan gemuruh di perutnya dan membantunya tertidur. Besok jika Flint bertanya dimana sisa apelnya, Noil akan bilang bahwa tupai-tupai mencurinya, dia sudah berusaha mencegahnya tapi tupai itu lebih dulu melarikan diri, dan dia terlalu malas untuk mengejar mereka hanya demi empat buah apel lembah hantu yang dikutuk menjadi pahit.

Flint takkan bertanya apa-apa, setiap malam rasa khawatir membuat Flint tak pernah benar-benar tidur dengan nyenyak, setiap kali Flint terjaga dia akan dengan sembunyi-sembunyi mengintip setiap pergerakan Noil, takut kalau-kalau, Noil akhirnya berhenti berpuasa dan memutuskan untuk memakannya. 

Malam itu Flint menyaksikan Noil lebih memilih memakan buah apel yang tak disukainya daripada daging kambing yang sedang tertidur. Flint menyadarinya dan mulai percaya bahwa Noil takkan mengkhianati sahabatnya sendiri.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!